News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Pulang Yogyakarta, Petenis Legendaris Yayuk Basuki Kenang Secuil Kisahnya

Pulang Yogyakarta, Petenis Legendaris Yayuk Basuki Kenang Secuil Kisahnya


Yayuk Basuki, legenda hidup tenis Indonesia di Yogyakarta Senin (26/9)

WARTAJOGJA.ID : Siapa pecinta olahraga yang tak kenal Yayuk Basuki, legenda hidup tenis Indonesia. 

Tak hanya jago kandang, ayunan raket Yayuk bahkan membuat wanita kelahiran 30 November 1972 itu menjadi jawara di berbagai even internasional.

Sudah banyak pastinya prestasi nasional dan tingkat internasional yang didapatnya. 

Wanita bernama asli Sri Rahayu Basuki itu pun pada Senin 26 September 2022 pulang ke Yogyakarta dan berbagi sekelumit kisahnya.

Atlet Tenis legendaris tanah air asal Yogyakarta itu dikenal dengan segudang prestasi, baik di kancah nasional, maupun internasional.

Tapi, siapa sangka, Yayuk pernah mengambil risiko besar dengan sengaja mengalah di pagelaran Grand Slam.

Dikisahkannya, keputusan tersebut diambil ketika Yayuk Basuki tampil dalam event US Open 1996 yang merupakan satu di antara pertandingan akbar internasional.

Berstatus sebagai unggulan, eks Petenis yang kini berusia 51 tahun itu, memilih menyingkir di babak awal turnamen.

Tentu, ia menepis peluang menjuarai Grand Slam bukan tanpa alasan.
Bagaimana tidak, keputusan tersebut diambil secara suka rela tanpa paksaan siapapun demi mewakili DI Yogyakarta di cabor Tenis , pada Pekan Olahraga Nasoinal (PON) 1996 yang berlangsung di DKI Jakarta.

"Jadi, 1996 itu saya tetap main di US Open , tapi ngalah, karena tidak mungkin berhenti begitu saja (walk out), kan, masih babak awal, kok. Padahal saya unggulan, tetapi mengalah demi daerah," ungkap Yayuk Basuki di Yogyakarta Senin (26/9/22).

Terlebih, multi sport event tingkat nasional 1996 itu, merupakan gelaran terakhirnya sebelum gantung raket. Sehingga, ia begitu termotivasi menutup karir cemerlang, dengan prestasi terbaik untuk Yogyakarta. Keputusan yang tepat, karena tiga emas berhasil direngkuh.

Tiga medali emas, beregu, single dan double saya raih. Kebetulan, itu kan PON terakhir saya. Maka, saya berambisi menutup karir dengan prestasi terbaik untuk Yogyakarta. Sama sekali tidak ada penyesalan," jelasnya.

"Tapi, terus terang, kisah ini dulu saya sembunyikan, ya, karena kalau saya buka bisa-bisa saya di-bully, dong. Toh, niat saya cuma menjaga marwah Yogyakarta saja, tidak ada niat lain, cari materi atau apalah," tambah Yayuk.

Jika hanya mencari pundi-pundi rupiah, perempuan yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua KONI tersebut, sejatinya pernah mendapat tawaran menggiurkan dari daerah lain. 

Hanya saja, ia mengungkapkan, komitmennya untuk Yogyakarta tidak dapat ditukar dengan uang.

"Ya, tahun 80an itu, pernah ditawari pindah daerah lain. Saya diiming-imingi Rp500 juta, kalau mau membela daerah itu di PON. Tapi, langsung saya tolak, kok," tegasnya

Yayuk Basuki pun berharap, pengalamannya tersebut bisa jadi pelajaran bagi atlet-atlet Yogyakarta, lantaran dewasa ini cukup banyak yang menyeberang ke daerah lain.

Namun, ia menyebut, fenomena itu, bukan mutlak kesalahan dari atlet, dan lebih pada dampak problem pembiayaan.

"Saya nggak bisa menyalahkan atlet juga, kalau memang mau pindah membela daerah lain. Karena untuk mengasah kemampuan, dengan mengikuti pertandingan di dalam atau luar negeri, tentu butuh biaya, kan," ucapnya.

"Sedangkan, banyak daerah lain, di luar Yogyakarta, yang bersedia memberi dukungan. Apalagi, atlet pasti merasa, dia, atau orang tuanya, sudah investasi besar untuk terjun menekuni sebuah cabor," pungkas Yayuk. (Cak/Rls)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment