Kota Jogja Gaspol Turunkan Stunting, Wali Kota Targetkan di Bawah 10 Persen
WARTAJOGJA.ID – Upaya penanganan masalah gizi di Kota Jogja menunjukkan hasil yang menggembirakan. Angka prevalensi stunting di Kota Pelajar ini dilaporkan telah mengalami penurunan signifikan, bahkan mencapai satu digit.
Berdasarkan data internal Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja, prevalensi stunting kini berada di angka sekitar 9% per Oktober 2025. Angka ini merupakan penurunan drastis dari 14,9% pada tahun sebelumnya.
Meskipun demikian, Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo, terus memacu seluruh jajaran dan pihak terkait untuk bersinergi lebih kuat lagi. Ia bahkan memasang target ambisius untuk angka stunting di bawah 10% pada akhir tahun ini.
“Angka stunting turun, laporan dari Dinkes terakhir 9%,” ujar Hasto Wardoyo dalam Graduation Program 1000 HPK Si Penting Aksi Pencegahan Stunting di Balai Kota Jogja, Rabu (5/11/2025).
Hasto menegaskan bahwa target penurunan angka stunting di bawah 10% adalah sebuah keharusan.
“Saya sudah bilang ke dua kepala dinas utama yang memimpin DP3AP2KB dan Dinkes, agar target akhir tahun harus turun di bawah 10 persen. Itu harga mati,” katanya.
Anggaran dan TPK Jadi Kunci Optimisme
Wali Kota Hasto menyatakan optimisme tingginya didasarkan pada dua faktor utama: jumlah penduduk Jogja yang relatif kecil dan keberadaan 495 Tenaga Pendamping Keluarga (TPK) yang aktif memantau kondisi ibu hamil dan balita di seluruh wilayah.
Dukungan finansial juga diperkuat dengan alokasi anggaran intervensi tumbuh kembang balita stunting sebesar Rp100 juta per kelurahan. Anggaran ini difokuskan untuk menyediakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita stunting.
Selain itu, Hasto juga menekankan pentingnya peran kader posyandu dalam memantau tumbuh kembang sejak masa kehamilan. Menurutnya, pemenuhan gizi ibu hamil adalah langkah pencegahan fundamental agar bayi tidak lahir dalam kondisi stunting.
Kolaborasi Swasta Berdampak Nyata
Percepatan penurunan stunting juga dilakukan melalui kolaborasi Pemkot Jogja dengan pihak swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Salah satunya adalah kemitraan dengan PT Sarihusada Generasi Mahardhika (SGM) dan Human Initiative DIY dalam pendampingan di Kelurahan Sorosutan dan Tahunan.
“Dengan melibatkan pihak ketiga dan mitra CSR, kita berharap angka stunting bisa lebih cepat turun. Karena kalau dikawal ketat, hasilnya terlihat seperti di Tahunan dan Sorosutan,” ungkap Hasto.
Amy Rosalina, Factory Director Danone Specialized Nutrition East, menyampaikan bahwa program CSR mereka berfokus pada peningkatan kesehatan masyarakat melalui nutrisi dan pengembangan kapasitas keluarga.
“Sebagai produsen produk nutrisi, kami memiliki komitmen kuat terhadap pemberdayaan masyarakat melalui program CSR. Kami percaya kesehatan yang baik dimulai dari pola gizi dan lingkungan yang sehat,” kata Amy Rosalina.
Program ini diwujudkan melalui intervensi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), periode krusial bagi tumbuh kembang anak. Amy berharap program ini tidak hanya memberi manfaat jangka pendek, tetapi juga berkontribusi dalam mewujudkan generasi emas 2045.
Penurunan Signifikan di Lokus Pendampingan
Dampak konkret dari kolaborasi ini diungkapkan oleh Muthori, Kepala Cabang Human Initiative DIY. Program pendampingan yang berjalan sejak Januari hingga Oktober 2025 ini melibatkan 60 kader, 97 balita, serta puluhan ibu hamil di dua kelurahan.
“Kami melakukan workshop untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan kader serta ibu hamil dan balita. Hasilnya cukup baik, di Kelurahan Tahunan prevalensi stunting turun 3,67%, dan di Sorosutan turun sekitar 5%,” jelas Muthori, seraya berharap kegiatan ini dapat berlanjut secara berkesinambungan.
Program ini juga mendapat apresiasi dari para pelaksana di lapangan. Fransiska Istu Dwianti, salah satu Kader Posyandu Tahunan, menyatakan manfaat yang ia rasakan.
“Dari workshop, saya belajar banyak tentang gizi anak dan cara berkomunikasi dengan keluarga yang memiliki balita dengan gizi kurang, termasuk dalam pemberian PMT,” kata Fransiska.
Dengan sinergi antara kebijakan pemerintah, alokasi anggaran, dukungan TPK, dan kolaborasi dengan pihak swasta, Kota Jogja menunjukkan komitmen serius dan capaian nyata dalam upaya pencegahan stunting.
Post a Comment