News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Prinsip Menjadi Manusia yang Bermanfaat untuk Kikis Kesenjangan Digital

Prinsip Menjadi Manusia yang Bermanfaat untuk Kikis Kesenjangan Digital





Grobogan – Kesenjangan akses digital masih menjadi persoalan di Indonesia, khususnya dari sisi infrastrukturnya. Menghadapi transformasi digital yang begitu cepat, pemerintah pun mengejar ketertinggalan tersebut dengan menargetkan pada 2022 mendatang seluruh Indonesia sudah dapat menikmati jaringan 4G. Hal itu didukung pula dengan meliterasi sumber daya manusia terkait literasi digital, salah satunya melalui kegiatan webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, dengan tema “Menyikapi Kesenjangan Digital Antar Gender dan Kelas Sosial”, Kamis (4/11/2021).
Dannys Citra (news anchor) memandu diskusi dengan menghadirkan empat narasumber: Hadi Purwanto (Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Ponpes Kemenag Grobogan), Sigit Widodo (Ketua Dewan Pembina Internet Development Institute), Sani Widowati (Princeton Bridge Year On-Site Director Indonesia), Tobirin (Dosen Universitas Jenderal Soedirman). Serta Mohwid (entrepreneur) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber membahas tema diskusi dari sudut pandang empat pilar literasi digital digital skill, digital safety, digital ethics, digital culture.
Ketua Dewan Pembina Internet Development Institute Sigit Widodo mengantarkan tema diskusi dengan membahas kesenjangan digital masyarakat. Mengacu pada data BPS pada 2020, pengguna internet aktif secara nasional ada 53,73 persen dengan perbedaan di perkotaan sebanyak 64,25 persen serta di pedesaan ada 40,32 persen. Artinya kesenjangan digital pada kelas sosial menunjukan perbedaan yang cukup banyak, hal ini salah satunya dipengaruhi pembangunan infrastruktur yang belum merata dan perbedaan kelas ekonomi masyarakat. 
Sementara kesenjangan digital antar gender, jelas Sigit Widodo, dari waktu ke waktu mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Untuk generasi tua baby boomers sampai pada milenial awal memang ada kesenjangan gender dalam penggunaan teknologi digital, akan tetapi pada generasi yang lebih muda isu gender semakin mengecil dan nyaris tidak ada. 
“Hingga hari ini kesenjangan antar kelompok memang belum terselesaikan dengan baik, dan ini tidak hanya menjadi tugas pemerintah tetapi juga butuh partisipasi masyarakat. Misalnya antara kelompok masyarakat pedesaan dan kelompok masyarakat perkotaan yang terkendala infrastruktur, kemampuan ekonomi, dan literasi digital. Kemudian antara kelompok masyarakat di Jawa dan di luar Jawa juga masih mengalami infrastruktur yang kurang merata, ini terlihat dari pengalaman pelaksanaan pendidikan daring yang tidak bisa dilakukan secara mulus,” ujar Sigit Widodo kepada 200-an peserta webinar. 
Masalah-masalah utama kesenjangan digital yang dialami masyarakat saat ini di antaranya biaya akses internet yang belum terjangkau, harga perangkat yang masih mahal, stereotip gender, serta pengetahuan oleh kelompok digital immigrant dengan digital native.
Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Ponpes Kemenag Grobogan Hadi Purwanto menambahkan bahwa akselerasi pemanfaatan teknologi harus ditingkatkan dengan membangun hak akses dalam bingkai keselarasan dan keharmonisan agar pemafaatan teknologi digital tidak ada kesenjangan lagi. Namun dalam akselerasi pemanfaatan digital itu juga ada kewajiban bagaimana masyarakat digital dapat mengakses dan memuat konten yang baik di ruang digital. 
“Keselarasan dan keharmonisan itu juga perlu kita bangun etika digital sehingga di ruang digital tidak sekedar mem-posting atau menyampaikan konten, tetapi bagaiman konten yang disampaikan itu tidak menimbulkan masalah atau pun ketidaknyamanan. Membangun etika digital ini penting karena teknologi memudahkan masyarakat mendapatkan informasi secara online,” ujar Hadi Purwanto. 
Etika yang harus dikembangkan di antaranya, masyarakat harus sadar bahwa informasi yang diunggah itu dapat dinikmati banyak orang sehingga harus dipertimbangkan apakah informasi itu mengandung hal yang dapat menyinggung orang lain. Unggahan hendaknya dipertimbangkan dengan matang, tidak asal diunggah. 
“Gunakan bahasa yang elegan dengan prinsip saling menghargai dan menghormati, hindari kalimat-kalimat negatif yang dapat melukai orang lain. lebih baik mengunggah konten yang bersifat mendidik dan berprinsip bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat pada yang lainnya,” pesan Hadi Purwanto. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment