News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Membawa Sikap Cerdas dan Santun Di Ruang Digital

Membawa Sikap Cerdas dan Santun Di Ruang Digital






MAGELANG: Literasi digital menjadi hal yang sangat penting dan dibutuhkan untuk memilih dan memilah informasi atau kebenaran di depan kita.

"Sebagai warga negara digital kita harus cerdas dan santun," kata dosen Fisip Undip Tri Yuningsih saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema "Komunikasi Publik yang Cerdas dan Santun di era Digital" yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (22/10/2021).

Dalam webinar yang diikuti 300-an peserta itu, Tri mengatakan cerdas dan santun berinternet merujuk pada satu kunci sikap perilaku.

"Kuncinya ingat beretika atau ingat etiket di ruang digital," kata Tri. Ia pun membeberkan jika internet bukanlah ruang maya tanpa aturan. Ruang internet diikat segudang tata tertib/etika tertentu, yang dikenal dengan nama nettiquette atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah netiket.

Etika menggunakan internet penting karena pemakai internet dari berbagai wilayah dunia yang memiliki budaya, bahasa dan adat istiadat yang berbeda-beda. Pengguna internet merupakan orang-orang yang hidup dalam dunia anonymouse, yang tidak mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi.

Berbagai macam fasilitas yang diberikan dalam internet memungkinkan seseorang untuk bertindak etis seperti misalnya ada juga penghuni yang suka iseng dengan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan.

"Pengguna internet akan selalu bertambah setiap saat, maka kita harus cerdas dalam memilah dan memilih informasi serta bertanggung jawab, sadar berintegritas dan kebajikan. Ingat, kuncinya cerdas dan santun," kata dia.

Tri pun menyarankan sebelum memposting di media sosial terapkan prinsip THINK. Yang merupakan kependekan dari lima hal penting berinternet. Yakni true (informasi benar), helpfull (bermanfaat), inspiring (menginspirasi), necessary (perlu), dan kind (kebajikan).

Perilaku yang termasuk konten negatif itu, ujar Tri, adalah menyebarkan pornografi, SARA, penipuan, dagang ilegal, narkoba, perjudian, kekerasan, radikalisme dan kekerasan anak.

Narasumber lain seorang digital marketer Zulchaidir Ashary mengatakan ada sejumlah cara untuk mendeteksi hoaks dengan sederhana.

"Pertama cari tahu, dari mana asalnya sumber informasi itu, jadi pastikan terlebih dahulu sumber dari berita tersebut lalu cek apakah ada yang aneh seperti alamat URL yang tidak jelas atau penulisannya ngawur," kata dia.

Lalu, mendeteksi hoaks bisa dengan cek apakah tampilan website itu meyakinkan. "Cek apakah ada yang janggal baca informasi itu, pastikan cek juga sumber foto atau video yang mungkin disematkan," kata Ashary.

Lalu berikutnya cek ke diri sendiri. "Bagaimana perasaan anda saat membaca berita itu, apakah anda merasa marah, senang, sedih, atau takut sebab salah satu tujuan pembuatan hoax adalah memanipulasi perasaan," kata dia. 

Webinar itu juga menghadirkan narasumber kabiro Detikcom Muchus Budi R, dosen UST Yogyakarta Ryan Sugiarto, serta dimoderatori Bobby Aulia serta Mona Larissa Magang selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment