News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Filosofi Jawa Kuno Tetap Relevan di Era Digital

Filosofi Jawa Kuno Tetap Relevan di Era Digital






Tegal – Ada banyak filosofi pendidikan yang hidup di tengah-tengah masyarakat Jawa Kuno dan ternyata implementasinya tetap relevan hingga era digital sekarang ini. Salah satunya yaitu “ngelmu iku kelakone kanthi laku”. Terjemahan bebasnya kurang lebih kesempurnaan ilmu hanya bisa dicapai melalui praktik.

Inilah yang dicoba diangkat kembali oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Pancasakti Tegal, Purwo Sasongko, tatkala menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (21/10/2021).

“Kemampuan manusia itu tidak terbatas, mencakup physical, metaphysical dan spiritual capability. Sedangkan dimensi kemampuan meliputi lima aspek yaitu buddhi (kesadaran), citta (persepsi), manah (pikiran), ahangkara (perasaan) dan raga (psychomotor),” paparnya.

Pada dasarnya, kata dia, setiap orang memiliki sifat dasar yakni sattva, rajah dan tamah. Setiap orang juga memiliki kemampuan psikomotor berupa fungsi dari kesadaran, persepsi, pikiran dan perasaan. Sementara samadhi atau meditasi adalah metode untuk mengendalikan pikiran.

Lebih jauh, Purwo menjabarkan tentang fungsi kesadaran itu terkait dengan implementasi di dalam Pembelajaran. Pikiran, menurut dia, adalah pemimpin semua indera manusia sehingga perubahan perilaku manusia diawali dengan kemampuan dalam mengkondisikan pikiran. “Konsentrasi adalah kunci utama dalam belajar,” ucapnya.

Adapun proses pendidikan dilaksanakan dalam kondisi khusus yang mendukung pencapaian hasil pendidikan atau disebut laku. Terdapat beragam laku di antaranya tapa, brata, yoga dan samadhi.

Korelasinya dengan pembelajaran saat ini terutama pembelajaran tatap muka (PTM), siswa harus dipaksa prihatin. Inilah yang dimaksudkan sebagai pendidikan holistik, karena kelima aspek manusia yaitu kesadaran, persepsi, kognitif, afektif dan psikomotor, saling terkait dan saling mempengaruhi.

Purwo menambahkan, rekam jejak sangat penting dalam mempengaruhi seseorang untuk belajar. Pada saat yang sama perasaan atau afektif harus selalu dikembangkan ke arah positif. Kesadaran akhirnya menjadi penentu sebuah tindakan . “Motivasi intrisik adalah pembangun kesadaran dalam belajar,” jelasnya.

Narasumber lainnya, Jarot Waskito selaku Videografer dan Penulis Naskah Film, pada webinar bertema ”Transformasi Digital untuk Meningkatkan Kualitas Belajar Siswa di Masa PTM” kali ini berpesan agar tidak abai terhadap jejak digital. “Untuk membangun citra yang positif kita harus bersikap bijak sebelum menulis komentar,” kata dia.

Dipandu moderator Thommy Rumahorbo, webinar juga menghadirkan narasumber Anggraini Hermana (Praktisi Pendidikan), Noviana Dewi (Dosen Psikologi STIKES Nasional Surakarta). Umi Azizah (Bupati Kabupaten Tegal) sebagai Keynote Speech, Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speech dan Cynthia Ardila (Entertainer, CEO CV Nirwasita Hutama) sebagai Key Opinion Leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment