News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Empat Sisi Etika Sebagai Bekal Guru dalam Pembelajaran Daring

Empat Sisi Etika Sebagai Bekal Guru dalam Pembelajaran Daring




Sukoharjo – Di era digital, penggunaan teknlogi merupakan hal yang normal bahkan sudah menjadi bagian dari kebutuhan karena teknologi membantu memudahkan segala aktivitas kehidupan, termasuk dalam pelaksanaan pendidikan. Hal ini dibahas dalam webinar dengan tema “Menjadi Pendidik Cerdas Dan Cakap Digital” yang diselenggarakn Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (3/11/2021). 

Bersama Mafin Rizqi (content creator) sebagai moderator, diskusi virtual diisi oleh empat narasumber Ahmad Khairul Anwar (Dosen Universitas Sahid Surakarta), Adi Kuswanto (Pendidik SMPN 1 Weru Sukoharjo), Nurly Meilinda (Dosen Universitas Sriwijaya), Rino Ardhian Nugroho (Dosen Universitas Sebelas Maret). Serta Bella Ashari (Tv Presenter) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan tema diskusi dari sudut pandang empat pilar literasi digital digital ethics, digital skill, digital culture, digital safety. 
Dosen Universitas Sriwijaya Nurly Meilinda mengatakan bahwa teknologi menjadi sebuah instrumen untuk mencapai tujuan, dan dampaknya tergantung bagaimana manusia menggunakannya. Oleh karena itu jika ingin memanfaatkan teknologi, maka harus terlebih dahulu mengenal teknologi agar dapat menggunakannya sesuai dengan tujuan. 
Di bidang pendidikan, teknologi memudahkan kita untuk mengetahui informasi dan mengakses materi bahan ajar, penyampaian dapat disampaikan dengan lebih fleksibel memanfaatkan berbagai platform daring. Pengumpulan tugas juga menjadi jauh lebih simpel dan dapat dilakukan dimanapun.
Setelah mengenal teknologinya, hal lain yang harus dipahami adalah literasi digital. Literasi digital menjadi syarat kunci menghadapi transformasi digital. Literasi digital mendorong kemampuan bermedia digital tidak hanya mampu menggunakan teknologi tetapi ada kebijaksanaan dan tanggung jawab. 
“Tantangannya bagi pendidik adalah bagaimana mengasah keterampilan membuat media pembelajaran yang menarik, memanfaatkan media sosial sebagai bagian dari pendidikan. Mampu menguasai mesin telusur untuk mencari informasi secara efisien dan efektif. Menciptakan game based learning, menguasai bahasa asing untuk memperkaya materi ajar,” kata Nurly Meilinda tentang kecakapan digital. 
Media digital dapat menjadi sarana untuk lebih meningkatkan soft skill dan hard skill, mengikuti berbagai kegiatan guru, belajar mengeksplorasi berbagai aplikasi edukasi agar pembelajaran dapat dilakukan lebih dekat dengan peserta didik. 
“Guru dapat memanfaatkan aplikasi Kahoot untuk membuat kuis, memplejari Canva untuk membuat konten atau presentasi menarik, dan aplikasi penunjang belajar lainnya,” ujarnya.
Namun dalam bermedia digital, yang perlu diperhatikan juga adalah memastikan informasi yang diakses atau yang akan dibagikan itu sudah pasti kebenarannya, memberikan manfaat, dan mengandung nilai-nilai kebaikan di dalamnya.
Sementara itu Pendidik SMPN 1 Weru Sukoharjo Adi Kuswanto menambahkan bahwa dalam bermedia digital itu harus memiliki etika yang benar. Etika tetap berlaku meskipun tidak ada orang lain yang melihat perbuatan. Dalam etika terdapat cara pandang dari sisi batiniah manusia, artinya ada unsur rasa yang perlu diperhatikan. 
“Dalam etika itu ada aspek pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan yang harus dijalankan. Etika harus sudah ada sejak dalam pikiran, namun terkadang terjadi pergeseran ketika berada di ruang digital karena merasa tidak ada orang yang melihat atau tahu identitas pengguna yang sebenarnya,” ujar Adi Kuswanto.
Lalu dari aspek perasaan, media digital memberikan kebebasan dalam mengungkapkan segala macam perasaan. Ada empati yang harus dipahami dalam memahami ungkapan perasaan, jangan sampai ketika orang mengatakan sedang bersedih justru dianggap sebagai candaan dan dibalas dengan kalimat atau emoji yang malah membuat tidak nyaman. 
“Dalam aspek perkataan, hal-hal yang kita ungkapkan tidak semuanya bisa diterima oleh orang lain. Kita harus mengerti bahwa perkataan yang kita ungkapkan khususnya lewat tulisan itu ada keterbatasan, berpotensi ada kesalahpahaman. Misalnya karena tanda baca yang salah membuat maksud perkataan itu berbeda,” ungkapnya. 
Dan dalam aspek perbuatan, penggunaan media digital diharapkan bisa menyentuh orang lain dan mempengaruhi perbuatannya. Dalam hal ini tentu mempengaruhi untuk berbuat positif. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment