News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Cerdas Berinternet, Beretika dalam Bermedia

Cerdas Berinternet, Beretika dalam Bermedia




Banjarnegara – Transformasi digital banyak merubah pola aktivitas masyarakat karena bergesernya penggunaan teknologi analog ke teknologi digital untuk berbagai keperluan. Oleh sebab itu, sebagai bagian dari warga digital harus mengasah keterampilan agar lebih cerdas dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini dibahas dalam webinar dengan tema “Menjadi Masyarakat Digital yang Terampil dan Cerdas” yang diselenggarakan Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (8/11/2021). 

News anchor Dannys Citra memandu diskusi virtual dengan menghadirkan empat narasumber yaitu Kokok Herdhianto Dirgantoro (Ceo Opal Communication), Luqman Hakim Bruno (Content Creator Kaliopak), Novi Kurnia (dosen Universitas Gadjah Mada Yogyakarta), Jadul Maula (budayawan). Serta musisi dari band J-Rock Sony Ismail sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber membahas tema diskusi dari perspektif empat pilar digital: digital ethic, digital skill, digital safety, digital culture.
Kokok Herdhianto, Ceo Opal Communication, mengatakan jumlah penduduk indonesia yang terkoneksi dengan perangkat mobile phone saat ini telah melebihi jumlah penduduk Indonesia dengan total penetrasi internet 73,7 persen pada tahun 2021. Sedangkan penduduk Indonesia saat ini didominasi oleh kelompok milenial dan generasi Z, yang artinya mereka sudah terbiasa dengan penggunaan teknologi untuk melakukan berbagai aktivitas harian.
Realita di era digital hari ini masyarakat lebih banyak memanfaatkan media sosial untuk mendapatkan berbagai informasi. Hari ini informasi yang masuk sangat deras di media sosial, bahkan fenomenanya informasi dari media sosial bisa menjadi bahan informasi yang digunakan media berita daring. 
“Media sosial mengubah pola munculnya isu, namun banjir informasi di medsos diperlukan kecermatan dan usaha lebih dalam menentukan informasi yang valid dan hoaks. Hadirnya media online, media cetak, serta berita di televisi menjadi penetralisir informasi yang ada. Kemunculan isu dan dampaknya relatif lebih mudah diprediksi saat era media mainstream,” ujar Kokok Herdhianto. 
Kecakapan digital sangat diperlukan dalam menghadapi era transformasi, karena penggunaan teknologi di masa mendatang mungkin akan lebih intens daripada sekarang. Di antaranya mampu memanfaatkan media digital untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, mencari peluang bisnis, memperluas jaringan pertemanan, mencari dan memilah informasi.
Skill yang harus kita miliki juga adalah bagaimana menghadapi hoaks dan tsunami informasi. Media sosial yang merupakan media paling banyak dimanfaatkan rupanya juga menjadi saluran penyebaran hoaks. Oleh sebab itu, warganet harus cermat dan cerdas ketika menyikapi informasi. 
“Jangan langsung reaktif dan mudah termakan informasi, cermati dulu sumber dan isi konten berita sebelum memberikan komentar atau bereaksi. Jika dirasa mengganggu atau mengandung hoaks, ambil langkah untuk melapor baik melalui fitur report di media digital atau ke kanal aduan konten,” jelas Kokok. 
Luqman Hakim, content writer di kaliopak.com menambahkan bahwa untuk menjadi warganet yang cerdas dalam berinteraksi di ruang digital maka tatanan etika mestinya menjadi pegangan bagi individu. Individu harus memahami perubahan pola komunikasi di ruang digital yang mengikis sisi batiniah dan relasi emosional. Teknologi menjadi perantara dalam berinteraksi, namun etika tetap harus ada di dalamnya. 
“Etika dan tata krama yang harus menjadi benteng dalam berinteraksi adalah sadar bahwa partner komunikasi di ruang digital juga seorang manusia, sehingga harus ada golden rule yang diterapkan. Artinya kita memperlakukan orang lain dengan baik sebagaimana kita ingin diperlakukan orang lain dengan baik,” jelas Luqman Hakim.
Bermedia digital dengan niat baik, mendahulukan etika universal, menghargai orang lain, serta menggunakan bahasa yang baik dan sopan merupakan etika berinteraksi yang harus diadopsi di ruang digital. 
“Dalam proses adaptasi dengan teknologi dan ruang digital kita harus sadar bahwa teknologi hanya sebatas alat dan manusia adalah tuannya. Kendalikan teknologi sesuai kebutuhan. Dunia digital memang memungkinkan untuk bebas berekspresi, namun ada konsekuensi dan ancaman dari setiap aktivitas digital. Oleh karenanya kesadaran, kedewasaan, dan tanggung jawab harus menjadi sensor yang ampuh,” tutupnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment