Kado Hari Jadi 79 Wedomartani: RS UAD Turunkan Tiga Dokter Gelar Baksos Khitan Massal Gratis
WARTAJOGJA.ID – Rumah Sakit Universitas Ahmad Dahlan (RS UAD) Yogyakarta kembali menunjukkan komitmennya sebagai institusi kesehatan yang peduli terhadap masyarakat dengan menggelar Bakti Sosial (Baksos) Khitanan Massal, Jumat 7 November 2025 di RS UAD.
Kegiatan yang diselenggarakan bekerja sama dengan Pemerintah Kalurahan Wedomartani, Sleman, ini menjadi kado spesial dalam rangka Hari Jadi ke-79 Kelurahan Wedomartani.
Acara yang berhasil menjaring total 27 anak peserta ini, berlangsung dengan melibatkan fasilitas medis dan sumber daya manusia yang mumpuni.
Direktur RS UAD, dr. Muallim Hawari, M.M.R., menegaskan bahwa kegiatan khitanan massal ini bukan yang pertama, melainkan bagian dari janji bakti rumah sakit kepada masyarakat.
Dr. Muallim menjelaskan bahwa untuk memastikan kualitas dan kecepatan penyembuhan, RS UAD mengambil langkah luar biasa dengan melibatkan tenaga ahli spesialis.
"Ini yang luar biasa adalah kami menurunkan tiga dokter bedah dengan beberapa asisten untuk perawatnya, menyasar 27 anak yang dikhitan," ungkap dr. Muallim, menyoroti perbedaan signifikan dengan khitanan massal pada umumnya yang mungkin hanya melibatkan perawat atau dokter umum.
Lebih lanjut, dr. Muallim menggarisbawahi pilihan metode yang digunakan.
Berdasarkan diskusi dengan para ahli sunat, ia menjelaskan bahwa metode yang paling baik adalah yang konvensional, atau yang ia sebut sebagai cincin yang harus dipotong, dengan harapan proses penyembuhan anak menjadi lebih optimal.
Ia juga meluruskan mitos populer di masyarakat terkait pantangan makanan pasca-operasi. "Ini adalah mitos yang harus kita lawan, yang membuat biasanya luka itu lama sembuhnya. Justru makanlah yang banyak protein, ya ikan, ya telur, ya susu dan lain sebagainya yang tinggi protein sehingga penyembuhannya cepat," pesannya, menekankan pentingnya menjaga area sunat tetap kering, rajin kontrol, dan menghindari benturan, yang kini dimudahkan dengan adanya celana dalam khusus sunat.
Dalam pelaksanaan khitanan massal ini, ditemukan sejumlah anak yang membutuhkan perhatian khusus. Dr. Muallim membeberkan bahwa dari total peserta, tujuh anak perlu perlakuan khusus karena mengalami kondisi di mana lubang depan kulup (kulupnya tidak usah ditarik sampai lebih jauh) terlalu kecil.
Kondisi ini, yang membutuhkan edukasi serius, dapat menyebabkan kencing keluar seperti selang yang dipencet dan meninggalkan sisa kotoran di dalamnya, berpotensi memicu infeksi saluran kencing, panas tinggi, dan rasa sakit.
Di sisi lain, Lurah Wedomartani, Teguh Budiyanto, menyambut baik kerja sama ini. Ia menjelaskan bahwa sunatan, dalam sisi budaya, adalah bagian dari upacara adat yang perlu dilestarikan, sementara dari sisi sosial adalah kebutuhan yang mendesak, terutama bagi masyarakat kurang mampu di wilayahnya.
"Bahwa mereka itu disamping mendapatkan fasilitas gratis, mulai dari untuk sunatnya, pengobatannya, kontrolnya, ini semua ditanggung oleh Rumah Sakit UAD," ujar Teguh Budiyanto.
Ia menambahkan, Pemerintah Kalurahan bekerjasama dengan bagian sosial untuk santunan sembako, serta Lazis NU dan Lazis Muhammadiyah yang juga memberikan uang saku.
Kolaborasi ini memastikan bahwa sasaran kegiatan—yaitu masyarakat yang memiliki kartu miskin dan kartu keluarga miskin—adalah tepat sasaran.
Dari 27 anak peserta, Teguh Budiyanto menyebutkan bahwa delapan anak harus mendapatkan rawat atau rujukan karena terdeteksi adanya kelainan penyulit dan harus dioperasi, di mana biaya penanganan ini pun sepenuhnya ditanggung oleh pihak RS UAD bersama dengan Lazis Muhammadiyah di Kabupaten.
Secara budaya, ia menyebutkan upacara khitanan tetap diawali dengan doa dan dikolaborasikan dengan simbol-simbol adat seperti pisang sanggan, ingkung, dan tumpeng.
Post a Comment