News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Media Sosial Bisa Jadi Ladang Pahala

Media Sosial Bisa Jadi Ladang Pahala




Sragen – Media sosial memang berdampak negatif dengan munculnya informasi hoaks, informasi yang keliru (false news) maupun informasi palsu (fake news). Namun apabila digunakan secara tepat media sosial justru bisa menjadi ladang pahala.

“Jika media sosial digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan manusia,” kata Amhal Kaefahmi, Pengawas Madrasah Kantor Kemenag Kota Semarang, saat menjadi saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Senin (4/10/2021).

Menurut dia, penduduk Indonesia saat ini didominasi Generasi Z dan Milenilal. Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) 2020 tercatat populasi mencapai 270,2 juta atau naik 32.6 juta dibanding 2010.

Penduduk Indonesia didominasi milenial 69,38 juta atau 25,87 persen, generasi Z sejumlah 74,93 juta atau 27,94 persen dan post generasi Z atau Alpha mencapai 29,17 juta atau 10.88 persen.

Generasi Z dan Alpha, lanjut dia, lebih cepat menyerap nilai-nilai dan pelajaran dari dunia global. Mereka sepuluh kali lebih cepat belajar digital dibanding generasi milenial.

Menurut dia, bermedia digital juga penuh tantangan. Pertama, adanya generation gap yang menunjukkan perbedaan perilaku antara native generation dan migrant generation dalam kecakapan digital.

Generasi ini juga berbeda budaya karena memiliki pengalaman etiket yang berbeda antara luring dan daring. Keragaman kecakapan digital dan budaya membawa konsekuensi perbedaan dalam berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang digital.

Tantangan kedua adalah banyaknya konten negatif di media digital yang disikapi secara tidak sepantasnya oleh netizen Indonesia. Presiden RI Joko Widodo, kata Amhal, juga sempat mengeluhkan rendahnya literasi digital. Situasi itu harus diatasi dengan meminimalkan konten negatif dan membanjiri ruang digital dengan konten positif.

Survei Microsoft 2020 yang dirilis Februari 2021 dengan responden 58 ribu orang di 32 negara menyimpulkan antara lain netizen Indonesia paling tidak sopan di Asia Tenggara.

Indonesia masuk daftar sepuluh besar negara yang penduduknya kecanduan media sosial, rata-rata menghabiskan waktu 8 jam 52 menit untuk mengakses internet per hari, menghabiskan 3 jam 14 menit sehari hanya untuk main-main atau buang-buang waktu.

Menurut Amhal, berkembangnya marketplace dan economic sharing resources, semakin masifnya startup bisnis dan e-commerce e-learning dan sejenisnya menunjukkan media sosial memberikan dampak positif.

“Dampak positifnya, kita dapat memberikan kebaikan kepada siapa saja, kapan saja dan di mana saja kepada jumlah manusia yang lebih banyak, tempat yang tidak terbatas dan waktu yang begitu luwes,” ucapnya.

Dia menyarankan agar tidak berhenti mengembangkan budaya positif di dunia maya. “Saatnya kita mengembangkan kemampuan untuk memproduksi konten-konten kreatif, inovatif, moderasi dan toleransi untuk memenuhi dunia digital, agar konten intoleransi, radikalisme dan hoaks tidak mendapat tempat di dunia digital,” ajaknya.

Narasumber lainnya, Bang Aswar (Pendiri dan Pengasuh Pure Consciousness Indonesia (PCI) serta Program Percepatan Evolusi Kesadaran), menyatakan benar media sosial hanya bisa diakses lewat screen. “Tapi jangan lupa, setelah itu kita masuk untuk berinteraksi dengan manusia,” kata dia.

Dipandu moderator Fernand Tampubolon, webinar bertema Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital untuk Siswa kali ini juga menghadirkan narasumber Femikhirana Widjaja (Digital Marketing Strategist), Erlan Primansyah (Technologi Entrepreneur & Innovation Warrior), Musta'in Ahmad (Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speech dan Shafinaz Nachiar (News Presenter RCTI) sebagai Key Opinion Leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment