News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Berekspresi di Dunia Digital Butuh Etika Digital

Berekspresi di Dunia Digital Butuh Etika Digital





Jepara – Bekal pemahaman literasi digital sangat diperlukan ketika mulai merambah dunia digital. Karena tanpa bekal pemahaman fungsi media digital atau media sosial yang memadai, tak tertutup kemungkinan teknologi digital justru berbalik bakal menyerang, bahkan membunuh kita. 

”Untuk itu dibutuhkan literasi digital khususnya etika digital yang berfungsi untuk memanusiakan kemanusiaan kita,” ujar Co-Founder Pena Enterprise Ismita Saputri saat menjadi narasumber pada webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Jepara, Jawa Tangah, Senin (25/10/2021).

Dalam webinar bertajuk ”Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital” itu, Ismita menjelaskan pengertian etika digital (digital ethics) adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquet) dalam kehidupan sehari-hari. 

Bahkan, lanjut CEO dan Co-Founder Kaizen Room itu mengutip Siberkreasi & Deloitte (2020), dalam menggunakan media digital seseorang mestinya diarahkan pada suatu niat, sikap, dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama. Demi meningkatkan kualitas kemanusiaan.

”Untuk itu butuh Ruang lingkup etika, yakni prinsip kesadaran, integritas, bertanggung jawab, kebajikan (hanya menyebarkan kebajikan),” sebut Ismita Saputri di depan tak kurang 230-an partisipan webinar.

Sama dengan di kehidupan nyata, Ruang digital memiliki batasan agar aman dari potensi kejahatan dan dampak buruk dari internet. Untuk itu, Ismita Saputri menyarankan agar masyarakat pengguna digital dapat menciptakan keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata. 

Dalam mengarungi dunia digital maupun bermedia sosial sebaiknya dengan mengedepakan sikap kreatif dan inspiratif yang mendorong pemanfaatan internet dan media sosial untuk hal-hal positif. Begitu juga, mampu mengembangkan sikap yang bijak dalam mengelola hak maupun mendapatkan akses informasi yang lebih luas dalam rangka meningkatkan kualitas hidup diri pribadi dan orang di sekitarnya.

”Kreatif menciptakan ekosistem digital yang produktif sebagai wadah dan pengembangan daya cipta dan kreasi, seperti membuat konten positif yang memiliki nilai manfaat bagi orang lain melalui kegiatan online mereka,” jelas Ismita Saputri.

Di akhir paparannya, Ismita Saputri mengajak pengguna digital untuk waspada terhadap konten negatif seperti hoaks dan cyberbullying. ”Lawan konten negatif dengan tetap taat aturan bermain media sosial, selalu kontrol diri, ganti platform, stop stalking, dan jangan lupakan dunia nyata,” tutupnya.

Berikutnya, dosen IAIN Salatiga Abdullatif bicara dari perspektif digital culture menambahkan, berekpresi di dunia digital sudah selayaknya memiliki kesadaran berbudaya digital, yakni kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi Abdullatif, maraknya konten negatif, seperti cyberbullying, hoaks dan ujaran kebencian, adalah sebagai akibat belum adanya budaya digital di kalangan pengguna digital. Sehingga yang terjadi adalah rendahnya keadaban digital sebagaimana dilansir oleh Microsoft beberapa waktu lalu, maupun banyaknya remaja yang menjadi korban bullying di dunia maya.

Problem media sosial kita saat ini, lanjut Abdullatif, pada umumnya adalah popularistas semu, deindividuasi, menyebar kebencian dan atau berita bohong, serta postingan yang merugikan. Untuk itu, prioritas yang diperlukan dalam bermedia sosial masyarakat Indonesia ialah tidak berhak menghina agama lain yang bukan agama sendiri. 

”Kemudian, berlaku adil kepada sesama, saling menghormati budaya lain (membanggakan satu sama lain), menghargai perbedaan pendapat, menghormati hak orang lain, dan menghargai hasil karya orang lain,” pungkas Abdullatif.

Dipandu moderator presenter Nadia Intan, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Razi Sabardi (Pengamat Kebijakan Publik Digital), Fakhry H Wicaksana (Retail Banking Maybank, Digital Transformation), dan seniman Ones selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment