News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Memahami Media Sosial dan Bahaya Konten Pornografi

Memahami Media Sosial dan Bahaya Konten Pornografi





Wonogiri – Kementerian Komunikasi dan Informatika RI menggelar webinar literasi digital dengan tema “Mencegah Bahaya Pornografi dan Pelecehan di Medsos” untuk masyarakat Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, (7/10/2021). Kegiatan ini merupakan bagian dari gerakan Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang dilaksanakan untuk meningkatkan kecakapan masyarakat dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. 

Diskusi dipandu oleh Thommy Rumahorbo (entertainer) dengan menghadirkan empat narasumber Aditia Purnomo (social media planner), Eko Nuryono (digital media spesialist), Toyik Haryanto (Tim Pengembang Konten Pendidikan dan Pembelajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wonogiri), Veri Setiawan (dosen Universitas Darussalam Gontor). Serta Gina Sinaga (public speaker) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber membahas tema diskusi dari sudut pandang empat pilar literasi digital yaitu digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety. 
Tim Pengembang Konten Pendidikan dan Pembelajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wonogiri Toyik Haryanto dalam kesempatan ini mengajak para orang tua dan guru untuk lebih memperhatikan aktivitas digital anak. Anak-anak termasuk dalam kelompok rentan yang mudah terpapar konten negatif yang belum mampu membentengi diri dari ancaman-ancaman di ruang digital. Ancaman itu salah satunya adalah konten-konten pornografi yang jika tidak terkontrol dapat memberikan dampak berkelanjutan terhadap anak. 
Di era digital, konten pornografi marak ditemukan dari berbagai macam saluran. Dan ironisnya, hal negatif cenderung gampang membuat orang penasaran dan berusaha mengaksesnya. 
“Terkait elektronik dan informasi elektronik yang bermuatan pornografi itu sebenarnya diatur dalam undang-undang. Anak memiliki hak untuk hidup dan dilindungi dari aksi-aksi pornografi dan kekerasan seksual. Dari sini peran orang tua penting untuk memberikan pendampingan dan pengawasan terhadap anak, terlebih di masa pandemi anak memiliki lebih banyak aktivitas daring,” ujar Toyik Haryanto kepada hampir seribu peserta webinar. 
Ia menjelaskan, ada banyak sekali bentuk eksploitasi seksual terhadap anak yang terjadi secara daring. Segala materi yang menampilkan kekerasan seksual, eksploitasi seksual anak baik berupa gambar, video, atau gambar bergerak. Ada sexting atau obrolan yang menjurus pada pemuasan seksual, grooming atau bujuk rayu untuk tujuan seksual, sexortion atau pemerasan seksual yang biasanya disertai dengan ancaman, hingga siaran langsung kekerasan seksual. 
“Harus punya kontrol diri jangan sampai terjerumus pada konten pornografi atau menjadi korban eksploitasi seksual. Jangan sampai memiliki rasa penasaran untuk masuk kesana. Gunakan waktu bermedia online untuk hal-hal yang positif dan membentengi diri dengan mempertebal iman,” imbuhnya. 
Toyik Haryanto juga mengajak agar pengguna media digital jangan sampai mengunggah gambar atau konten apapun yang sifatnya privasi, terlebih yang berkemungkinan memicu terjadinya eksploitasi seksual. 
Sementara itu Veri Setiawan (dosen Universitas Darussalam Gontor) menambahkan ada sejumlah faktor yang menjadi faktor anak mengakses konten pornografi. Rasa bosan, kesepian, marah, stres, dan capek yang dirasakan anak dapat memicu akses ke konten pornografi.
“Dari rasa penasaran dapat berkembang menjadi kecanduan. Dampaknya dapat mempengaruhi produktivitas anak, hubungan sosial memburuk, merendahkan martabat wanita, penyimpangan perilaku. Oleh sebab itu pendidikan seksual itu penting diajarkan sejak dini, jadi peran orang tua itu penting,” ujar Veri Setiawan. 
Bagi remaja, lanjut Veri, dampak akses konten pornografi dapat mempengaruhi turunnya kualitas prestasi anak, malas belajar, enggan melepas gawai, senang menyendiri dan mudah menjadi gugup.
“Etika dalam bermedia kemudian menjadi penting untuk diterapkan. Tidak mengunggah konten yang melanggar etika dan hukum. Sekalipun profesi pekerjaan sebagai model, harus bisa membentengi diri dan bijak menggunakan media digital,” tutupnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment