News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Jangan Pakai Kata-kata Kasar di Media Sosial

Jangan Pakai Kata-kata Kasar di Media Sosial







Semarang – Ada banyak kejadian seseorang terjerat kasus karena tidak bisa mengontrol diri sendiri saat berkomunikasi di media sosial. Ruang digital itu memang penuh jebakan, terutama mereka yang tidak bisa mengendalikan emosinya.

Media sosial juga memiliki etika, seperti halnya aktivitas sehari-hari di dunia nyata. Etika komunikasi adalah suatu adab atau norma kesopanan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Termasuk di dalamnya adalah kehalusan dan kebaikan budi pekerti, kesopanan dan akhlak.

”Adapun etika komunikasi yang baik dalam media sosial adalah jangan menggunakan kata-kata kasar,” ujar Albertus Indratno Founder & CEO Namaste.id, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (12/10/2021).

Tidak hanya menjaga jempol tidak menuliskan kata-kata kasar, menurut Indratno, seseorang tatkala berkomunikasi di media sosial juga dilarang memunculkan hal-hal yang sifatnya provokatif, porno ataupun SARA.
”Jangan memposting artikel atau status yang bohong, jangan copy paste artikel atau gambar yang mempunyai hak cipta, serta memberikan komentar yang relevan,” ucapnya.

Kemendikbudristek pernah mengeluarkan delapan etika bermedia sosial. Yaitu, hati-hati menyebarkan informasi ke publik. Gunakan etika saat berinteraksi. Hati-hati akun tidak dikenal. Pastikan unggahan bebas unsur SARA.

Selain itu, juga gunakan media sosial untuk mencari kawan bukan lawan, pastikan mencantumkan sumber konten, pastikan jelas sumbernya dan gunakan media sosial untuk sarana mengembangkan diri.

Narasumber lainnya, Sigit Widodo selaku Ketua Dewan Pembina Internet Development Institute, dalam kesempatan itu sempat menyinggung beberapa aspek terkait dengan merubah mindset digital. Dengan kata lain, kecakapan digital tidak hanya mampu gunakan gadget tetapi cerdas dan bijak dalam menggunakan.

Itu sebabnya ada istilah The Man Behind The Gun, sebuah ungkapan yang biasa digunakan untuk menggambarkan pentingnya unsur manusia dalam kaitan penggunaan senjata api.

Artinya, fungsi the gun (senjata api) ditentukan oleh man (manusia) yang ada di belakangnya atau yang memegangnya, bukan oleh senjata itu sendiri.

Dipandu moderator Harry Perdana, webinar bertema ”Sopan dan Beradab di Media Sosial” ini juga menghadirkan narasumber Eko Nuryono (Digital Media Specialist), Krisno Wibowo (Pemimpin Redaksi Media Online Swarakampus.com), Ngesti Nugraha (Bupati Kabupaten Semarang) sebagai Keynote Speech, Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speech dan Reny Risty (Presenter Cahaya Pagi Trans7) sebagai Key Opinion Leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment