News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Buat Remaja, Penting Lho Berbahasa yang Baik di Media Sosial

Buat Remaja, Penting Lho Berbahasa yang Baik di Media Sosial





Pemalang - Dewasa ini bahasa gaul semakin mendominasi ruang-ruang media sosial. Imbasnya, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik semakin menurun seiring perkembangan zaman. 

Hal tersebut diungkapkan praktisi kehumasan dan Kementerian Sekretariat Negara RI, Akhmad Firmannamal, dalam webinar literasi digital dengan tema Berbahasa yang Benar dan Beretika di Ruang Digital, yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Senin (16/8/2021).

”Pada saat ini bahasa bisa berpengaruh dengan sangat cepat melalui media sosial. Bahasa yang sedang booming saat ini, bahasa gaul, vulgar bahkan alay. Hampir setiap remaja menggunakan bahasa tersebut,” katanya. 

Firman mengungkapkan, bahasa yang benar dan beretika adalah bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Bahasa yang benar merupakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku baik lisan maupun tulisan. 

”Bahasa yang digunakan di media digital, seharusnya diarahkan pada niat, sikap, dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama dan demi meningkatkan kualitas manusia,” ucapnya. 

Menurutnya, dalam berbahasa yang benar dan beretika dibutuhkan panutan atau role model. Ia menyebut dalam menggunakan platform digital, harus selalu berhati-hati dalam berkomentar, update status maupun membuat berita. 

“Karena sekarang ada UU ITE yang bisa menjerat siapa saja dan hukumannya bisa penjara maupun denda. Penggunaan bahasa yang baik dan benar tidak semata-mata untuk melestarikan bahasa itu sendiri. Namun ada nilai lebih selain itu,” ujarnya. 

Adapun untuk tips aman berbahasa di ruang digital yang tata bahasa majas, yakni memperhatikan gaya Bahasa yang digunakan yang meliputi ironi, sarkasme, satire, dan sinisme. 

Kemudian tanda baca atau ejaan juga harus diperhatikan. ”Gunakan tanda baca sesuai dengan fungsinya. Gunakan ejaan tepat, tidak ada typo, dan gunakan huruf kapital pada tempatnya,” ujarnya. 

Firman mengatakan, ketika membuat suatu postingan di platform digital juga harus mencantumkan sumber informasi jika menggunakan pendapat orang lain. Lalu hal yang tak kalah penting yakni menggunakan emoticon dan sticker sebagai pengganti bahasa tubuh dengan tepat. 

Firman mengungkapkan bahasa merupakan bagian dari identitas, sebagai alat komunikasi, dan alat pemersatu bangsa. Menurutnya, sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat untuk senantiasa melestarikan, mengedepankan berbahasa yang benar dan beretika di tengah semakin berkembangnya bahasa-bahasa gaul di ruang digital. 

“Mari memantaskan diri untuk selalu berbahasa yang benar dan beretika, agar perdamaian, persatuan dan kesatuan suatu bangsa khususnya Indonesia senantiasa terjaga,” ucapnya. 

Narasumber lainnya, Dosen dan Konsultan SDM, Arfian mengatakan, digital skill merupakan kemampuan individu untuk mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta sistem operasi digital. 

Sedangkan literasi digital merupakan kemampuan memproses informasi, dan berkomunikasi efektif. ”Dengan memahaminya, setiap orang atau kelompok masyarakat akan menemukan, mengevaluasi, mengelola dan membuat informasi secara bijak dan kreatif,” katanya. 

Menurut Arfian, etika bahasa menjadi satu kaidah yang normatif. Ia mengatakan penggunaan bahasa menjadi pedoman umum, dan di dalamnya ada kompetensi lisan dan tulisan. ”Terapkan bahasa yang baik dan benar di ruang digital,” ucapnya. 

Webinar yang dipandu oleh moderator Nindy Gita itu, juga menampilkan narasumber Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pemalang, Fahrur Razi dan Kepala MAN 1 Tegal, Nurhayati, serta Mompreneur dan Islamic Finance Specialist, Greget Kalla Buana sebagai key opinion leader. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment