Desa.id Obat Kangen Perantau dan Sarana Pesan Durian Legit
Banyumas:Indonesia saat ini memiliki 83.830 desa dan kelurahan. Namun yang terhubung dengan internet baru 6.000-an desa dan kelurahan. Pemerintahan di era Presiden Jokowi menargetkan, pada tahun 2021 ini ada penambahan yang terkoneksi internet dari Sabang sampai Merauke sebanyak 12.500 desa.
Melalui Kementerian Desa dan Kementerian Kominfo, pemerintah sudah bersinergi membuat website khusus desa. Namanya desa.id. Diharapkan, kehadiran website tersebut membuat semakin banyak desa dan kelurahan yang terintegrasi, sebagai jawaban untuk meningkatkan riset Bank Dunia yang menilai desa di Indonesia dari segi competitiveness dari 63 negara yang disurvei Indonesia berada pada ranking 59.
”Ini memalukan. Diharapkan, kalau competitiveness desa bisa dinaikkan, maka desa.id bisa memulihkan citra desa digital yang semakin banyak manfaatnya buat warga desa. Karena, para perantau bisa mengupdate kondisi desa, tahu kondisi pembangunan desanya dengan mengklik desa.id,” cerita M. Aziz Nasution, pemred situs berita Channel19.com, saat tampil dalam webinar literasi digital untuk warga Kabupaten Banyumas, 12 Juli lalu.
Aziz bahkan mendengar, dengan mengetik kemranjen.desa.id misalnya, kita sudah bisa pesan bibit atau durian segar beku yang manis tebal dan legit, khas Kemranjen yang popular dengan durian Bawor. ”Jadi, duren Bawor bisa dipesan dari Banyumas, dikirim ke mana pun dengan jaringan online yang bertahun lalu belum bisa terwujud. Itulah kemajuan era digital saat ini,” cerita Aziz.
Memang, tak selamanya niat baik pemerintah untuk memperbaiki kemajuan desa dengan terkoneksi internet berdampak sesuai harapan. Sebaliknya, tidak sedikit dampak negatif yang bermunculan. Mei lalu, di sebuah desa yang sudah terkoneksi digital di suatu sudut Provinsi Gorontalo, terjadi hal yang mengejutkan.
”Sekelompok pria dewasa dan remaja tanggung di malam Minggu menggelar festival fire gim, gim online yang adu tembak tembakan tapi berbumbu judi. Warga tak menyangka ulah mereka yang sudah berlangsung lama diketahui polisi, dan polisi menangkap basah mereka. Ini efek negatif yang disalahgunakan warga. Suatu hal yang mestinya bisa dicegah kalau warga sudah cakap literasi digital, sehingga bisa memanfaatkan fungsi internet lebih bijak dan positif,” papar Septyanto Galan Prakoso, dosen Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo.
Aziz dan Septyanto mengupas topik menarik ”Mengembangkan Desa Melalui Teknologi dan Informasi Digital” dalam diskusi virtual yang digelar Kementerian Kominfo dan diikuti ratusan warga Banyumas secara daring. Dipandu oleh moderator Danys Citra, juga tampil key opinion leader presenter TV Venabella Arin, serta dua pembicara lain: Tommy Desryanto (praktisi teknologi informasi) dan Dr. Triana Rejekiningsih yang juga dosen UNS Solo.
Selain problem jaringan yang belum semua tersedia, juga ada problem terkait hardware dan software, juga ketersediaan SDM. Personel yang dilatih bukan hanya untuk operasi hariannya, namun juga SDM yang khusus mengelola sistem informasi desa, serta dokumentasi desa yang belum lengkap tersedia.
Menurut Tommy Desryanto, payung hukum berupa Undang-Undang Desa sudah cukup. Namun, menyangkut data keuangan desa, masih banyak yang ditutup-tutupi oleh sebagian aparat desa. ”Padahal, tujuan infrastruktur digital dikoneksikan masuk desa untuk meningkatkan transparansi pengelolaan desa dan meningkatkan peran serta masyarakat untuk makin akuntabel,” ujar Tomy, ikut urun rembuk.
Bukan hanya layanan data kependudukan dan data kemajuan desa yang lebih terdokumen secara digital. Menurut Venabella Arin, yang tinggal di desa di kawasan Sleman - DI Yogyakarta, kalau jaringan internet makin luas terkoneksi ke desa-desa di Indonesia, tentu semakin membuka peluang lapangan kerja dari desa.
Bukan hanya mengurangi urbanisasi dan keinginan merantau. Kata Arin, kalau berburu cuan bisa dilakukan dengan jualan aneka produk kreatif dari desa dengan beragam platform marketplace, bukan mustahil banyak entrepreneur muda dari desa makin bergairah ”mengepung kota”, bahkan antusias menyerbu pasar digital.
”Akan banyak bos-bos aneka bisnis yang rekeningnya tak kalah dari orang kota. Semua mudah terwujud dengan beragam bisnis digital yang diciptakan dari desa,” pungkas Arin. (*)
Post a Comment