News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Lika Liku Hidup Pendiri Farah Button Hingga Miliki Banyak Gerai Beromset Milyaran

Lika Liku Hidup Pendiri Farah Button Hingga Miliki Banyak Gerai Beromset Milyaran


Suta Mahesa, milyader Jogja pemilik retail fashion Farah Button (ist)

WARTAJOGJA.ID : Nasib orang siapa tahu. Namun yang jelas, benar kata pepatah, proses tak akan mengkhianati hasil.

Seperti dialami Sutardi atau Suta Mahesa, milyader Jogja pemilik retail fashion Farah Button beberapa waktu lalu jadi perhatian publik lantaran tengah mencari sosok Bu Tri yang menjadi penolongnya di saat terpuruk.

Menerawang ke masa enam tahun silam, milyader Jogja Suta Mahesa bercerita tentang kisah hidupnya. Betapa nasib manusia ditentukan oleh hati, keputusan yang bijak serta kerja keras.

Memiliki gerai retail fashion di tujuh mall Yogyakarta dan Bekasi, Suta tak langsung meraup keuntungan ratusan hingga miliaran dari bisnis fashionnya tersebut seperti sekarang ini. 

Laki-laki 37 tahun ini bersama sang istri Farah Milayati Dias Irawan harus banting tulang, ditipu hingga difitnah untuk bisa mencapai titik ini.
Berawal dari melarikan diri dari Jakarta setelah dipecat dari salah satu perusahaan sales dan perhotelan pada 2015 silam dan tak bisa membayar uang sewa kos di ibukota, Suta dan Farah hijrah ke Yogyakarta.

Kota ini buat keduanya sangat istimewa. Saat berpacaran, mereka pernah singgah ke Yogyakarta dan disambut keramahan orang-orangnya.

"Saat saya di malioboro, banyak orang yang sekedar menyapa dan menundukkan kepala. Saya tidak pernah menemui ini di Jakarta. Karenanya saat kami terpuruk secara ekonomi, Jogjalah kota pertama yang ada di pikiran kami untuk datang. Dan ternyata tidak salah," ungkap Suta saat ditemui di salah satu gerai Farah Button, Senin (27/12/2021).

Benar saja, saat uang di tangannya hanya tersisa Rp480.000, Suta yang berjalan tak tentu arah dari Terminal Jombor menemukan kebaikan orang Yogyakarta. Tak tahu harus menginap dimana, dia dan istrinya diperbolehkan tidur di mushola salah satu SPBU di Jalan Magelang.

Bahkan dua hari berselang, tiba-tiba dia ditelpon salah satu mantan customer lamanya yang menanyakan keberadaannya. Disusul dari Jakarta, Suta dan istri bertemu malaikat penyelamatnya bernama Bu Sri atau Bu Tri.

Datang ke SPBU bersama suaminya, wanita 40 tahunan tersebut menangis dan memberikan uang Rp15 juta untuk Suta dan istrinya. Pemberian itu sempat ditolak namun akhirnya diterima sebagai bentuk hutang.

Padahal sehari sebelumnya, Suta yang sangat kalut memiliki pikiran buruk. Dia sempat ingin mencuri uang dari SPBU yang memberinya tumpangan untuk tidur.

"Kalau saja saya tidak menuruti kata hati, mungkin saya sudah mati dihajar banyak orang demi mencuri uang itu. Saya waktu itu sempat berpikir tidak apa-apa saya mati yang penting istri saya selamat dan punya uang untuk pergi dari situ. Tapi dengan bersabar, ternyata bantuan tak terduga datang satu hari setelahnya. Ini luar biasa sekali buat saya," ungkapnya.

Masih bingung dengan kejadian yang menimpanya, Suta dan Farah pun mencoba berjalan-jalan ke salah satu pameran fashion dalam pembukaan mall yang tak jauh dari SPBU.  Di pameran tersebut, dia melihat salah satu boot kosong yang tak laku.

Iseng bertanya pada manajemen mall, ternyata boot tersebut bisa disewa seharga Rp300 ribu per hari selama sebulan. Bayar sewa boot pun tak harus diawal pameran.
Tanpa pikir panjang, Suta menyewa boot tersebut. Dia juga menelpon salah satu temannya di Jakarta untuk mengirimkan sisa baju impor untuk dijualnya. 

Di boot yang sederhana itu, dia memajang baju-baju jualannya.
Kebaikan kembali melingkupinya. Salah seorang pemilik boot di sebelahnya bertanya kenapa boot milik Suta sangat sederhana ditengah boot-boot lain yang cantik. Dengan jujur Suta mengaku tak punya uang untuk membeli gantungan baju.

Tiba-tiba hari berikutnya, pemilik boot sebelahnya membawakannya gantungan baju dengan alasan tak dipakai. Namun setelah dicek, gantungan baju tersebut masih baru dan sengaja dibelikan untuk boot Suta.

"Di plastik pembungkus gantungan baju masih ada harga yang lupa dilepas, harganya tidak murah dan masih baru," ujarnya.

Pameran tersebut ternyata sukses. Barang dagangan Suta laris manis terjual setiap harinya selama pameran.

Dari Mall ke Mall Pakai Sepeda
Mendapatkan semangat dari orang-orang baik, akhirnya Suta dan istri terus mengikuti pameran fashion di sejumlah mall. Mencoba membuat nama brand sendiri dengan mengambil nama sang istri Farah, mereka pun mengajak penjahit dari Solo untuk membuatkan labelnya.
Tak punya kendaraan bermotor, pasutri ini membeli satu sepeda untuk membawa tumpukan dagangan baju untuk pameran dari satu mall ke mall lain. Apalagi di Yogyakarta tak ada angkot 24 jam laiknya

Mereka setiap pagi  bersepeda pukul 07.00 WIB untuk bisa membuka lapak pameran pada pukul 10.00 WIB. Karena tak tahu rute jalan di kota ini, mereka sempat memutar jalan untuk bisa sampai di tempat pameran

Namun dengan beratnya beban bawaan, sepeda miliknya pun tiba-tiba rusak. Ban belakang sepedanya meleyot dan tak bisa jalan.

"Akhirnya setelah diperbaiki, saya membeli satu sepeda lagi untuk istri saya. Ini kami lakukan terus sampai akhirnya bisa membuka toko sendiri pada 2017 di daerah kledokan. Berkat bersepeda setiap hari, kami berdua jadi sehat dan punya keturunan, padahal sebelumnya kami didiagnosa susah punya anak," jelasnya.

Bisnis Farah Button pun semakin berkembang. Meski sempat ditipu klien dan difitnah pesaing bisnisnya, retail fashion Suta semakin banyak diminati masyarakat.

Suta yang mendesain sendiri labelnya menjadikan Farah sebagai inspirasi desain bajunya. Ternyata desain baju banyak diterima masyarakat dan selalu repeat order. Satu model baju bisa tiga kali produksi setiap bulannya.

Memberanikan diri membuka gerai di mall, Suta pun membranding nama Farah Button sebagai label berkelas atas dengan harga yang ramah di kantong. Customer pun semakin melirik produk tersebut hingga akhirnya Suta berhasil membuka tujuh gerai di semua mall di Yogyakarta serta mall lain di Bekasi


Penghasilanya tak main-main. Mempekerjakan lebih dari 300 penjahit lokal asal DIY dan sekitarnya, Suta saat ini mampu menjual sekitar 10 ribu pakaian setiap bulannya. Omzetnya pun cukup fantastis. Sebulan dia bisa mengatongi sektiar Rp 600 juta hingga Rp 1 miliar lebih.

"Kenapa saya pilih fashion, karena dulu saya dan istri tidak bisa beli baju satupun. Sekarang istri kalau ingin, tinggal ambil di gerai. Toh inspirasi baju saya kan istri jadi setiap yang dia pakai pasti pas," ujarnya sembari tertawa.

Membalas Sosok Bu Tri
Sempat berhenti berjualan saat awal pandemi, bisnis Suta kembali moncer setelah tiga bulan. Penjualan online lewat sosial media (sosmed) pun laris bak kacang goreng. 

Keputusannya tak merumahkan karyawan berbuah manis. Orderan yang semakin banyak pun mampu dipenuhinya dengan lancar.

Karenanya Suta Mahesa dan Farah ingin sekali membalas budi pada orang-orang yang telah membantunya. Pada Bu Sri atau Bu Tri yang tak pernah ditemuinya sejak pertemuan pertama dan terakhirnya di mushola SPBU Jalan Magelang atau pemilik boot yang memberikannya gantungan baju untuk mengawali bisnisnya.

Suta tak pernah lelah mencari siapa sebenarnya Bu Tri atau Bu Tri. Setiap hari dia mencari di sosmed dan mencocokan wajah dengan sosok Bu Sri atau Bu Tri yang ada di ingatannya. 

"Saya ingin bersujud dan berterima kasih kepada bu sri atau bu tri yang meminjami uang. Saya sekarang lost contac dengan beliau karena hp saya pernah hilang, padahal nomor kontak bu sri atau bu tri ada di hp itu. Kalau ibu tahu keberadaan saya, tolong kontak saya di setiap gerai farah button," imbuhnya. (Cak/Rls)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment