News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Kenaikan Cukai Tembakau, Serikat Pekerja di Yogyakarta Gulirkan Mimbar Penolakan

Kenaikan Cukai Tembakau, Serikat Pekerja di Yogyakarta Gulirkan Mimbar Penolakan

 

Mimbar diskusi "Penghancuran Ekosistem Pertembakauan di Balik Regulasi Cukai Hasil Tembakau di Indonesia“ ( Selamatkan Buruh Kretek dan Petani Tembakau Indonesia) Senin 4 Oktober 2021.

WARTAJOGJA.ID: Kalangan pekerja dan industri rokok tak henti menyoroti rencana kenaikan cukai tembakau pada 2022.

Rencana pemerintah menaikan target penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) pada 2022 ditentang karena dikhawatirkan menimbulkan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga lebih 6.000 karyawan per tahun.

Bahkan Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP RTMM-SPSI) juga menggulirkan petisi bertajuk Lindungi IHT Sektor Padat Karya, Lindungi Sawah Ladang Kami pada laman Change.org untuk menyampaikan keresahan tenaga kerja dan lebih dari 43.000 orang menandatangani petisi itu.

Mimbar untuk menyoroti rencana kenaikan cukai itu pun juga bergulir di Yogyakarta melalui forum yang digulirkan PD FSP RTMM DIY melalui diskusi "Penghancuran Ekosistem Pertembakauan di Balik Regulasi Cukai Hasil Tembakau di Indonesia“ ( Selamatkan Buruh Kretek dan Petani Tembakau Indonesia) Senin 4 Oktober 2021.

Acara yang digelar di Resto Ingkung Grobog Yogya itu menghadirkan sejumlah narasumber yakni Gugun El Guyanie SH. LLM (Dosen Hukum Tata Negara UIN Yogyakarta), Arif Kurnia Rahman MA. (Dosen Sosiologi UNPROK45 Yogyakarta), dan KH. M. Jadul Maula ( Budayawan PBNU ).

Dosen Prodi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga, Gugun El Guyanie mendesak RUU Pertembakauan mendesak disahkan. Sebab selama sepuluh tahun terakhir tak ada gerakan sama sekali.

"Pengesahan RUU Pertembakauan ini akan menjadi payung hukum bagi industri rokok," ujarnya.

Adanya regulasi yang jelas dari pengampu kebijakan, maka harmonisasi soal cukai, tata niaga, tenaga kerja, kesejateraan petani dan lainnya bisa terwujud. Dengan demikian tidak ada wacana kenaikan cukai yang merugikan industri rokok.

"Sekarang ini setiap ada wacana kenaikan cukai, ada saja yang menolak karena desain kenaikan cukai setiap tahun itu sangat bertentangan dengan kondisi sosialogis kita. Kenaikan cukai tidak hanya untuk menaikkan penerimaan negara, tetapi karena ada intervensi asing," paparnya.

Gugun menambahkan, bila negara mengambil penerimaan cukai yang tinggi sebenarnya bisa saja didukung. Namun kebijakan tersebut harus selaras dan tidak merugikan rakyat.

Sebab, bila kenaikan cukai terus dilakukan, maka industri rokok akan dirugikan. Bahkan perusahaan rokok akan semakin gulung tikar. Contohnya pada 2017 ada 700-an pabrik rokok di Indonesia, namun saat ini tinggal 400-an pabrik rokok.

"Dari jumlah itu, hanya di bawah 100 perusahaan yang rutin produksi bersama. Ini fakta penurunan jumlah industri. Politik hukum di bidang pertembakauan ini sangat rumit, paling rumit," ungkapnya.

Sementara petani tembakau sekaligus perupa MN Wibowo dalam menyikapi isu kenaikan cukai tembakau itu menyalurkan protes melalui karya seni.

Wibowo melakukan aksi Melukis on The Spot. Tema yang dipilih terkait isu pertembakauan dan kenaikan cukai yang merugikan petani, buruh dan industri rokok Indonesia.

Di kanvas berukuran 2 x 1,5 meter Wibowo menggambarkan kehidupan petani dan buruh linting rokok. Sebagai garda terdepan industri rokok, mereka dibelenggu rantai dan tak bisa berbuat apa-apa.

"Pesan dari lukisan ini tentang kehidupan petani dan buruh linting rokok yang terbelenggu aturan dan persaingan industri rokok," jelasnya.

Wibowo akan mengirim lukisan tersebut kepada Presiden Jokowi. Lukisan yang menggambarkan kritik tersebut disampaikannya karena presidenlah yang memiliki wewenang akan nasib industri rokok di Indonesia.

 Dia ingin presiden memperhatikan nasib petani, buruh dan industri rokok di tengah persaingan global. Perhatian ini sangat penting karena Indonesia tidak hanya memiliki sumber daya manusia (SDM) namun juga lahan dan alat produksi.

"Banyak bangsa besar tidak punya pertanian, tapi kita punya. Kami hanya ingin mendapatkan kesempatan untuk memproduksi rokok sebagai bentuk kecintaan pada bangsa," tandasnya. (Cak/Rls)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment