News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Ketahanan Budaya dan Rekam Jejak Tranformasi Digital

Ketahanan Budaya dan Rekam Jejak Tranformasi Digital




Pekalongan : Transformasi digital sudah menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Teknologi digitalisasi telah membantu mempermudah pekerjaan banyak orang. Namun, teknologi bagai dua sisi mata pisau, dapat mendatangkan kebermanfaatan sekaligus keburukan. Makanya, pemahaman literasi digital sangat diperlukan untuk memastikan teknologi digitalisasi digunakan sebaik-baiknya. Demikian dijelaskan Muhammad Yusuf S Sos MAg, dalam acara webinar literasi digital yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI, kemarin.


M Yusuf secara spesifik membagi pengetahuan ke peserta webinar tentang kemanan digital. Menurutnya, di era digitalisasi ini penting bagi masyarakat untuk memahami pengetahuan dasar tentang bagaimana menggunakan teknologi dengan baik.


“Karena apa pun yang kita lakukan saat beraktivitas di dunia daring, jejak digital itu tidak bisa dihapus. Itu akan jadi bumerang jika kita meninggalkan jejak digital buruk. Makanya penting bagi kita semua untuk mengetahui jenis jejak yang kita tinggalkan dan apa efeknya bagi kita di kemudian hari,”jelas M Yusuf.


Jejak digital, menurut M Yusuf, merupakan jejak data yang ditinggalkan saat menggunakan perangkat digital. Entah itu berupa jejak di media sosial, maupun jejak saat mengakses website maupun akun tertentu.


Misalnya, anda mengakses lokasi tertentu menggunakan aplikasi GPS. Ini akan meninggalkan jejak digital karena GPS terkoneksi ke jaringan internet. Contoh lainnya komentar, like dan postingan apa saja yang dimuat ke media sosial juga akan terekam di internet. Termasuk foto maupun video yang diuplod atau diunduh. 


“Karena semua yang diakses meninggalkan jejak, maka waspada dan berhati-hatilah menggunakannya. Karena sekali saja kita membuat kesalahan, jejak itu tidak bisa dihapus,”jelasnya.

Sudah banyak perusahaan, lanjut M Yusuf, yang menjadikan jejak digital sebagai referensi untuk mengecek profil calon karyawan. Tidak sedikit calon karyawan yang gagal bekerja dan keterima karena meninggalkan jejak digital kurang baik di media sosial.


Yusuf lalu menjelaskan ke peserta webinar tentang bagaimana trik melindungi jejak digital. “Mulailah untuk membaca syarat dan ketentuan aplikasi media sosial dan juga situs web yang kita akses. Batasi jenis data yang Anda bagikan. Jangan mengunggah informasi sensitif atau data pribadi,”jelasnya.


Ada sejumlah kompentensi digital, kata Yusuf, yang harus dimiliki untuk mengelola jejak digital dengan baik. Kompetensi ini berdasarkan riset Japelidi (Jaringan Pegiat Literasi Digital). 

Teruslah meningkatkan pengetahuan bagaimana cara mendapatkan informasi dengan mengoperasikan media digital. Kemudian seleksi berbagai informasi yang beredar di sosial media. Analisis informasi yang didapat, lalu verfikasi apakah informasi itu fakta atau kebohongan.


“Mitigasi resiko sebelum mendsitribusikan informasi yang ada,”katanya.


Enny Indarti, pembicara webinar dari Kementarian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang juga menjadi pembicara webinar membagi pengetahuannya tentang desa digital dan perannya untuk mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat.


Enny memaparkan bagaimana penetrasi penggunaan internet di Indonesia, yang angkanya membuat geleng-geleng kepala. Menurutnya, sebanyak 338 juta masyarakat Indonesia sudah menggunakan mobile phone. Angkanya 124 persen dari total jumlah penduduk, yang hanya 266 juta jiwa. Itu artinya, satu orang telah menggunakan lebih dari 1 mobile phone.


Kemudian, tercatat 196 juta orang telah mengakses internet. Dan 160 juta diantaranya pengguna media sosial. Atau persentasenya mencapai 59%.
“Empat besar teratas media sosial yang paling banyak diakses antaralain Youtube, Whatsapp, Facebook dan Instagram,”katanya.


Ia mengingatkan, bagaimana penggunaan internet itu diarahkan untuk mempromosikan dan membranding potensi desa. 


“Itu salah satu cara menggunakan internet secara produktif,”ujarnya.
Enny lalu menjabarkan bagaimana potensi yang dimiliki desa di Indonesia. 


Menurutnya, sebanyak 61.821 Desa memiliki potensi pertanian. Kemudian 20.034 Desa memiliki Potensi Perkebunan. Ada sebanyak 7.275 Desa menyimpan Potensi Desa Wisata. Selanjutnya 64.587 Desa dengan potensi Energi Baru Terbarukan. Seterusnya 12.827 Desa dengan Potensi Perikanan dan 1,59 Juta Unit BUM Desa, Koperasi dan UKM yang kesemuanya dapat dipromosikan melalui penggunaan jaringan internet.


“Sehingga digitalisasi ini dapat digunakan sebagai sarana mengendorse potensi desa yang ada di Indonesia. Dengan begitu akan tumbuh kecintaan maupun geliat ekonomi dari promosi tersebut. Inilah salah satu cara kita memanfaatkan teknologi untuk kebaikan dan sesuatu yang bermanfaat,”katanya.(*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment