News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Profesor Pertama FISIP UPN Veteran Yogyakarta Puji Lestari Dikukuhkan

Profesor Pertama FISIP UPN Veteran Yogyakarta Puji Lestari Dikukuhkan


WARTAJOGJA.ID: Prof Dr Puji Lestari SIP MSi dikukuhkan sebagai profesor pertama FISIP UPN Veteran Yogyakarta di hadapan sidang terbuka senat UPN Veteran Yogyakarta di Gedung Auditorium Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Kamis (2/3/2023).

Pidato Puji Lestari bertajuk 'Komunikasi Hati Aspek Penting Pengurangan Risiko Bencana Sosial dan Mental' yang disampaikan dalam pengukuhannya mengundang tepuk tangan gemuruh para kolega dan juga peserta momen itu.

Sebelum pengukuhan, video perjalanan seorang Puji Lestari hingga menjadi seorang profesor pun ditayangkan dengan sangat apik. Bagaimana ia yang hanya seorang gadis kecil dari Klaten, terlahir dari keluarga yang secara ekonomi pas-pasan, namun bisa menjadi seorang profesor.

"Hari ini, 2 Maret 2023 saya diperkenankan untuk menyampaikan pemikiran dan gagasan sebagai 
Guru Besar bidang Ilmu Komunikasi melalui pidato pengukuhan  berjudul “Komunikasi Hati Sebagai Aspek Penting Pengurangan Risiko Bencana Sosial dan Mental”. Ini sebuah acara yang merupakan fase penting dari perjalanan karier akademik saya, sekaligus upaya kontribusi pengembangan ilmu dan untuk lembaga yang saya banggakan," kata Puji membuka pidatonya.

Puji mengatakan dalam pidatonya,
fenomena bencana alam maupun nonalam yang menguat di masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, menyebabkan banyak terjadi bencana sosial dan mental. 

"Bencana sosial adalah suatu peristiwa yang menimbulkan kesusahan, keresahan, kerugian dan penderitaan yang disebabkan oleh faktor hubungan antar manusia dalam masyarakat. Bencana sosial bisa menjadi pemicu bencana mental. Bencana mental yaitu ketika semakin banyak individu mengalami gangguan mental yang tidak teratasi, sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat," terangnya.
 
Bencana alam yang berkepanjangan seperti Erupsi Gunung Sinabung dan Bencana yang menimbulkan banyak korban seperti gempa Jogja, Cianjur, dan Turki serta bencana alam lainnya berdampak pada konflik sosial maupun mental. 

Bahkan di era digital, banyak terjadi penipuan, hoaks, ujaran kebencian, cybercrime, cyberbullying yang begitu massif juga berdampak pada gangguan sosial dan mental. 

Digitalisasi hadir begitu dahsyat dengan beragam informasi yang membawa perubahan dalam kehidupan manusia yang salah satunya adalah penggunaan media sosial. Menjadi sebuah ironi memang ketika maraknya media sosial menonjolkan sisisisi kemiskinan mental dan mentah dalam olah pikir dan olah rasa. 

Mengesampingkan komunikasi hati, menonjolkan kepuasan emosi. Menanggalkan simpati dan empati, mengagungkan caci maki dan ujaran kebencian di sosial media. 

"Seperti halnya pada contoh kasus cyberbullying yang terjadi pada beberapa waktu lalu hingga menimbulkan korban jiwa. Seorang pria berinisial VM ditemukan bunuh diri di rumahnya. Sebelumnya, VM sempat mengaku di media twitter bahwa dirinya pernah melakukan suatu tindakan tidak terpuji. Oleh karena hal itu, warganet berbondongbondong mencari identitas dan informasi pribadi VM dan membeberkannya ke sesama warganet. Hal tersebut membuat VM merasa tertekan, stress dan akhirnya bunuh diri," katanya.

Ada pula contoh kasus konflik sosial yang terjadi saat bencana alam di Kabupaten Karo, Sumatera Utara antara seorang oknum pejabat BPBD dan pengungsi yang sedang mengalami kebakaran. Saat diberi laporan terjadi kebakaran di lingkungan pengungsi, oknum pejabat BPBD tersebut mengatakan hal yang tidak sepantasnya dikatakan oleh pejabat di pemerintahan. Komunikasi ini tidak didasari oleh komunikasi hati yang menimbulkan bencana sosial dan mental di kalangan pengungsi. Masih banyak kasus lain yang terjadi di daerah bencana. 

Hal tersebut sesungguhnya sangat mengundang kekhawatiran dan keprihatinan kita bersama. 
Berdasarkan berbagai fenomena itu, saya mencoba melakukan refleksi untuk mengurangi risiko bencana yang terjadi, khususnya terkait masalah bencana sosial dan mental. Pengurangan risiko bencana pada dasarnya menjadi tindakan preventif yang dilakukan untuk meminimalisasi terjadinya kerugian dari suatu bencana yang muncul. 

Pemahaman ini menunjukkan bahwa pengurangan risiko bencana menjadi tolok ukur peningkatan ketahanan manusia terkait risiko yang mengancam. Tujuan dari pengurangan risiko sendiri pada dasarnya adalah untuk mencegah munculnya risiko baru dan mengurangi risiko yang  ada. Pengurangan risiko dapat dirumuskan secara lebih tepat sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat maupun stakeholder di lingkungan bencana. 

"Berbagai keprihatian terkait bencana di Indonesia mengundang saya untuk memberikan novelty pada bidang keilmuan Komunikasi melalui proses refleksi menghasilkan Teori Komunikasi Hati atau Heart Communication Theory. Proses berteori Komunikasi Hati sudah saya lakukan cukup lama, sejak pertama kali mengenal Ilmu Komunikasi di Universitas Gadjah Mada hingga saat ini. Teori ini hadir melalui berbagai observasi baik pasif maupun partisipatif, eksperimen, FGD, wawancara, dan metode penelitian lainnya pada berbagai organisasi dan komunitas di Klaten, Yogyakarta dan Karo, pada rekan kerja, bahkan telah diterapkan dalam keluarga Lintas Budaya," kata dia.

"Proses berteori komunikasi hati saya lakukan dengan observasi dan wawancara pada penyintas, relawan, dan pemerintah yang menangani erupsi Gunung Sinabung selama satu dekade terakhir. Hasil penelitian menunjukkan adanya konflik di lokasi pengungsian serta adanya konflik akibat kematian salah satu pengungsi," katanya.

Melalui komunikasi hati ke hati dalam bentuk Runggu (kearifan lokal Karo artinya rapat untuk menyelesaikan masalah) akhirnya diperoleh penyelesaian jalan damai melalui Purpusage. 

Selain bencana di Karo, terdapat bencana sosial yang melemahkan mental akibat berita hoaks COVID-19. Saya kembali melakukan penelitian guna melakukan implementasi komunikasi hati melalui literasi digital kurikulum Tular Nalar yang dapat membuat masyarakat berpikir lebih kritis dalam menerima informasi sehingga mengurangi risiko terpapar informasi hoaks. 

"Selain menjadi tim pakar yang menyusun kurikulum Tular Nalar bersama delapan tim pakar lainnya, saya juga menjadi fasilitator peningkatan literasi digital oleh MAFINDO bersama dengan Maarif Institute dan Love Frankie didukung oleh Google. Tular nalar merupakan salah satu implementasi Teori Komunikasi Hati (HCT)," kata Puji. (Rls)


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment