News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Jadikan Pancasila Panduan Santun Berdemokrasi di Era Digital

Jadikan Pancasila Panduan Santun Berdemokrasi di Era Digital





Batang – Dunia digital diakui kehadirannya sangat membantu dan mempermudah interaksi sosial masyarakat Indonesia dewasa ini. Termasuk dalam hal berdemokrasi, proses penyampaian aspirasi, masukan dan kritik masyarakat dari berbagai lapisan kepada pemerintah, kini lebih mudah dan cepat direspon dengan media sosial. Banyak lembaga pemerintah juga menampung kritik dan masukan lewat hotline kepada Walikota atau Gubernur.
 
Gubernur Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Ridwan Kamil dikenal punya akun medsos yang aktif dan responsif dalam menerima kritik publik. Namun kita memang perlu menjaga distorsi informasi di medsos, agar niat kritis publik tak bercampur sebaran berita bohong dan ujaran kebencian yang kini makin membajir di ruang publik di banyak akun medsos kita. 

”Kecakapan dan kesantunan serta literasi digital yang perlu makin ditingkatkan menjadi solusi efektif pencegahnya”, ungkap Irfan Afifi pendiri Langgar.co, saat mengurai webinar Literasi digital: Indonesia Makin Cakap Digital, gelaran Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Batang, Jawa Tengah, 22 September 2021 lalu .

Tata nilai kesantunan berdemokrasi di dunia digital bagi bangsa Indonesia sebenarnya mudah dijaga kalau para netizen mau memahami dan mengacu nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam berinteraksi di Internet. ”Menyampaikan kritik dan aspirasi sebagai bagian demokrasi tetap mesti menjaga sikap saling menghormati dan tenggang rasa,” ujar Irfan Afifi.

Bahwa meski sikap kritis disampaikan lewat media digital, maka seharusnya bahasa dan pesan yang disampaikan tetap tidak menjatuhkan martabat yang dikritik, dan gunakan bahasa yang santun. Dengan begitu yang dikritik bisa lebih mencerna dan berdikusi secara nyaman. Kalau kritik bisa diwujudkan untuk memperbaiki keadan, maka keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik bisa diwujudkan. 

”Nilai nilai luhur Pancasila yang digeret sebagai panduan santun berdomokrasi di dunia digital akan menjadikan kenyamanan dan rasa aman berinteraksi di dunia maya bagi seluruh rakyat Indonesia,” pesan Irfan Afifi.

Irfan Tak sendiri mengupas topik diskusi menarik ”Berdemokrasi yang Santun di Dunia Digital”. Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta lintas usia dan profesi dari seantero Kabupaten Batang itu, dipandu moderator Boby Aulia, tampil pula pembicara lain, M Fathikun, dosen UNUGHA Cilacap, Imam Baehaqi, penggiat sosial Budaya dan Sosial Masyarakat dan Muhdini Wachid, kansultan media sosial digital, serta Michele Wanda artis musisi yang tampil sebagai key opinion leader.
  
Pancasila dalam kelima silanya sudah detil mengajarkan kebersamaan dan saling hormat guna mengokohkan persatuan bangsa untuk mewujudkan keadilan sosial. ”Jadi jangan tumpangi kritik dengan kebencian dan jangan bungkus kebencian dengan wujud kritik berbungkus demokrasi,” tegas M Fatikhun.

Untuk itu, lanjut Fatikhun, mesti selalu dijaga etika demokrasi dalam menyampaian kritik apalagi kalau disampaikan lewat medsos akan disikapi banyak pihak. Mengingat sifat medsos yang borderless atau tanpa batas. 

”Jaga betul kritik jangan sampai jadi ujaran kebencian yang dalam pranata hukum kita telah diatur dalam UU ITE no 19 tahun 2016 yang dengan jelas mengatur ancaman tegas bagi mereka yang sengaja melakukannya di media sosial, jaga betul etika dan jejak digital karena risikonya nyata buat pelakunya,” pesan M Fathikun.

Karena warga digital dan warga dunia nyata sejatinya sama halnya dalam jaringan yang lain, maka tetaplah menjaga rasa saling menghargai pendapat orang dan mengedepankan persatuan dan kepentingan bersama, tetap menjaga etika dan kesantunan dalam berdemokrasi di media digital. 

Narasumber Imam Baehaqi menimpali diskusi dengan berpesan, biasakan untuk mericek informasi yang kita dapat, apalagi sebagai dasar kritik pada pemimpin agar kita dikenal sebagi pengkritik yang akuntable, seyogyanya sampaikan kritik dengan saran solusi yang komprehensif. Jangan tebarkan kritik tanpa solusi, jangan kembangkan pola kritik karena kebencian pada sang figure, apalagi pola kritik yang waton suloyo, dan hanya ingin menciptakan keonaran lewat media digital.

”Ciptakan iklim sejuk dan menentramkan lewat dunia digital, karena media digital dibuat untuk kebaikan dan mewujudkan kenyamanan dalam berdemokrasi, dan bukan sebaliknya,” pungkas Ahmad Baehaqi. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment