News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kecakapan Anak Didik di Abad 21 dan Cara Aman Bermedia

Kecakapan Anak Didik di Abad 21 dan Cara Aman Bermedia




Brebes – Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, kali ini dengan tema “Pendidikan Bermutu untuk Generasi Anak Digital”, Kamis (4/11/2021). Kegiatan ini merupakan bagian dari gerakan nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang diselenggarakan untuk mengajak masyarakat dalam meningkatkan kecakapan literasi digital yang meliputi digital ethics, digital skill, digital safety, digital culture.
Diskusi dipandu oleh Master of Ceremony Dimas Satria dan diisi oleh empat narasumber: M. Jadul Maula (budayawan), Imam Wicaksono (praktisi pendidikan), Choirul Fajri (Kepala Biro Kemahasiswaan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta), Danang Margono (Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak). Serta Aprilia Ariesta (content creator) sebagai key opinion leader. 
Praktisi pendidikan Imam Wicaksono pada kesempatan ini mengatakan bahwa literasi digital itu penting, lebih-lebih untuk insan pendidikan. Dengan literasi digital sumber daya manusia dapat meningkatkan kapasitas kemampuannya dalam berbagai hal, menumbuhkan rasa keingintahuan akan ilmu pengetahuan, dan membentuk pribadi yang kreatif, inovatif, dan berpikir kritis. 
Sebagai pendidik, guru perlu lebih dulu untuk memahami literasi digital dan mengedukasi siswa tentang hal-hal yang perlu diwaspadai. Sebab aktivitas pendidikan yang lebih banyak berada di ruang digital memberikan dampak buruk juga bagi peserta didik. Hal yang perlu diwaspadai itu di antaranya adalah adanya kekerasan siber yang hingga hari ini isunya masih sangat relevan, kemudian adiksi siber karena banyaknya fasilitas media yang memberikan berbagai hiburan. Serta waspada pada perundungan siber, termasuk di dalamnya ujaran kebencian dan hoaks. 
“Untuk mematangkan kegiatan digital kita perlu budaya yang mapan sehingga ketika berada di ruang digital sudah dalam kondisi yang optimal. Budaya membaca harus ditingkatkan karena ia yang menjadi benteng dalam menghadapi informasi yang campur aduk di ruang digital, dengan kemampuan membaca tersebut netizen bisa memilih dan memilah informasi dengan baik,” ujar Imam Wicaksana kepada seratusan peserta webinar. 
Hoaks menjadi fenomena yang akrab di lingkungan digital dewasa ini, dan dengan punya kebiasaan membaca serta literasi digital dapat meminimalisir anak didik terpapar berita bohong. Hoaks menjadi hal yang sangat dekat karena saluran penyebarannya dilakukan melalui berbagai platform media digital yang menjadi ruang aktivitas keseharian masyarakat saat ini. 
“Kita bisa mendeteksi hoaks dengan membiasakan membaca secara keseluruhan dan tidak berhenti di judul saja. Informasi hoaks biasanya memiliki judul yang sensasional untuk mencuri perhatian, jika sudah demikian cek sumber dan penulis apakah dari sumber yang kredibel. Biasanya hoaks memiliki postur berita yang tidak berimbang, antara judul dan isi berita sering tidak nyambung,” jelasnya. 
Selanjutnya sebagai anak didik yang terliterasi dapat berkontribusi melawan hoaks. Bersikap tenang ketika mendapatkan suatu informasi, baca secara tuntas dan renungkan. Jika berita tidak memberikan manfaat, mengandung hal yang kontradiktif, data dan faktanya tidak jelas lebih baik setop untuk tidak menyebarkan. Lalu laporkan melalui berbagai layanan kanal aduan atau melalui fitur report and block pada fitur media digital. 
Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak Danang Margono menambahkan ada empat kecakapan digital abad 21 yang harus dimiliki anak didik. Kemampuan untuk berpikir kritis, yaitu kemampuan nalar dalam memahami dan mengolah informasi sehingga menemukan pemecahan masalah. Kemampuan ini sangat tepat ketika menghadapi tsunami informasi di ruang digital. 
Kemudian kemampuan berkolaborasi atau bekerjasama. Siswa dapat diarahkan untuk belajar dalam kelompok, dan dengan kemajuan teknologi kolaborasi menjadi sangat luas dan lebih fleksibel. 
“Kemampuan kolaborasi ini juga termasuk dalam kemampuan komunikasi dalam menyampaikan ide atau gagasan. Siswa juga didorong untuk melakukan kegiatan belajar yang dapat memunculkan kreativitasnya, misalnya dengan game based leraning,” jelas Danang Margono.  (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment