Pengasuh dan Pengelola Pondok Pesantren se-DIY Studi Tiru di PP Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto
WARTAJOGJA.ID : Komitmen untuk memajukan kualitas pendidikan dan transformasi pesantren di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus digalakkan melalui sinergi produktif antara Dewan Pengurus Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Daerah Istimewa Yogyakarta (DPW PKB DIY) dan Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (RMI-PWNU DIY).
Kolaborasi ini dikemas melalui Forum Percepatan Transformasi Pesantren (FPTP) DIY dengan beberapa kegiatan melibatkan Pengasuh, Pengelola Pondok Pesantren dan Sekolah di Lingkungan Pesantren dan Ma’arif di DIY.
Pada Sabtu, 22 November 2025, FPTP bersama Pengasuh, Pengelola Pondok Pesantren dan Sekolah di Lingkungan Pesantren dan Ma’arif se-DIY melakukan kunjunhan Studi Tiru ke PP. Amanatul Ummah, Pacet Mojokerto Jatim "Kegiatan Studi Tiru ini merupakan tindak lanjut dari hasil Forum Percepatan Transformasi Pesantren (FPTP) Regional DIY yang telah dibentuk pada Agustus 2025 yang lalu" jelas Umarudin Masdar, Sekretaris FPTP DIY yang juga Wakil Ketua DPRD DIY.
Umaruddin menambahkan, "sebagai bagian dari program FPTP, sebelumnya juga telah dilaksanakan Konferensi Regional Pesantren, Pelatihan Admin Media Sosial dan Konten Kreator, dan Penghargaan kepada Santri Inspiratif, Berprestasi dan Berdedikasi yang diikuti oleh seluruh perwakilan sekolah dan pondok pesantren se-DIY."
Pesantren Amanatul Ummah dipilih sebagai tujuan Studi Tiru karena sudah beberapa kali pesantren ini menerima penghargaan Indonesia Top Innovative Education Choice Award 2023, kategori "Best Inspiring Islamic School of The Year". Pesantren Amanatul Ummah adalah contoh nyata, jika pesantren bisa beradaptasi, berinovasi dan terus bertransformasi untuk menjadi pusat pendidikan unggul. Unggul dari sisi pengetahuan, dan unggul dari segi karakter. Dan itulah yang dibutuhkan negara di masa kini dan masa depan," jelas Umaruddin Masdar.
Sementara itu, KH. Muhammad Nilzam, Ketua FPTP DIY & RMI PWNU DIY, memberikan penekanan kuat pada tujuan utama dari studi tiru ini, yaitu menyeimbangkan kurikulum dan spiritualitas pesantren. Beliau menambahkan bahwa salah satu upaya sinergi antara RMI dan PKB adalah fokus pada transformasi, khususnya di sisi kurikulum dan proses pembelajaran.
"Kekuatan pendidikan kita itu ada dua hal yang harus kita sepakati dan jalani. Yang pertama adalah kuat ilmiah, dan yang kedua adalah kuat ruhaniah. Kita harus melakukan perubahan kurikulum, tetapi ruhaniyah adalah titik dasar pesantren yang membedakan kita dari sekolah umum". tegas KH. Muhammad Nilzam Yahya.
Menurut Kiai Nilzam, pesantren tidak boleh hanya mengandalkan sisi ilmu (ilmiah), sebab sekolah umum juga memiliki keunggulan di bidang tersebut. Kekuatan esensial pesantren terletak pada pendekatan ruhaniyah, seperti salat malam, yang menjadi pembeda dan fondasi moral bagi santri.
Pondok Pesantren Amanatul Ummah dipimpin oleh Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., Putra KH. Abdul Chalim Leuwimunding. Menerapkan ekosistem pendidikan terpadu, merajut dua kekuatan utama: kedalaman spiritual dan keunggulan intelektual. Santri dididik dengan khazanah keislaman yang kuat melalui kurikulum mu’adalah yang disetarakan dengan standart internasional, serta penguatan karakter dan kedisiplinan yang kuat. Di sisi lain, mereka didorong mencapai puncak akademik melalui program modern seperti Madrasah Bertaraf Internasional (MBI) dan program akselerasi SKS yang memungkinkan tuntasnya pendidikan menengah dalam dua tahun.
Pendekatan pendidikan yang diterapkan Kiai Asep fokus pada penanaman nilai akademik yang kuat sekaligus spiritual kokoh. Kombinasi ini menghasilkan capaian yang luar biasa: pada tahun 2025, tercatat sebanyak 1.269 santri Amanatul Ummah berhasil menembus Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia dan berbagai kampus bergengsi di luar negeri. Seperti ITB, UI, ITS, UGM, Unair, Unhan, IPB, UIN, dan UB. Jangkauan internasionalnya pun luas, mencakup Jerman, Mesir, Maroko, Australia, Amerika Serikat, Rusia, hingga Tiongkok.
“Santri yang diterima di kedokteran di Jerman, China, dan negara lainnya mencapai 65 orang. Di Unhan sendiri, 10 santri kami diterima, dengan 6 di antaranya di program kedokteran,” ungkap Kiai Asep. Selain itu, 11 santri mendapat beasiswa penuh dari Kedutaan Mesir untuk melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar dan sekolah Aliyah di sana.
Selain itu, Kiai Asep menegaskan bahwa pondok pesantern seharusnya dapat lebih maju dan berkualitas dengan sekolah umum. “Pesantren itu lebih maju dari pada SMA Negeri (Sekolah umum). Logis saja kita memiliki kesempatan lebih panjang dari pada mereka, 24 jam anak bisa dikelola, guru dekat dengan murid”. Ujar Kiai Asep.
Salah satu hasil dari Studi Tiru ini adalah lahirnya semangat dan kepercayaan yang tinggi di kalangan para pengasuh dan pengelola pendidikan di lingkungan pesantren, bahwa pesantren jika dikekola dengan baik bisa bertransformasi nyata menjadi lembaga dan pusat keunggulan yang dibutuhkan oleh masyatakat dan bangsa.
"Kami menjadi semakin yakin dan optimis jika pesantren itu bisa lebih unggul dan maju dari lembaga pendidikan yang dikelola oleh pihak lain, termasuk pemerintah," kata KH. Khoiron Marzuki, pengasuh PP. Al-Mumtaz Gunungkidul. (*)
Post a Comment