News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Aman Bermedia dengan Tidak Asal Klak-Klik

Aman Bermedia dengan Tidak Asal Klak-Klik




Kendal – Ruang digital memberikan keleluasaan bagi warganet untuk berekspresi, berbagi, dan memproduksi konten. Namun ada hal-hal yang mesti diupayakan agar ruang digital tetap berada pada kondisi yang aman dan nyaman. Untuk mencapai hal tersebut warganet perlu memahami literasi digital. Hal ini dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Kendal, jawa Tengah, Selasa (12/10/2021) dengan tema “Bijak Bermedia Sosial: Jangan Asal Sebar di Internet”. 

Kegiatan virtual ini dipandu oleh penari tradisional Ayu Perwari dan menghadirkan empat narasumber: Imam Wicaksono (praktisi pendidikan), Murniandhany Ayusari (content writer), Widiasmorojati (entrepreneur), Abdul Rohman (direktur Buku Langgar). Juga Jonathan Jorenzo (content creator) yang hadir sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber membahas tema diskusi dari sudut pandang empat pilar literasi digital: digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety. 
Praktisi pendidikan Imam Wicaksono menjelaskan bahwa untuk menjadi warganet yang bijak dalam bermedia perlu kecakapan literasi di ranah digital. Yaitu bagaimana warganet memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dan beragam sumber yang disajikan melalui perangkat digital. Literasi digital menjadi penting untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan dalam berinternet, literasi digital juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia karena kemajuan teknologi juga harus dihadapi dengan cerdas dan bijak. 
Selain itu juga ada bahaya-bahaya terselubung yang ada di ruang digital, dan warganet tidak cukup hanya mengetahui tetapi harus bertindak dalam meminimalisir bahaya tersebut. Ada kekerasan yang mengancam pengguna media digital, bahaya adiksi atau kecanduan akan penggunaan internet, dan juga bahaya perundungan siber yang sangat mungkin terjadi baik disadari maupun tidak. 
“Juga bahaya konten negatif seperti hoaks, yang dewasa ini seolah menjadi hal paling umum ditemui di ruang digital. Tak sedikit hoaks direkayasa hingga tersamarkan dengan sebuah kebenaran, akibatnya warganet yang tidak paham akan menyebarkan hoaks tanpa disadari dan itu berbahaya,” jelas Imam Wicaksono kepada 500-an peserta webinar. 
Hal-hal negatif seperti hoaks mesti dihadapi dengan bijaksana. Salah satunya dengan mempunyai pengetahuan teknis tentang bentuk hoaks. Berita bohong diproduksi dengan berbagai alasan namun ia dapat diketahui dari judulnya yang sensasional, kredibilitas pembuat informasi perlu dipertanyakan, dan isi konten tidak berimbang. 
“Ketika mendapati informasi hoaks harus dihadapi dengan tenang dan mengontrol diri untuk tidak langsung memberikan reaksi. Cek dulu sumber beritanya. Stop meneruskan berita bohong ke ruang-ruang publik dan laporkan dengan memanfaatkan fitur report pada penyedia layanan atau kirimkan ke layanan aduan konten Kominfo,” jelasnya. 
Bagi Imam Wicaksono, bijak bermedia itu pada akhirnya membutuhkan peran orang tua untuk menjaga anak dari paparan negatif dunia digital. Orang tua harus menjadi teladan bagi anak untuk bersikap positif dan bijak ketika menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. 
 Murniandhany Ayusari menyambung diskusi dan menyinggung tentang jejak digital yang dapat mempengaruhi reputasi penggunanya. Menjaga reputasi daring yang positif diperlukan sikap yang juga positif sehingga jejak digital yang ditinggalkan juga berupa catatan kebaikan. 
Ada jejak digital pasif yang ditinggalkan secara tidak tidak sadar seperti riwayat pencarian dan like pada unggahan. Jejak-jejak tersebut diakumulasikan oleh sistem yang diolah untuk menyediakan referensi konten sesuai perilaku tersebut. Juga ada jejak digital positif atau residu dari aktivitas digital seperti komentar atau unggahan konten lainnya. 
“Melihat realita tersebut maka warganet mesti berhati-hati ketika beraktivitas di ruang digital. jangan asal ketik komentar atau asal menyebarkan informasi tanpa tahu isi kontennya, karena kecerobohan itu bisa jadi merugikan diri di kemudian hari. Kita harus menyadari tidak semua orang nyaman dengan apa yang disampaikan,” jelasnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment