News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Di Era Digital, Adaptif Terhadap Perubahan adalah Skill yang Wajib Dimiliki Warganet

Di Era Digital, Adaptif Terhadap Perubahan adalah Skill yang Wajib Dimiliki Warganet




Banjarnegara – Perkembangan teknologi digital yang sangat pesat mempengaruhi tatanan perilaku masyarakat. Pola lama dalam interaksi sosial turut terpengaruh, dan pada titik tertentu mengaburkan batasan-batasan dan norma sosial. Lantas, bagaimana kita merespons norma baru yang dibawa arus teknologi digital dan nilainya?

Kreator Konten Kaliopak.com Luqman Hakim Bruno mengemukakan pendapatnya terkait tema diskusi virtual bertajuk ”Pilah Pilih Informasi di Ruang Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (8/9/2021).

Informasi di era digital kini sedang mengalami disrupsi, kata Luqman Hakim. Hal itu ditandai dengan kesempatan akses informasi yang meluas, otoritas keilmuan meluas yang memunculkan fenomena matinya kepakaran, sistem yang telah mapan dipertanyakan ulang, kemudahan dan keinstanan membunuh kreativitas dan daya analitis, viral menjadi tujuan utama, dan soal hoaks atau fakta ditimbang belakangan.

Meskipun begitu, menurut Luqman, sifat disrupsi di atas dapat dikritisi dengan cara menilai validitas informasi konten. Misalnya, memahami detail konten baik yang berupa teks, visual, situs, maupun akun untuk kemudian melakukan pengecekan fakta atau sumber asal informasi itu didapat.

”Kita juga bisa melakukan identifikasi ketidakberesan sosial terhadap fitnah, prasangka buruk, diskriminasi, permusuhan, dan menilainya apakah informasi tersebut menguntungkan atau bermanfaat bagi kita dan kebanyakan orang,” jelas Luqman Hakim kepada ratusan peserta webinar.

Luqman Hakim menambahkan, era digital menuntut manusia untuk selalu siap dengan perubahan. Untuk itu, adaptif terhadap perubahan adalah skill yang wajib dimiliki namun tidak hanyut terbawa arus zaman adalah sikap yang cerdas dan bijak. ”Nothing endures but change (Tak ada yang tetap bertahan kecuali perubahan itu sendiri), dan dunia boleh berubah tapi manusianya tetap,” ujar Luqman, menirukan ungkapan terkenal filsuf Yunani Herakleitos ’Panta rhei kai uden menei’ itu.

Untuk pilah pilih informasi di ruang digital, maka harus menjadi warganet yang cerdas dan berbudaya. Syaratnya, pahami cara kerja dunia digital, bersikap terbuka, dan tidak hanya mencari pembenaran di internet, meluaskan pandangan (holistik), serta menjaga integritas dan keselarasan diri. ”Kendalikan ruang digital dengan hal-hal positif, atau kita yang akan dikendalikan olehnya!” tegas Luqman Hakim mengakhiri paparan.

Narasumber lain dalam webinar kali ini, peneliti Alterasi Indonesia Sunaji Zamroni menyatakan, hakikat layanan platform digital adalah berinteraksi, bertransaksi, dan publikasi. Berinteraksi karena layanan digital memberikan akses mudah dan cepat dalam berinteraksi, kemudian bertransaksi artinya layanan digital memungkinkan kita saling bertransaksi tanpa harus tatap muka.

”Sedangkan publikasi, produk pengetahuan yang kita hasilkan memungkinkan secara cepat dan mudah terpublikasikan secara digital,” tegas Sunaji.

Sunaji mengungkapkan, setiap orang yang berselancar di ruang digital harus memiliki pemahaman soal etika digital (digital ethics). Adapun etika digital yang dimaksud Sunaji, yakni kemampuan individu untuk menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola digital (netiquet) dalam kehidupan sehari-hari.

”Ada perbedaan antara etika tradisional dengan etika kontemporer. Etika tradisional mengikuti batas geografis dan budaya, sedangkan etika kontemporer adalah etika berinteraksi dan berkomunikasi secara digital melampaui batas geografis dan budaya,” jelas anggota Dewan Nasional Fitra itu.

Pilah pilih informasi di ruang digital, lanjut Sunaji, harus mendasarkan pada ruang lingkup etika digital yang meliputi: kesadaran, contohnya saring sebelum sharing; integritas atau kejujuran, misal tidak plagiasi dan memanipulasi; tanggung jawab, mau menanggung konsekuensi; kebajikan, di antaranya kemanfaatan, kemanusiaan, dan kebaikan. 

Sunaji menambahkan, platform digital mengubah secara mendasar (disrupsi) atas cara dan pendekatan kita dalam bersosial, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. ”Pilah pilih informasi di ruang digital mensyaratkan etika dan etiket ruang digital, utamanya dalam berinteraksi, bertransaksi, dan publikasi,” pungkasnya.

Dipandu oleh moderator Thommy Rumahorbo, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Zusdi F. Arianto (Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada), Zahid Asmara (pembuat film dan peminat seni), dan Venabella Arin selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment