News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Ini Pentingnya Terus Gelorakan Literasi Digital

Ini Pentingnya Terus Gelorakan Literasi Digital




KEBUMEN : Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah Swarnawati menuturkan semua pihak, tak hanya pemerintah, wajib menggelorakan literasi digital bagi generasi muda yang kini semakin banyak menjadi pengguna internet dan mengisi berbagai platform media digital.

“Prinsip dasar literasi digital menenamkan pemahaman agar masyarakat memiliki kemampuan untuk memahami informasi yang diberikan media baik secara implisit atau eksplisit,” ujar Aminah saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema " Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital untuk Siswa” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, Selasa (28/9/2021).

Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Aminah menuturkan penerapan literasi digital mendorong masyarakat lebih bijak dalam menggunakan serta mengakses teknologi informasi dan komunikasi. Karena literasi digital ini berkaitan dengan pelatihan kemampuan penggunanya dalam menggunakan teknologi demi menciptakan interaksi dan komunikasi yang positif.

“Salah satu tujuannya literasi membuat masyarakat paham bahwasanya komunikasi dunia nyata dan maya tidak berbeda dari sisi etika, kesopanan, yang membedakan hanyalah mediumnya,” kata dia.

Dalam media digital misalnya, komunikasi yang utuh seperti dunia nyata mungkin sulit terjadi. Komunikasi yang utuh ini adalah jika melibatkan beberapa hal yaitu suara atau voice, intonasi tempo berbicara, kata-kata atau word dan bahasa tubuh body language dan atau gestur mimik muka.

”Di internet ada keterbatasan melihat bahasa tubuh dan atau mendengar suara lawan bicara, ini menjadi rentan salah memaknai dan memahami pesan maupun tujuan dan lawan bicara karena hanya berdasarkan kata atau kalimat yang kita baca,” kata dia.
Literasi digital, ujar Aminah, juga menghindarkan pengguna memahami bahwa ada algoritma khusus di media sosial yang ditujukan untuk menyaring rujukan bacaan informasi. Yang disesuaikan dengan riwayat aktivitas pengguna di internet. Sisi positif algoritma itu pengguna bisa mendapatkan teman dan informasi yang relevan dengan peminatannya.

“Tapi dari sisi negatifnya, pengguna membatasi diri untuk menerima informasi alternatif yang berbeda dengan dirinya. Sehingga munculah yang disebut efek Echo Chamber atau perilaku ruang gema,” kata dia.

Perilaku ruang gema ini yang ikut berpotensi menciptakan sekat eksklusivisme baru di ruang digital. Misalnya efek Echo Chamber saat pandemi Covid-19 ada beberapa jenis. Yakni efek Echo Chamber yang terlanjur terjadi di mana muncul penganut teori konspirasi Covid-19, Covid dianggap tidak terlalu menyeramkan sehingga benar-benar tidak peduli dengan apa yang terjadi. 

Narasumber lain webinar ini, praktisi community development Iwan Gunawan menuturkan kemajuan teknologi menghadapi tantangan terbesarnya yaitu perilaku manusia sendiri di mana hal sulit menjadi mudah namun kemudahan sering kali menciptakan kesulitan.
 
“Kemahiran dalam ber-digital tidak menjamin kemanfaatan bagi penggunanya. Kesadaran diri menumbuhkan perilaku yang bijaksana dan mendapatkan manfaat optimal dalam kemahiran berdigital yang semestinya dipupuk sedari dini,” kata Iwan.

Ruang digital, kata Iwan, mestinya juga disertai etika untuk pengguna memiliki rasa malu seperti halnya kehidupan nyata bila melakukan kesalahan atau hal-hal yang tak terpuji. “Kita perlu menekankan pengertian bagaimana tindak tanduk kita di ruang digital menentukan reputasi nama baik, status dan gengsi bila melakukan kejahatan,” kata dia.

Webinar ini juga menghadirkan narasumber Dosen FIB UI Taufik Asmiyanto, seorang guru Suyitman, serta dimoderatori Eko Nuryono juga Brigita Ferlina selaku key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment