News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Menangkal Hoaks Akibat Perubahan Perilaku Digital

Menangkal Hoaks Akibat Perubahan Perilaku Digital





CILACAP: Belakangan ini tren masyarakat menggunakan media sosial tak sekedar memanfaatkannya untuk tali silaturahmi, melainkan juga semakin banyak yang menempatkannya sebagai sumber informasi utama berbagai hal.

Padahal media sosial jelas berbeda dengan media massa karena dalam media sosial tidak mensyaratkan informasi yang dihasilkan disaring atau memiliki kualifikasi tertentu dan tidak melalui proses editorial yang ketat seperti informasi yang dihasilkan media massa konvensional.

"Dalam transformasi digital saat ini, perlu dicermati benar soal ini, bagaimana perubahan perilaku masyarakat mendapatkan informasi dari semula dari media massa lalu beralih ke media sosial," kata CEO Jaring Pasar Nusantara Muhamad Achadi saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Bersama Lawan Kabar Bohong (Hoaks)" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (13/10/2021).

Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Achadi mencermati bagaimana konten informasi yang dulu disediakan hanya dari tiga kanal besar yakni televisi, surat kabar cetak, dan radio berhadapan dengan banyak ragam platform digital untuk menyebarkan informasi. 

"Dari platform media sosial saja ada banyak ruang untuk penggunanya memproduksi dan mendistribusikan informasi," kata Achadi. Mulai dari instagram, twitter, facebook, tik tok, youtube, dan aplikasi sejenisnya yang lebih menawarkan fitur yang bisa meng-entertain penggunanya.

Perubahan perilaku dari semula mengkonsumsi informasi menjadi produsen sekaligus distribusi informasi inilah yang patut jadi kewaspadaan karena menjadi sumber terbesar beredarnya hoaks atau kabar bohong yang berdampak panjang dalam kehidupan bermasyarakat.

"Pekerjaan rumah kita saat ini bagaimana perubahan ruang media ini bisa terkelola baik, agar tak menjadi sumber kabar bohong yang terus berulang," kata dia.

Achadi pun mengatakan satu yang bisa menjadi benteng menangkal kabar hoaks adalah pengguna digital itu sendiri. Dengan cara memperkuat etika digital dalam berinternet atau netiket-nya, sehingga tak ikut larut dalam sebaran dan produksi hoaks.

"Netiket sebagai bagian kompetensi digital mendorong pengguna kritis dalam mengakses informasi, menyeleksi dan menganalisis informasi dan menjadi upaya membentengi diri dengan cerdas memverifikasi pesan sesuai standar agar tetap aman dan nyaman," kata dia.

Narasumber lain webinar itu, Nabil Basamalah selaku news magazine manager iNews mengungkap, memerangi hoaks atau berita bohong bisa turut dilakukan dengan peran media massa dalam mengurangi atau menghapus tradisi tradisi click bait.

"Click bait sendiri meskipun informasi di dalamnya benar dan terverifikasi, namun bisa mengecoh dan menjadi jalan menyuburkan hoaks," ujarnya.

Ia mencontohkan masih adanya judul judul berita dengan memanfaatkan aspek kesamaan nama dengan tokoh tertentu yang sebenarnya tokoh itu tak ada di dalamnya. Sehingga sepintas saat publik membaca berita peristiwa soal tokoh itu, ternyata di dalamnya adalah masyarakat yang kebetulan memiliki nama serupa.

Webinar itu juga menghadirkan narasumber fasilitator nasional Muhammat Taufik Saputra, fasilitator nasional Rahmat Afian Pranowo, serta dimoderatori Nabila Nadjib serta Astari Vern selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment