Urgensi Keamanan Siber di Langit Sipil: Pakar FTI UII Serukan Strategi Ketahanan Informasi
WARTAJOGJA.ID – Industri penerbangan sipil kini berada dalam bayang-bayang ancaman kejahatan siber yang semakin kompleks dan menunjukkan tren peningkatan signifikan sepanjang periode 2020 hingga 2025.
Isu krusial ini menjadi bahasan utama dalam Kuliah Umum Perspektif Pakar bertajuk "Strategi Keamanan Informasi dalam Penerbangan Sipil" yang diselenggarakan oleh Program Studi Informatika Program Magister Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) pada Sabtu, 20 Desember 2025.
Acara yang dihadiri oleh akademisi, praktisi teknologi informasi, hingga mahasiswa ini menyoroti bahwa keamanan informasi kini telah bertransformasi dari sekadar isu pendukung menjadi kebutuhan strategis utama untuk menjamin keselamatan dan kelangsungan operasional industri kedirgantaraan.
Manajer Akademik Keilmuan Program Studi Informatika Program Magister FTI UII, Dr. Ahmad Luthfi, saat membuka acara menjelaskan bahwa ketergantungan industri penerbangan terhadap sistem teknologi informasi mencakup aspek yang sangat luas, mulai dari pengelolaan jadwal penerbangan, sistem reservasi tiket, hingga basis data penumpang yang masif.
Ia memaparkan data bahwa sejak tahun 2020, terdapat ribuan insiden siber yang menyerang maskapai dan bandara secara global, yang kemudian melonjak drastis hingga lebih dari 100 persen pada kurun waktu 2022–2023 seiring dengan masifnya digitalisasi layanan.
"Ancaman kejahatan siber yang semakin kompleks menjadikan keamanan informasi sebagai salah satu isu krusial dalam industri penerbangan sipil. Data menunjukkan bahwa keamanan informasi bukan lagi isu pendukung, melainkan kebutuhan strategis utama untuk menjaga keselamatan, kelangsungan operasional, dan kepercayaan publik karena sektor ini sangat rentan terhadap berbagai ancaman siber apabila tidak dilengkapi dengan strategi yang matang dan berkelanjutan," tegas Dr. Ahmad Luthfi dalam sambutannya.
Senada dengan hal tersebut, Arif Faizal, M.Kom., selaku alumni Magister Informatika FTI UII yang kini berkiprah di Susi Air Training Center sekaligus dosen Politeknik Manahijulhuda Tasikmalaya, membedah realita serangan siber yang bukan lagi sekadar ancaman teoritis.
Sebagai ahli forensik digital, ia menyoroti insiden besar yang baru saja terjadi pada 30 Juni 2025, di mana maskapai Qantas Australia mengalami pelanggaran data yang berdampak pada lebih dari 5,7 juta pelanggan akibat peretasan sistem pihak ketiga pada pusat panggilan mereka. Kasus ini menyebabkan data sensitif seperti nomor frequent flyer, tanggal lahir, hingga nomor telepon terekspos luas ke tangan pelaku kejahatan.
Dalam paparannya, Arif Faizal menekankan bahwa kerentanan dalam rantai pasok teknologi menjadi titik lemah yang harus segera dibenahi melalui audit sistem secara berkala. Ia mengingatkan bahwa satu celah kecil pada vendor pihak ketiga dapat meruntuhkan seluruh ekosistem penerbangan dan mengganggu kepercayaan publik secara instan.
Strategi keamanan informasi yang ideal menurutnya tidak hanya berhenti pada upaya pencegahan, tetapi juga harus mencakup ketahanan operasional (operational resilience) agar layanan penerbangan tetap berfungsi meski dalam kondisi terserang.
"Strategi keamanan informasi tidak hanya bertujuan mencegah serangan, tetapi juga memastikan bahwa operasional penerbangan tetap dapat berjalan dengan baik meskipun terjadi insiden keamanan.
Hal ini sangat krusial demi menjaga keselamatan penerbangan dan kepercayaan publik, mengingat dampak keamanan informasi dapat meluas hingga eksposur data jutaan orang serta potensi gangguan layanan yang signifikan di sektor penerbangan sipil," jelas Arif Faizal menutup sesinya.
Post a Comment