News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Teliti Permasalahan Covid-19 di Indonesia, UMY dan UGM Berkolaborasi Dengan Herriot-Watt University

Teliti Permasalahan Covid-19 di Indonesia, UMY dan UGM Berkolaborasi Dengan Herriot-Watt University




WARTAJOGJA.ID : Pandemi Covid-19 yang bermula di Wuhan telah menjadi ancaman serius bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Peningkatan jumlah pasien mendorong tim peneliti di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada untuk melakukan joint research (penelitian bersama/gabungan) dengan the Global Challenge Research Fund (GCRF), Heriot-Watt University. 

Penelitian gabungan ini menganalisa perilaku masyarakat dan kesiapan fasilitas kesehatan di Indonesia. Penelitian ini dipimpin oleh Profesor Arnab Bhattacharjee, Profesor dan Ketua Economics Fellow, National Institute of Economic & Social Research, Heriot-Watt University.

Sisi kuantitatif penelitian ini dikaji menggunakan Epidemic Preparedness Index (Indeks Kesiapsiagaan Pandemi). Selanjutnya, penelitian ini juga menggunakan analisis model COM-B yang menitikberatkan pada kajian perubahan perilaku masyarakat saat pandemi.

Secara kuantitatif, hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebaran Covid-19 mengalami peningkatan saat memasuki musim mudik lebaran. Jumlah kasus pun semakin meningkat ketika memasuki era New Normal atau “New Adaptation of Habits” yang disertai dengan mengendurnya kebijakan pemerintah.

Novat Pugo Sambodo MIDEC., peneliti dari Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan UGM (KPMAK), menyatakan bahwa selama pandemi berlangsung, Indeks Kesiapsiagaan Pandemi (EPI) di setiap provinsi digunakan untuk menunjukkan tingkat kesiapan setiap daerah dalam menghadapi pandemi Covid-19. "Namun, hasil dari Indeks Kesiapsiagaan Pandemi (EPI) yang berkaitan dengan Tingkat Kematian (CFR) dan Tingkat Kesembuhan (RR) tidak bisa dijadikan tolak ukur meningkatnya kematian dan jumlah kasus positif. Oleh karena itu, kami berencana untuk meningkatkan perhitungan CFR dan RR berdasarkan pertimbangan tambahan yang pada saat ini belum dicakup oleh perkiraan saat ini,” jelasnya dalam zoom meeting yang dilaksanakan oleh UMY dan UGM pada Kamis (19/8).

Berdasarkan triad epidemiologi, selain faktor lingkungan yang didukung oleh infrastruktur kesehatan masyarakat, perilaku masyarakat juga mempengaruhi meningkatnya kasus positif. “Oleh karena itu, untuk mengurangi penyebaran virus, mengubah perilaku sebagai bentuk kesadaran bermasyarakat sangatlah penting,” sambung Novat.

Baru-baru ini, WHO menyatakan bahwa virus Corona tidak hanya menular melalui droplet saat bersin, batuk atau berbicara tanpa menggunakan masker, tetapi juga melalui udara. “Tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah selain untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai, mereka juga harus terus meningkatkan kesadaran masyarakat. Protokol kesehatan diringkas menjadi 3M, yaitu ’Mencuci Tangan, Memakai Masker dan Menjaga Jarak’. Membatasi Mobilitas dan mematuhi protokol kesehatan di tempat umum sangat penting untuk mencegah penyebaran Covid-19. Hasil penelitian kami berupa ringkasan kebijakan dan iklan layanan masyarakat atau ILM yang disajikan dalam audio visual dan infografis. ILM akan digunakan sebagai peringatan bagi masyarakat,” terang Dyah Titis Kusuma Wardani, MIDEC., peneliti dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMY.

Selain itu, dr. Rakhmat Ari Wibowo, M.Sc (peneliti FK-KMK UGM) mengatakan peningkatan kasus penularan tersebut diperparah dengan kurangnya pemahaman masyarakat tentang penularan Covid-19 dan maraknya berita palsu mengenai Covid-19. “Faktor lingkungan, pengaruh sosial, kebijakan pemerintah daerah, motif agama, peluang ekonomi, dan faktor sosial budaya dan pilihan pribadi dapat menjadi penyebab atau penghambat perilaku preventif. Namun temuan kualitatif ini baru dianalisa oleh satu orang peneliti, sehingga masih ada kemungkinan subyektifitas. Kami akan terus menganalisa hasil kualitatif dari dua orang peneliti secara mandiri untuk mengurangi kemungkinan subyektifitas, lalu hasilnya akan kami terbitkan secepatnya," ungkapnya.

Kemudian muncul harapan bahwa hasil penelitian ini bisa menjadi kesadaran pemerintah untuk merancang kebijakan yang tepat, seperti yang disarankan oleh Romi Bhakti Hartarto M.Ec, peneliti dari Program Studi Ekonomi UMY yang juga Ketua Penyelidik (Co-PI) dari Heriot-Watt University. “Merupakan harapan kami bahwa dengan bekerja sama, penyebaran pandemi Covid-19 dapat dihentikan,” tukasnya.


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment