News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Simulasi Hidup Ala Planet Mars Di Yogya Dibangun Akhir Tahun

Simulasi Hidup Ala Planet Mars Di Yogya Dibangun Akhir Tahun




WARTAJOGJA.ID : Hampir semua negara besar di dunia saat ini mengambil peran yang sangat aktif untuk memberikan ruang pada ekslorasi ruang angkasa serta perkembanhan industri antariksa mereka. Alokasi dana dan pembangunan sektor antariksa sudah sedemikian maju.  Space Agency dan beberapa negara yang sudah menjadikan Mars sebagai proyek utama mereka yaitu Amerika (NASA), Uni Emirat Arab (UAESA), Rusia (ROSCOSMOS), India (ISRO), Uni Eropa ESA), Jepang JAXA), Cina (CNSA), dan akan menyusul yang lainnya. Mereka sedang berpacu untuk mencapai Mars dengan Rusia dan Amerika yang sudah memimpin terlebih dahulu pada era 60an dengan berhasil melintasi atau bahkan telah mendaratkan peralatannya di Mars ini. Space Agency swasta sebut saja SpaceX, Mitsubishi, Lockheed Martin, Boeing, Blue Origin, dll. Lantas bagaimana dengan Indonesia? Peran apa yang bisa kita ambil dalam arena perlombaan sains antariksa dengan materi dan kekayaan yang kita miliki dengan berlimpah di negara ini? 

Telah kita ketahui bersama bahwa ISSS - Indonesia Space Science Society akan membuat satu wahana misi pelatihan hidup di Planet Mars, yang biasa disebut : Analog Mars, bernama VMARS - v.u.f.o.c Mars Analog Research Station. Menurut Venzha Christ sebagai direktur ISSS mengatakan bahwa VMARS direncanakan akan memulai pembangunannya pada akhir tahun 2020 dan akan memulai proyek simulasi pertamanya pada pertengahan tahun 2021 mendatang. Tempat yang dipilih adalah di Daerah Istimewa Yogyakarta dan saat ini sedang melakukan peluncuran VMARS dalam sebuah perhelatan pameran internasional bernama Bangkok Art Biennale - BAB2020, pada tanggal 29 Oktober 2020 sampai 31 January 2021. Proyek ini berjudul : "MARS IS (NOT) A SIMULATION - a terraforming paradox after the mission".

Venzha Christ sebagai founder dan sekaligus pemantik ide awal untuk membangun pusat pelatihan hidup di Planet Mars ini juga pernah terpilih untuk mengikuti pelatihan tersebut di MDRS - Mars Desert Research Station, yang didanai oleh MUSK Foundation - Elon Musk dari SpaceX, di Amerika pada tahun 2018 dan SHIRASE - Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering, oleh Field Assistant di Jepang pada tahun 2019. Melalui kedua program inilah Venzha Christ kemudian mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana membangun pusat pelatihan dan simulasi ini. 

Apa saja yang akan dipelajari, serta apa tujuan utama dengan diadakannya proyek Simulasi Mars ini, ISSS sudah mempunyai beberapa poin penting untuk dikomunikasikan dengan publik secara luas, juga telah memikirkan penerapan sebuah teknologi dan kekayaan materi atau sumber daya (SDA maupun SDM) yang ada di Indonesia. Venzha Christ menjelaskan VMARS akan menjadi sebuah Analog Mars yang unik dan berbeda dengan Analog Mars yang ada di beberapa tempat di dunia karena akan menggali lebih jauh tentang potensi Indonesia untuk menjadikan keanekaragaman hayati yang ada. Keunikan program VMARS misalnya ada pada poin : 

1. Fokus pada penelitian "Terraforming" dengan nama V-TF
Istilah “terraforming Mars” mengacu pada gagasan bahwa planet Mars dapat diubah sedemikian rupa sehingga dapat menopang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. VMARS akan mempelajari cara dan alternatif hipotesa yang sampai saat ini masih merupakan polemik bagaimana cara manusia Bumi untuk men-terraforming Mars.

2. Pengenalan tentang "Space Farming" dengan nama V-SFM
Space Farming merupakan usaha manusia beserta teknologinya untuk membuat aktifitas pertanian dan menanam untuk memenuhi kebutuhan makanan di ruang angkasa, seperti misalnya di International Space Station (ISS) atau pada Habitat yang akan di bangun di Bulan atau Mars nanti. VMARS akan bekerja sama dengan peneliti dan pakar dalam menciptakan inovasi bidang Space Farming ini.

3. Menciptakan kreasi alternatif "Space Food" dengan nama V-SF
Indonesia mempunyai potensi besar dalam inovasi Space Food ini. Dalam beberapa tahun terakhir, makanan luar angkasa telah digunakan oleh berbagai negara yang terlibat dalam program luar angkasa sebagai cara untuk berbagi dan memamerkan identitas budaya mereka dan memfasilitasi komunikasi antar budaya. VMARS akan mengumpulkan banyak ide dari berbagai penelitian komunitas, praktisi, maupun universitas tentang Space Food ini dalam tataran riset dalam negeri.

Venzha Christ menambahkan, disamping fokus pada tiga poin di atas, selama mengikuti program VMARS, ada banyak kegiatan dan pembelajaran berupa pengalaman baru yang sangat berbeda dengan kehidupan kita sehari-hari (di Planet Bumi), seperti Pengalaman isolasi diri hidup dalam habitat yang di disain khusus sebagai tempat tinggal, tempat kerja, tempat bereksperimen, tempat komunikasi, laboratorium, dalam area ruangan yang sangat compact. Dan tentu saja ada EVA - Extravehicular Activity. 

Dalam riset dari tim VMARS menyebutkan bahwa Indonesia dan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) mempunyai peluang yang cukup besar dan unik dalam menyumbang partisipasinya pada ranah eksplorasi ruang angkasa. Venzha Christ berkeyakinan ke depannya Indonesia bisa mensejajarkan diri serta berkolaborasi dengan negara lain dan space agency dalam waktu yang tidak terlalu lama. VMARS kemungkinan akan menjadi cikal bakal dari sebuah jembatan unik untuk berkolaborasi dalam pencapaian bidang teknologi antariksa dan pengembangan pengetahuan luar angkasa di tanah air. (Rls)



Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment