Kolaborasi Multinasional FK-KMK UGM: Mahasiswa dari Eropa hingga Asia Pelajari Kesehatan Kerja di Sentra Batik Yogya
WARTAJOGJA.ID : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) kembali gelar kegiatan International Summer Course on Interprofessional Healthcare pada Minggu, 2 November 2025 di Desa Batik Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul Yogyakarta.
Kegiatan ini berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Farmasi, yang tahun ini mengusung tema “Promoting Resilient Workplaces and Sustainable Environments for Global Health Equity.”
"Peserta kegiatan ini berasal dari berbagai institusi pendidikan tinggi ternama," kata Wakil Dekan Bidang Akademik & Kemahasiswaan FK-KMK UGM dr. Ahmad Hamim Sadewa, Ph.D
Para peserta antara lain berasal dari Vrije Universiteit Medical Center – VuMC (Belanda), Mahidol University (Thailand), University Medical Center Groningen (Belanda), Universitas Gadjah Mada, Universitas Pattimura, dan Universitas Islam Internasional Indonesia, serta beberapa mahasiswa yang berasal dari Pakistan dan Myanmar.
Hadir pula dalam kegiatan itu Dr. Drs. Abdul Wahab, MPH, perwakilan IKM - Vena Jaladara, SKM., MPH dan Tim Desa Batik Giriloyo - Tiyastiti Suraya, S. Si., M.E.M
Ahmad Hamim Sadewa mengungkap dalam kegiatan ini para peserta bersinergi untuk belajar dan berkolaborasi lintas disiplin dalam membahas isu-isu kesehatan kerja, lingkungan, serta keberlanjutan sistem kesehatan global.
"Melalui kegiatan kunjungan di Desa Batik Giriloyo, Wukirsari, sebagai bagian dari pembelajaran lapangan untuk memahami penerapan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dalam industri kreatif," kata Ahmad Hamim.
Adapun Ketua Tim Internasionalisasi FK-KMK UGM - dr. Dwi Aris Agung Nugrahaningsih M.Sc, Ph.D mengungkapkan dalam kegiatan ini, para mahasiswa diajak untuk mengamati langsung proses pembuatan batik tulis tradisional—mulai dari persiapan bahan, pewarnaan, hingga tahap penyelesaian akhir—serta mengenali potensi risiko kerja yang muncul di setiap tahapan produksi.
"Mahasiswa juga mempelajari praktik-praktik keselamatan kerja sederhana namun penting, seperti penggunaan alat pelindung diri saat bekerja dengan lilin panas dan pewarna kimia, serta pengaturan ventilasi ruang kerja," kata Dwi Aris.
Pengalaman ini dinilai tidak hanya memperkaya wawasan mahasiswa mengenai budaya dan ekonomi lokal, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penerapan aspek keselamatan kerja di berbagai sektor, termasuk sektor industri kreatif berbasis tradisi.
Program Summer Course on Interprofessional Healthcare ini dirancang untuk memperkuat pembelajaran interdisipliner dengan mengintegrasikan keunggulan akademik dan keterlibatan langsung dengan masyarakat.
Peserta juga terlibat langsung dalam identifikasi dan penyelesaian masalah kesehatan masyarakat, serta berpartisipasi dalam proyek lapangan yang menumbuhkan kolaborasi lintas budaya dan inovasi dalam praktik kesehatan masyarakat global.
Kegiatan ini relevan dengan kondisi dunia kerja saat ini.
Dalam konteks industrialisasi yang semakin pesat, risiko kesehatan akibat lingkungan kerja yang tidak aman menjadi perhatian utama di bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan laporan International Labour Organization (ILO), lebih dari 2,9 juta pekerja di dunia meninggal setiap tahun akibat penyakit dan kecelakaan kerja, serta lebih dari 374 juta kasus cedera dan penyakit akibat kerja terjadi setiap tahunnya.
Faktor risiko seperti paparan bahan berbahaya, ergonomi yang buruk, dan stres kerja berkontribusi pada meningkatnya angka kesakitan dan kematian pekerja. Karena itu, pemahaman mendalam mengenai bahaya kesehatan kerja dan penilaian risiko sangat penting bagi calon tenaga kesehatan masa depan.
Data dari Kementerian Ketenagakerjaan RI tahun 2022 menunjukkan terdapat 265.334 kasus kecelakaan kerja, sebagian besar dapat dicegah melalui penerapan protokol keselamatan yang lebih ketat.
Selain aspek keselamatan, inovasi dalam praktik kerja berkelanjutan—seperti penggunaan material ramah lingkungan, optimalisasi ventilasi, dan pendekatan ergonomi berbasis teknologi—telah terbukti menurunkan risiko kesehatan di berbagai sektor industri.
Menurut Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., kematian akibat kecelakaan kerja kini melampaui jumlah korban kecelakaan lalu lintas, perang, dan HIV/AIDS.
"Selain itu, miliaran pekerja menghadapi paparan panas berlebih serta tekanan mental dan kelelahan (burnout) yang menjadi tantangan baru dalam kesehatan kerja modern. Di balik setiap angka, ada kisah manusia—keluarga yang berubah, komunitas yang melemah, dan mimpi yang terhenti. Itulah mengapa program ini sangat penting," ungkap Prof Yodhi.
Ia mengingatkan kesehatan tidak hanya dibangun di rumah sakit, tetapi juga di tempat kerja, komunitas, dan lingkungan sekitar kita.
Post a Comment