News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Adaptasi dari Teacher Centered ke Student Centered, Model Baru Pembelajaran di Era Digital

Adaptasi dari Teacher Centered ke Student Centered, Model Baru Pembelajaran di Era Digital



Pekalongan: Adaptasi cepat pembelajaran di dunia pendidikan kita butuh banyak penyesuaian di era digital. Covid-19 memang menjadi pendukung yang mempercepat adaptasi itu. Karena ada perubahan orientasi model belajarnya, di masa lalu di abad 20-an pembelajaran berdasar waktu, sementara di abad 21 yang ditarget adalah hasilnya.

Dr. Waryani Fajar Riyanto, dosen Fak. Ushuludin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta mengatakan, dulu guru menjadi sumber segala informasi, karena pembelajaran terbatas waktu dan tempat di kelas (teacher centered). Kalau kini, di masa informasi bebas tak terbatas, siswa belajar bersama teman, baik di kelas online maupun kelas dengan teman satu negara dan sedunia. Sebab, dengan jaringan internet, siswa bisa belajar bersama, kolaboratif, berbagi pengalaman dan wawasan. 

”Peran guru sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan materi dan teman belajarnya (student centered). Dulu, bahan pelajaran bersumber dari ajaran yang disampaikan guru dan buku bacaan. Kalau sekarang, sumbernya beragam link yang makin luas dan bebas tak terbatas, tapi tetap dibimbing dan dipandu dengan kompetensi guru yang makin cerdas dan cakap memilih materi yang bijak dan tepat untuk tumbuh kembangnya siswa di kelas,” urai Waryani Fajar.  

Ia menambahkan, ini model pembelajaran baru yang butuh peningkatan kompetensi dan kecakapan digital, baik bagi guru, siswa maupun peran orangtua dalam satu kolaborasi segitiga emas yang saling melengkapi. ”Semua mesti meningkatkan kecakapan sesuai peran masing-masing yang proporsional,” papar Waryani Fajar dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kota Pekalongan, Selasa, 16 November 2021.

Membahas topik menarik ”Strategi dan Model Pembelajaran di Era Digital”, webinar yang diikuti 500-an peserta itu dibuka dengan keynote speech dari Presiden Joko Widodo, dilanjut pesan pembuka dari Kakanwil Kemenag Jateng Mustain Ahmad. 

Selain Waryani Fajar, diskusi virtual yang dipandu moderator Niken Pertiwi ini juga menghadirkan tiga pembicara lain: Muhamad Fakhih Khusni, Kasie Pendidikan Pondok Pesantren dan Diniyah Kantor Kemenag Kab. Wonosobo; Dr. Nur Abadi, Kabid Pendidikan Diniyah dan Pontren, Kanwil Kemenag Jateng; dan Dr. Jafar Ahmad, Direktur Eksekutif Lembaga Survei IDEA Institute Indonesia. Ikut bergabung Oka Fahreza, presenter TV, yang tampil sebagai key opinion leader.

Waryani Fajar menambahkan, karena model pembelajarannya berbeda, maka paradigma target tujuan pembelajaranya pun berubah. Kini, di era digital di masa abad 21, di mana sumber informasi berlimpah tak terbatas, siswa bukan lagi diberitahu oleh guru, tapi mencari tahu dengan observasi menemukan sendiri dari sumber informasi yang tak terbatas, kapan saja dari mana saja, meski memang untuk itu mesti difasilitatori dengan bijak sesuai kompetensi guru yang makin terus ditingkatkan. 

”Juga, karena sistem komputasi yang cepat dengan mesin pencari siswa tidak dikejar untuk menuntaskan masalah, tapi dalam belajar justru dituntut lebih banyak merumuskan masalah, bertanya,” tambah Waryani. Dan, karena tantangan persaingan ke depan, pekerjaan adalah bersaing dengan kemajuan teknologi. 

”Pembelajaran lebih mengedepankan kemampuan siswa untuk bisa meningkatkan kecakapan analitis untuk mengambil keputusan yang lintas bidang. Bukan menjadi berkecakapan mekanis yang selalu berhadapan dengan masalah rutin yang monoton. Masalah setiap saat yang dihadapi akan berubah. Jadi, solusi yang mesti diciptakan juga berubah-ubah. Cerdas, kreatif dan adaptif, itu kompetensi yang diharap dari pendidikan di masa depan,” urai Waryani.

Namun, untuk itu, karena semua akan terus tergantung pada ruang digital, yang membantu kelancaran aktivitas dan interaksinya, keamanan digital juga akan terus menjadi isu penting. Jadi? Siswa dan guru mesti terus meningkatkan kecakapan dalam keamanan digital, baik dalam hal perangkat keras maupun lunak. Membiasakan memperkuat password yang unik dan kuat di semua akun pembelajaran, membuat proses pembelajaran makin aman dari ancaman serangan penjahat siber yang makin canggih dan selalu meng-upgrade diri. 

”Guru jangan sampai kalah canggih dalam mengantisipasi. Agar ruang kelas bukan hanya nyaman dan menantang, tapi juga aman bagi proses belajar. Ini membuat siswa makin tenang belajar dan mampu meraih prestasi puncaknya,” saran pamungkas Jafar Ahmad dari IDEA Institute. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment