News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Menjadi Netizen Bijak dan Bertanggung dalam Sebar Informasi

Menjadi Netizen Bijak dan Bertanggung dalam Sebar Informasi




Kota Surakarta – Kasus hoaks masih menjadi satu permasalahan yang memerlukan kewaspadaan tinggi di era transformasi digital. Pasalnya kebebasan bermedia tak sedikit membuat warga digital menanggalkan tanggung jawab lantaran larut dalam histeria. Tema “Cerdas dan Bijak Berinternet yang Bertanggung Jawab” menjadi bahasan penting dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (25/10/2021).

Mafin Rizqi (content cerator) memandu diskusi virtual ini dengan menghadirkan empat narasumber: Enjat Munajat (dosen Universitas Padjajaran), Zusdi F. Arianto (Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada), Akmaludin Akbar (Bidang Pendidikan dan Pelaatihan DPP LDII), Luqman Hakim (content writer Kaliopak.com). Serta Tya Yuwono (mompreneur) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber membahas tema diskusi dari perspektif empat pilar digital: digital ethics, digital culture, digital skills, digital safety. 
Akmaludin Akbar menjelaskan bagaimana menjadi cerdas dan bijak berinternet dengan mempraktikkan etika dalam menyampaikan informasi di ruang digital. Apapun informasi atau kegiatan yang dilakukan di ruang digital selalu ada pertanggungjawabannya. Maka yang harus dilakukan sebelum mengunggah atau membagikan ulang informasi adalah pilah pilih informasi yang pantas dibagikan dengan mengecek manfaat dan mudharatnya. 
Pesan yang akan dibagikan dikatakan bermanfaat jika mengandung salah satu poin, apakah akan mendatangkan kebaikan, mendatangkan ilmu, atau mendatangkan rezeki. Dalam kehidupan agama, dalam suarat Qaf ayat 18 dijelaskan bahwa segala ucapan baik itu berupa tulisan atau tindakan selalu ada konsekuensi dan akan dicatat oleh malaikat baik dan buruknya.
“Cek valid atau tidaknya informasi, kalau tidak yakin tidak usah dikirim atau dibagikan. Turuti kata hati bukan hawa nafsu. Jangan sampai asal nyebar malah mendatangkan musibah bagi orang lain atau diri sendiri. Tidak menyebarkan fitnah karena dapat memecah belah kerukunan,” ujar Akmaludin Akbar tentang etika dalam bermedia. 
Etika lainnya yang harus diperhatikan ketika menyebarkan informasi adalah menghormati hasil karya orang lain. Mencantumkan sumber ketika menggunakan atau membagikan karya atau konten orang lain, sebab setiap karya memiliki hak atas kekayaan intelektualnya. 
“Dalam menyampaikan informasi perhatikan gaya bahasa. Tulisan itu ambigu karena tidak ada intonasinya, maka gunakan bahasa yang santun, baca ulang pesan sebelum dikirim, serta hindari mengirim pesan dalam kondisi emosi tinggi,” imbuhnya. 
Alangkah baiknya dalam menyampaikan informasi atau mengirim pesan untuk menjelaskan identitas diri, karena jujur membuat kita akan lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam bermedia sosial. Media sosial adalah cerminan diri, ketika yang dibagikan adalah kebaikan maka juga akan menuai kebaikan pun sebaliknya. 
Enjat Munajat juga menambahkan kaitannya dengan cerdas dan bijak bermedia. Ia melihat kasus hoaks yang terjadi pada 2018 sampai 2019 dimana kasus hoaks semakin meninggi tentang isu politik dan pada tahun berikutnya hoaks di ranah kesehatan juga semakin marak ketika pandemi Covid-19 merebak di Indonesia. 
Berinternet dengan cerdas menurut Enjat dapat dimulai dari diri sendiri dengan tidak mudah berbagi, tidak mudah percaya pada informasi palsu, mengamankan rahasia, bersikap baik. Serta berdiskusi atau tanya kepada orang yang lebih paham ketika ragu pada suatu informasi. 
Dalam membentuk warga digital yang bertanggung jawab dan bijak orang tua memiliki peran sangat penting sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak. Sejak pandemi, anak sejak dini sudah harus beraktivitas lebih banyak menggunakan gawai sehingga orang tua perlu menerapkan aturan dalam memberi akses internet pada anak. 
“Mendampingi anak saat menggunakan internet dan memberi edukasi literasi media kepada anak sejak dini agar tidak mudah terpengaruh dengan konten negatif. Beri anak alasan dan penjelasan mengenai bahaya internet, serta mengaktifkan alat parental control untuk memblokir situs yang berbahaya bagi anak,” ujar Enjat Munajat.
Pun orang tua harus tegas memberi batas waktu bermain internet agar tidak kecanduan, serta mengajarkan anak agar menggunakan gawai di ruang yang lebih terbuka agar orang tua dapat ikut memantau aktivitas digital anak. Tak hanya orang tua, anak juga memiliki perannya dalam menggunakan gawai dan mengakses dunia digital. 
“Edukasi anak untuk tidak mudah membagikan data pribadi, membatasi unggah foto ke ruang digital atau memberikan foto kepada orang tak dikenal. Ajarkan anak untuk menyimpan dan merahasiakan password akun agar terhindar dari kejahatan digital, dan hindarkan anak mengunduh tanpa izin,” imbuhnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment