News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Budaya Membaca, Tingkatkan Efektifitas Transformasi Digital

Budaya Membaca, Tingkatkan Efektifitas Transformasi Digital




Wonosobo – Tingkat minat baca masyarakat di Indonesia disebut-sebut masih terlalu rendah. Sedangkan di era transformasi digital masyarakat dituntut untuk lebih cermat dan cerdas dalam mengahadapi sebuah informasi. Kontradiksi ini harus diseimbangkan dengan mulai meningkatkan budaya membaca pada generasi anak digital. Hal ini dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Selasa (28/9/2021). 

Moderator Nadia Intan (presenter)memandu diskusi dengan tema “Cerdas Berinternet, Tingkatkan Budaya Membaca Generasi Anak Digital” dengan mengajak empat narasumber: Dwi Harsono (dosen administrasi publik Universitas Negeri Yogyakarta), Ahmad Sururi (dosen Universitas Serang Raya), Tobirin (dosen Universitas Jenderal Soedirman), Yusuf Mars (pimred Padasuka TV), serta Brigita Ferlina (nesw presenter) sebagai key opinion leader. 
Salah satu narasumber, Tobirin menyampaikan bahwa saat ini masyarakat telah berada di era digital yang segala aktivitasnya selalu berhubungan dengan penggunaan teknologi. Segalanya dipermudah karena hanya dengan satu perangkat digital sudah bisa melakukan banyak hal seperti bermain gim, menonton video, mendengarkan musik, mencari informasi, belajar, bekerja, hingga berbelanja. 
Transformasi digital membuat masyarakat mengalami cultural shock. Era digital menantang kesiapan masyarakat dalam beradaptasi dan pandemi semakin mempercepat perubahan. Mendidik anak di era digital menjadi tantangan baru karena selain dituntut menyiapkan generasi yang cerdas juga dituntut untuk membangun karakter anak. 
“Menyiapkan generasi cerdas yang akrab dengan dunia modern, berpikiran terbuka, dan tentunya cakap digital. Menanamkan semangat membaca sejak dini sehingga tumbuh minat baca yang kuat. Memanfaatkan berbagai platform digital untuk menunjang kebiasaan anak dalam meningkatkan pengetahuan. Kebiasaan membaca harus mulai ditanamkan dan dikemas dengan cara yang menyenangkan dan sesuai dengan karakter anak,” jelas Tobroni. 
Generasi cerdas tidak hanya sebatas bisa membedakan mana baik dan mana buruk tetapi juga bisa berpikir logis dan kritis. Generasi cerdas yang berkarakter adalah mereka yang berani beraksi, berani mencoba hal baru, menjadi pendngar yang baik, dan memiliki semangat belajar dan motivasi tinggi. 
“Menumbuhkan minat baca sejak dini dapat dipraktikkan dengan mengatur jadwal khusus untuk membaca, mengalokasikan dana untuk membeli buku, belajar dengan effective reading, meluangkan waktu untuk belajar dan berdiskusi dengan komunitas, dan bisa memanfaatkan waktu menunggu untuk membaca buku,” jelasnya. 
Yusuf Mars, pimred Padasuka TV, menambahkan cakap dan cerdas digital harus dibarengi dengan menarapkan etika dan etiket dalam bermedia digital. Dalam berinteraksi di ruang digital, tiap-tiap pengguna harus sadar bahwa interaksi berlangsung dengan karakter manusia sesungguhnya, sehingga tata krama berinteraksi dan berkomunikasi tetap harus ada. 
Termasuk etika digital adalah tidak berbagi informasi yang belum diketahui kebenarannya, atau melanggar hak kekayaan intelektual ketika mengunggah konten. Pelanggaran etika memiliki konsekuensi dengan tatanan hukum, dalam hal ini UU ITE. 
“Masyarakat digital merupakan masyarakat informasi dimana pengguna digital tidak hanya berperan sebagai pengguna tapi sekaligus produsen dan distributor informasi. Oleh karena itu sebagai agen perubahan masyarakat harus menciptakan ekosistem digital, sistem sosial, nilai, sikap-skap sosial, dan pola perilaku yang baik di masyarakat. Caranya dengan memanfaatkan ruang digital dengan bijak, membuat konten kreatif, anti hoaks, menggelorakan semangat belajar dan membaca, bukan menggunakan teknologi untuk hiburan saja,” ujar Yusuf Mars menjabarkan. 
Mengoptimalkan teknologi untuk menumbuhkan minat baca degan memanfaatkan media pembelajaran daring, membaca buku digital, memanfaatkan fitur pencarian untuk meningkatkan wawasan pengetahuan, dan menggunakan media sosial sebagai sarana pembelajaran yang menyenangkan.
“Guru dan orang tua bisa mengajarkan budaya membaca dengan memberi penugasan. Misalnya membuat rangkuman materi pelajaran, meresensi biografi tokoh publik, atau tugas penulisan lainnya yang memacu siswa untuk mencari informasi sehingga kebiasaan membaca secara tidak langsung akan mulai tumbuh,” pungkasnya. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment