News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Menjadi Masyarakat Cerdas dan Cakap Digital

Menjadi Masyarakat Cerdas dan Cakap Digital




Banjarnegara: Masyarakat digital (digital society) adalah realitas hidup di abad 21 di mana Manusia dalam berbagai sektor kehidupannya terpaut dengan IT dan Teknologi Digital. Demikian kalimat pembuka yang datang dari Dr. Rd. Ahmad Buchari, S.IP., M.Si, Dosen Universitas Padjadjaran dalam acara webinar literasi digital yang digagas Kominfo RI di Kabupaten Banjarnegara Senin 27 September 2021.
 
Menurutnya, di era digital, semua sspek kehidupan tidak terlepas dari penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technologies). Saat ini, lanjutnya, telah terjadi pergeseran pola pola pikir, pola sikap, dan pola tindak masyarakat dalam akses dan distribusikan informasi. Kemudian masyarakat Indonesia akan semakin mudah dalam mengakses informasi melalui berbagai platform teknologi digital yang menawarkan inovasi fitur dari medium komunikasi yang kian interaktif. Yang tak kalah penting di era ini adalah ketika manusia ramai-ramai membuat akun di Facebook, Twitter, Path, Instagram, Youtube, dan lain-lain untuk membuktikan eksistensi mereka kepada dunia.
 
“Makanya, kalangan akademisi harus dapat menjadi pelopor dalam berinovasi dan membangun kesiapan masyarakat untuk menghadapi disrupsi, khususnya yang dibawa oleh revolusi teknologi informasi,”jelasnya.
 
Dalam konteks penggunaan media sosial, Dr. Rd. Ahmad Buchari, S.IP mengingatkan ada resiko bahaya. Mulai dari penyebaran hoaks hingga ciberbulying. Karena itu, ia mengajak para peserta webinar untuk membawa Iman dalam bermedia sosial.
 
“Kemudian selektif lah dalam memilah serta memilih berita. Tidak semua yang didengar itu langsung diviralkan,”katanya.
 
Dua hal penting yang harus diperhatikan pengguna media sosial dalam berselancar. Menurutnya, produksilah konten yang mengacu pada informasi berkualitas tinggi, yang ditulis dengan baik, dan tentunya bermanfaat yang memberikan nilai kepada semua orang.
 
“Lalu perhatikan juga konteksnya. Sampaikan pesan yang tepat pada waktu yang tepat kepada orang yang tepat,”ujarnya.
 
Mengakhiri paparannya, Dr. Rd. Ahmad Buchari, S.IP., M.Si berharap generasi digital harus menjadi generasi tangguh yang memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah dan mengambil keputusan (problem
solving). Jadikan kemajuan teknologi sebagai ikhtiar untuk selalu menjadi lebih baik dan tidak gampang puas dengan capaian yang ada (growing mindset). Gunakan media sosial untuk merawat dan mengembangkan karakter kebangsaan, kemandirian, semangat gotong royong, dan kebudayaan.
 
“Jadilah early adopters atau kelompok pemula adaptif sehingga mampu mengurangi berbagai konflik dan ketegangan sosial/ social tension, konflik, deviasi, penyimpangan, dan kegamangan karena perubahan yang terjadi. Mampu mengembangkan rasa ingin tahu (curiosity) berdasar kondisi empiris menjadi sebuah keahlian dan keterampilan,”jelasnya.
 
 
Chairul Fajri, Kepala Biro Kemahasiswaan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang bicara pada sesi kedua menegaskan ada ancaman internet yang harus diperhatikan oleh para penggunanya. Ancaman itu antaralain tersebarnya berita hoaks di media sosial. Kemudian terlalu mudahnya mengakses konten radikalisme, terbukanya peluang terjadinya penipuan, pornografi, bulliying, prostitusi, ujaran kebencian dan kejahatan-kejahatan lainnya.
 
Oleh karenanya, literasi media digital perlu terus digalakkan. Solusi lainnya perlu adanya regulasi yang jelas untuk melindungi berbagai kepentingan publik. 
 
”Harus ada aturan hukuman, yang bukan hanya menyasar pelaku tapi juga platform media digital yang digunakan,”katanya.
 
Ia mengingatkan para peserta webinar untuk terus mengupgrade kompetensi digital, agar tidak menjadi korban kejahatan. Kompetensi itu berupa kecakapan dalam hal akses, distribusi, produksi konten dan lain sebagainya.
 
Pembicara lainnya, Tomy Widiytamo dan Krinso Wibowo masing-masing memaparkan materinya secara bergantian selama 25 menit. Mereka membagi pengetahuan ke peserta webinar dari perspektif etika dan digital culture. Acara yang dipandu oleh Nadia Intan, seorang presenter TV kondang menutup acara dengan diskusi bareng Ade Wahyu, seorang jurnalis lokal yang didaulat menjadi Key Opinion Leader.(*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment