Kasus Longsor Freeport, Geolog UGM Ungkap Tantangan Berat Evakuasi
WARTAJOGJA.ID : Sebanyak lima dari tujuh pekerja yang menjadi korban longsor tambang bawah tanah Freeport, di area Grasberg Block Cave, Mimika, Papua Tengah masih belum berhasil ditemukan dan dievakuasi hingga awal pekan ini.
Kejadian longsor itu terjadi pada Senin 8 September 2025 lalu ketika material dalam jumlah besar disebut mengalir dari salah satu titik pengambilan produksi, yang kemudian menutup akses ke area tertentu, serta membatasi jalur evakuasi.
Geolog yang juga guru besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyu Wilopo menuturkan aspek keselamatan menjadi tantangan teknis utama dalam proses penemuan dan evakuasi itu.
"Kondisi bawah tanah yang sempit dan penuh risiko membuat aksesibilitas tim penyelamat maupun peralatan sangat terbatas. Selain itu, suplai oksigen, keterbatasan ruang operasi, serta potensi runtuhan batuan dan masuknya lumpur basah juga ancaman serius," kata Wahyu, Selasa 23 September 2025.
Dengan kondisi itu, kata Wahyu, proses evakuasi para korban pun memang perlu dilakukan serba cepat namun tetap musti penuh perhitungan dan kehati-hatian agar tidak menimbulkan korban baru.
Wahyu menjelaskan, faktor geologi selama ini sangat berpengaruh terhadap kerentanan terowongan di area penambangan. Adanya sesar pada batuan sedikit saja, dapat menjadi jalur masuknya air dan lumpur ke dalam terowongan. Apalagi saat curah hujan tinggi.
Ditambah lagi, sistem penambangan block caving yang diterapkan dalam proses penambagan di situ. Sistem itu diakuinya memang efisien namun sekaligus sulit untuk mengontrol potensi keruntuhan material.
“Sehingga tantangannya bagi tim evakuasi bukan hanya volume lumpur yang ada, tetapi juga ancaman potensi lumpur baru yang bisa ikut masuk ke terowongan saat evakuasi berlangsung,” kata dia.
Untuk mempercepat evakuasi tanpa mengorbankan keselamatan, Wahyu menilai memang sangat perlu pemanfaatan teknologi modern. Ia mencontohkan teknologi robot atau sistem kendali jarak jauh yang dapat membantu proses evakuasi sehingga risiko bagi tim penyelamat bisa diminimalisir.
Menurutnya, keberhasilan evakuasi membutuhkan kerjasama solid. Sebab dalam kasus seperti ini, kecepatan sekaligus kehatia-hatian dalam upaya evakuasi itu menjadi kunci.
Wahyu menambahkan, untuk jangka panjang, ia mendesak perusahaan tambang juga berperan dalam meminimalkan risiko kejadian serupa sengan sejumlah upaya.
Diantaranya melakukan pemetaan potensi bahaya runtuhan dan rembesan lumpur di area yang akan ditambang. Juga perlunya pemasangan sensor peringatan dini, serta pembangunan jalur terowongan yang saling terhubung.
"Penyediaan sumber oksigen, makanan darurat, hingga peralatan evakuasi di titik-titik tertentu juga diperlukan," kata dia.
Selain itu, ia menuturkan jika pelatihan kesiapsiagaan bagi seluruh pekerja tambang juga mutlak dilakukan. Sehingga respon saat bencana dapat lebih cepat dan tepat.
Atas kejadian longsor itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebelumnya menyatakan PT Freeport Indonesia (PTFI) sementara menghentikan aktivitas produksinya.
"Semua aktivitas produksi Freeport dihentikan. Seluruh kekuatan difokuskan untuk mencari korban,” kata Bahlil di Jakarta, Rabu 17 September 2025.
Post a Comment