Pentingnya Etika Digital dalam Mengakses Informasi Budaya Indonesia
Brebes - Era industri ditandai dengan serba digitalisasi dan otomasi. Hampir semua aspek kehidupan di era ini, tidak terlepas dari penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Hal tersebut dikatakan oleh Dosen Universitas Indonesia, Retno Kusumastuti dalam webinar literasi digital dengan tema “Pertemuan Budaya Tradisional dengan Kemajuan Teknologi Digital” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, pada Sabtu (23/10/2021).
Retno mengatakan era digital juga menyebabkan terjadinya pergeseran pola-pola pikir, pola sikap dan pola tindak masyarakat dalam akses dan distribusikan informasi.
“Era digital ini, masyarakat Indonesia akan semakin mudah dalam mengakses infromasi melalui berbagai platform teknologi digital yang menawarkan inovasi fitur dari medium komunikasi yang kian interaktif,” kata dia.
Retno mengungkapkan digitalisasi memberikan berbagai manfaat dalam mengakses informasi. Beberapa di antaranya seperti lebih murah, lebih fleksibel, lebih cepat, jangkauan luas, materi menjadi menarik, tidak ada batas waktu, ruang dan tempat.
Retno mengatakan dari sektor budaya pun sudah terdigitalisasi. Ia mencontohkan seperti aplikasi digital angklung untuk gadget android, kemudian e-gamelan, gerakan 1001 naskah, kamus bahasa Sunda, kamus bahasa Jawa, hingga buku sekolah elektronik.
Untuk itu, menurut Retno perlu adanya etika digital bagi pengguna ruang digital untuk mengakses informasi. “Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yakni kebiasaan yang baik, ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk tentang hak dan kewajiban moral. Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak moral mengenai benar dan salah,” ujarnya.
Retno mengatakan pengguna digital juga perlu memahami mengenai pentingnya keamanan data pribadi. “Kemampuan diri atau kelompok untuk menentukan dan menjaga apakah data pribadinya boleh diketahui pihak lain,” ujarnya.
Retno menyebutkan pengguna digital harus mempertimbangkan dengan baik ketika akan share data pribadi. “Pertimbangkan mengenai keperluan dan risikonya. Batasi menggunakan data pribadi yang akan diposting di internet baik berupa teks, foto, maupun video,” kata dia.
Narasumber lainnya, Praktisi Pendidikan, Medine Primalia mengatakan teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan manusia. Namun tidak dapat dimungkiri bahwa kemajuan teknologi yang ada menciptakan tantangan baru bagi masyarakat digital.
Medine menyebut literasi digital merupakan sebuah konsep dan praktik yang bukan sekedar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi.
“Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif,” kata dia.
Medine mengatakan pengguna digital juga harus mempunyai kecakapan digital yakni kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak teknologi informasi komunikasi (TIK) serta sistem operasi digial. “Mulai dari website hingga beragam aplikasi di smartphone,” ujarnya.
Menurut Retno, dengan kemampuan literasi digital maka nilai utama dunia digital bisa didapatkan. Yakni kreativitas untuk menjelajahi berbagai sudut pandang dan potensi media digital, kolaborasi di media digital untuk mengasah kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, serta berpikir kritis dalam bermedia dan memanfaatkan media digital untuk kegiatan positif. “Buat konten media sosial yang bersifat edukatif, informatif, inspiratif, dan hiburan,” ucapnya.
Dipandu moderator Amel Sannie, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Darwanto (Direktur CSO Indonesia), Anif Farizi (Digital Business Beta Media), dan Duta Wisata Indonesia 2017, owner @mydeearscard, Indira Wibowo, selaku key opinion leader. (*)
Post a Comment