News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Peta Daerah Baru Yogya Yang Masuk Potensi Rawan Bencana

Peta Daerah Baru Yogya Yang Masuk Potensi Rawan Bencana

WARTAJOGJA.ID : Sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai diguyur hujan memasuki bulan September 2025 ini.

Para wisatawan yang menyambangi Yogyakarta, diimbau lebih waspada dengan potensi bencana hidrometeorologi. Termasuk di kawasan wisata khususnya destinasi alam.

Bencana Daerah (BPBD) DIY telah memetakan sejumlah daerah rawan bencana hidrometeorologi. Yang terbagi membagi menjadi tiga kategori yakni peta daerah rawan longsor, peta rawan cuaca ekstrem, serta peta potensi banjir.

"Untuk potensi bencana hidrometeorologi yang paling sering terjadi di DIY sendiri antara lain banjir, longsor, dan angin kencang yang sering merobohkan pohon dan merusak fasilitas umum," kata Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad, Rabu 10 September 2025.

Namun, dari sejumlah potensi rawan bencana yang telah dipetakan itu, ada sejumlah daerah baru yang masuk potensi rawan tahun ini. Karena sebelumnya daerah yang dianggap relatif aman namun ternyata turut dilanda bencana.

Ia pun mencontohkan, salah satunya bencana banjir. Ada wilayah yang sebelumnya tak masuk kategori itu, namun ternyata turut dilanda banjir tahun lalu.

"Peta banjir ini sebenarnya agak sulit karena juga dipicu perilaku masyarakat seperti membuang sampah di aliran sungai yang menyebabkan timbulnya penyumbatan di selokan, sehingga berakibat meluapnya air," kata dia.

Dari hasil pembaharuan terhadap peta risiko bencana di DIY saat ini, kata Noviar,  terdapat beberapa daerah yang kini masuk dalam peta risiko bencana. Hal ini setelah berkaca pada sejumlah kejadian bencana yang terjadi di DIY tahun lalu.

Ia mencontohkan, dalam peta rawan bencana sebelumnya, kawasan Kecamatan Imogiri di Kabupaten Bantul sebenarnya belum masuk rawan banjir.

Namun tahun 2024, ternyata wilayah yang kaya destinasi wisata alam dan budaya seperti Hutan Mangunan hingga Makam Raja-Raja itu juga tak luput dari banjir. Hal ini menyebabkan tahun 2025 ini kawasan Imogiri turut masuk menjadi salah satu peta rawan bencana banjir.

Kemudian potensi bencana longsor. Di Kabupaten Sleman, pada tahun sebelummya, titik longsor ternyata juga melanda kawasan Kecamatan Prambanan dan Kalasan. Sehingga tahun 2025 ini area itu masuk peta rawan bencana. 

Adapun untuk wilayah Kota Yogyakarta, Noviar menuturkan relatif sama alias belum ada wilayah baru yang masuk potensi risiko bencana maupun daerah rawan bencana. 

"Bantaran sungai-sungai besar masih menjadi daerah paling berisiko di Kota Yogyakarta, terutama ketika ada banjir kiriman dari utara (Sleman)," kata dia.

Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta BMKG Yogyakarta Warjono menuturkan sebaran curah hujan selama periode dasarian pertama bulan September di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta masih tercatat dalam kategori rendah dengan curah hujan berkisar 0-20 milimeter.

"Apabila dibandingkan kondisi dengan
normalnya, sifat hujan dasarian pertama September umumnya masih masuk kategori BN atau Bawah Normal," kata dia.

Secara umum, kata dia, wilayah DIY pada umumnya dalam kategori tidak
hujan/tidak terukur hingga hujan ringan. Kecuali wilayah Kulon Progo
bagian barat daya dan Gunungkidul bagian selatan yang sudah masuk dalam kategori hujan sedang dengan curah hujan 20- 50 milimeter/hari. 

Curah hujan tertinggi dengan intensitas 31 milimeter/hari sempat tercatat di Pos Hujan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, lokasi dari sejumlah kawasan pantai populer seperti Pantai Drini, Pantai Kukup, Pantai Nglolang, dan Pantai Ngrumput

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment