News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Sarasehan Fapet UGM - Dirjen PKH Soroti Tantangan Industri Unggas Hingga Pemerataan Produksi

Sarasehan Fapet UGM - Dirjen PKH Soroti Tantangan Industri Unggas Hingga Pemerataan Produksi


WARTAJOGJA.ID : Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Suganda menuturkan produksi daging ayam dan telur saat ini mayoritas masih tersentra di Pulau Jawa.

Kondisi ini jika dibiarkan dikhawatirkan kian memicu diparitas harga di tingkat konsumen dan potensi inflasi di luar Pulau Jawa. Langkah pemerataan produksi dua komoditas itu jadi pekerjaan rumah yang diprioritaskan.

"Produksi daging ayam maupun telur kita 63 persen masih diproduksi di Pulau Jawa," kata Agung saat bertemu kalangan peternak unggas di Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta, Sabtu 22 November 2025.

Agung membeberkan rata-rata nasional, harga daging ayam di tingkat konsumen masih berada di kisaran Rp 38.000 per kilogram atau masih di bawah harga acuan pemerintah Rp 40.000 per kilogram.

Hanya saja untuk telur, di Pulau Jawa harga yang sampai konsumen sudah melebihi dari harga acuan yakni Rp 30.000. Kenaikan harga di luar Pulau Jawa pun lebih tinggi lagi.

Padahal, kata Agung, harga daging ayam dan telur di tingkat peternak masih masing-masing masih di angka Rp 25.000 sedangkan untuk telur Rp 26.500 per kilogramnya.

"Secara nasional sebenarnya produksi daging ayam dan telur itu masih mencukupi untuk kebutuhan baik untuk kebutuhan reguler maupun MBG (makan bergizi gratis) saat ini," 

Agung menuturkan, konsentrasi terbesar produksi daging ayam dan telur masih di Pulau Jawa karena ekosistem yang memang sudah terbentuk dan berjalan.

Sehingga, kata dia, pihaknya telah menyiapkan langkah pemerataan produksi daging ayam dan telur itu di luar Pulau Jawa. Saat ini ada sembilan provinsi di luar Jawa yang dibidik jadi sentra produksi baru daging ayam dan telur.

Agung mengatakan program pemerataan produksi hasil peternakan unggas itu pun telah masuk dalam arah kebijakan nasional yang disokong melalui pemanfaatan anggaran Rp 20 triliun untuk integrasi serta modernisasi sektor peternakan unggas. 

"Dengan pemerataan produksi itu disparitas harga dan potensi inflasi bisa kita tekan dan masyarakat di tiap provinsi bisa mengonsumsi daging ayam dan telur dengan harga yang terjangkau," kata dia.

Dekan Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta Budi Guntoro mengatakan perlunya pemahaman bersama integrasi peternakan ayam berbasis anggaran serta mengurai tantangan struktural yang perlu diantisipasi pemerintah dan industri.

“Kita juga berharap ada rekomendasi yang membangun untuk kebijakan, investasi, dan penguatan kelembagaan peternak. Selain tentu saja untuk mendorong kolaborasi antara akademisi, pemerintah, industri, dan peternak,”terang Budi Guntoro.

Sarasehan dilanjutkan dengan diskusi panel yang menghadirkan enam tokoh penting industri perunggasan nasional, yaitu Direktur Utama BUMN ID Food, Direktur Utama BUMN Berdikari, Ketua Umum GPPU, Ketua Umum GPMT, Ketua Umum GOPAN, dan Ketua Umum PPN.
Para narasumber membahas berbagai isu strategis, antara lain penguatan ekosistem unggas nasional melalui sinergi BUMN–swasta–peternak, pengembangan sentra produksi unggas di luar Jawa, tantangan industri pakan dan pembibitan dalam menghadapi volatilitas harga bahan baku, model kemitraan yang lebih adil bagi peternak rakyat serta peran teknologi dan digitalisasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

Selain memetakan peluang dari integrasi unggas nasional, para peserta juga mengidentifikasi potensi risiko seperti kesenjangan akses SAPRONAK, minimnya daya tawar peternak kecil, serta kebutuhan penguatan kelembagaan peternak agar mampu beradaptasi dengan transformasi industri.

Melalui forum ini, Fapet UGM berharap lahirnya rekomendasi strategis untuk pemerintah, BUMN, industri, dan organisasi peternak dalam mewujudkan sektor unggas nasional yang inklusif, efisien, dan berdaya saing tinggi. 

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment