News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Mind Map Menghindari Terjerembap pada Banjir Informasi Hoaks

Mind Map Menghindari Terjerembap pada Banjir Informasi Hoaks





Kota Semarang – Informasi hoaks sudah terlalu banyak membanjiri ruang digital yang dampaknya membuat perspektif pengguna internet juga menjadi salah. Untuk menahan hoaks tidak semakin berdampak negatif dibutuhkan partisipasi aktif pengguna untuk melawan hoaks dengan bermedia secara positif dan meningkatkan literasi digital. Upaya ini juga diusung Kementerian Kominfo RI dengan menyelenggarakan webinar dengan tema “Menjadi Netizen Pejuang, Bersama Lawan Hoaks” untuk warga Kota Semarang, Senin (14/10/2021). 

Entertainer Zacky Ahmad memandu diskusi virtual siang ini dengan menghadirkan empat narasumber: Zahid Asmara (filmmaker), I Nyoman Yoga Segara (dosen UHN IGB Denpasar), Khuriyatul Husna (dosen Universitas Lancang Kuning), Maryanto (aktivis Lintas Iman). Juga ada Safira Hasna (Wakil II Mbak Jateng 2019) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan tema diskusi dari sudut pandang empat pilar literasi digital, digital skills, digital ethics, digital culture, digital safety.
Narasumber Zahid Asmara yang seorang filmmaker menjelaskan bahwa melawan hoaks membutuhkan kecakapan dalam menyaring dan mengelola informasi. Kemajuan teknologi tidak lantas membuat orang untuk menjadi nomophobia dan fomophobia, tetapi bagaimana bisa eksistensi di ruang digital menjadi sarana mengaktualisasikan diri secara positif. 
Ia menjelaskan bahwa dalam bermedia, setiap pengguna harus kembali mempertimbangkan antara preferensi dan referensi sebagai dasar eksistensi di ruang digital. Preferensi dan referensi menjadi filter dan sarana untuk menganalisi informasi agar bisa memilah dan memilih informasi. Butuh pemetaan agar pengguna media digital punya arahan dan tidak terjerembap di rimba digital
“Membutuhkan perspektif berdasarkan preferensi dan referensi yang menjadi alat bantu untuk memfilter dan menganalisa informasi. Serta kecakapan berpikir kritis dan berpikir kreatif untuk dapat memetakan informasi sehingga tidak termakan dalam konsumsi informasi,” jelas Zahid Asmara kepada 200-an peserta webinar. 
Metode analisa pemetaan informasi dengan menggunakan prinsip 5W+1H untuk memahami informasi secara utuh. Setiap platform digital memiliki preferensi kontennya dari butuh konsistensi setiap penggunana bagaimana mengaktualisasikan diri untuk melawan informasi hoaks. 
“Dengan bekal tersebut kita bisa mengolah informasi dan mentransformasikannya dalam bentuk info jelas tujuannya dan validitas data dan faktanya. Mind map ini menjadi jembatan untuk bermedia digital yang memiliki etika, membagikan informasi yang otentik, dan menjadi agen perubahan positif,” imbuhnya. 
I Nyoman Yoga Segara menambahkan bahwa temuan hoaks dari waktu ke waktu tercatat semakin tinggi utamanya pada tahun 2018 ke 2019 dimana Indonesia menjelang pelaksanaan pesta demokrasi. Terbukti isu hoaks paling banyak adalah isu sosial politik dengan persentase sekitar 91 persen, disusul isu SARA dan kesehatan. Informasi hoaks menurut data banyak disebarkan dari grup Whatsapp satu ke grup lainnya sehingga persebarannya menjadi semakin tak terkendali jika tidak memiliki kecakapan literasi digital. 
“Cerdas melawan hoaks dengan prinsip saring sebelum sharing. Tidak menyebarkan berita atau informasi tanpa cek kebenarannya, meneliti dan mencermati alamat situs, memeriksa fakta dan data, dan memeriksa keaslian foto. Tidak mudah terpengaruh dan berhati-hari dengan judul provokatif serta berpartisipasi ke dalam komunitas antihoax,” jelasnya.
Melawan hoaks dengan ikut beperan aktif melaporkan konten yang memiliki nuansa hoaks ke kanal-kanal aduan seperti aduankonten.id, turnbackhoax.com dan serta menggunakan situs informasi terpercaya untuk mengecek kebenaran informasi dan memanfaatkan fitur Google Fact Checks dan Google Images. 
“Sumber hoaks berawal dari ujaran kebencian berupa misinformasi, disinformasi dan malinformasi. Untuk itu mari kita kembali pada hakekat bernegara, menggunakan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital, berbudaya, berbangsa dan bernegara,” tutupnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment