Buruan Merapat, Ada Pencak Malioboro Festival 12-14 September 2025
WARTAJOGJA.ID: Paseduluran Angkringan Silat (PAS) kembali menggelar Pencak Malioboro Festival. Event ke-8 yang mengusung tema 6 Jam Pencak Silat di Kota Yogyakarta ini memperoleh dukungan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui dana keistimewaan.
“Mudah-mudahan kegiatan ini semarak. Inisiasi ini untuk memperlihatkan dukungan Pemda DIY terhadap status budaya warisan takbenda asli Indonesia yang dianugerahkan oleh UNESCO,” ujar Dwi Agung Hernanto, Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan DIY, pada konferensi pers di Pendapa Dinas Kebudayaan DIY, Rabu (10/9/2025).
Sesuai tema, lanjut dia, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tujuan utama para pemerhati dan praktisi pencak silat untuk berkumpul dan berekspresi dengan damai dan nyaman.
Suryadi dan Yosi dari PAS menjelaskan Pencak Malioboro Festival 8 diisi beragam agenda. Pertama, 6 Jam Pencak Silat di Kota Yogyakarta. “Para guru dan praktisi silat kami undang tampil di panggung di tengah keramaian Malioboro, pusat pariwisata dan kebudayaan Yogyakarta,” kata Suryo, panggilan akrab Suryadi.
Menariknya, event yang berlangsung enam jam secara marathon itu diisi penampilan berbagai perguruan dan aliran pencak silat tradisional. Para pemerhati dan praktisi pencak silat berkumpul, berekspresi dengan damai dan nyaman.
Sebanyak 60 tim siap tampil di hadapan masyarakat. Mereka datang dari berbagai kota di antaranya Gresik, Bangkalan, Magetan. Event itu langsung di bawah arahan Wakil Gubernur DIY Paku Alam X.
Agenda kedua adalah Lomba Koreografi Pencak. Tujuannya untuk mengasah kreativitas dan inovasi mengemas pencak silat menjadi pertunjukan yang memikat masyarakat sehingga bersedia membudayakan nilai-nilai pencak silat. Lomba ini memperebutkan piala bergilir Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Ketiga, Lomba Mewarnai Pencak Silat untuk Anak-anak. Baik Suryo maupun Yosi menyatakan kegiatan ini sangat tepat dan penting untuk menanamkan rasa cinta terhadap budaya warisan nusantara sejak dini.
Keempat, Workshop Pencak Silat. Inilah event rutin yang selalu ditunggu. Masyarakat bisa berinteraksi langsung merasakan pencak silat serta mengerti filosofi yang terkandung di dalamnya. “Agenda ini juga menjadi ajang promosi tentang ragam perguruan silat di Indonesia,” tambah Yosi.
Agenda kelima sebagai puncak kegiatan adalah Kirab Pencak Malioboro. Masyarakat bisa lebih dekat melihat keragaman pencak silat lewat pawai dan pertunjukan sepanjang Jalan Malioboro, sekaligus menumbuhkembangkan rasa cinta budaya bangsa dan menjalin silaturahmi di antara paguyuban.
Menurut Suryo, peserta kirab diperkirakan mencapai 5.500 orang lebih termasuk pengamping yang biasanya jumlahnya lebih banyak. Dia menegaskan, pawai ini untuk menunjukkan Yogyakarta sebagai kota yang cinta damai.
Peserta yang sudah terdaftar sekitar 40 aliran perguruan silat dari Jawa Timur, Jakarta maupun perwakilan negara asing antara lain Australia dan Malaysia. Sedangkan perwakilan dari Eropa dan Amerika batal datang ke Yogyakarta karena masih ragu-ragu.
“Nuwun sewu, kami paham pencak silat itu citranya buruk. Kita ingin membuktikan Pencak Malioboro Festival menjadi event yang aman dan terkendali. Kita di Yogyakarta ingin membangun dan menunjukkan pencak silat sebagai warisan leluhur bisa dinikmati siapa pun,” kata Yosi.
Sebelumnya, PAS sudah silaturahmi dengan para sesepuh paguyuban pencak silat di Madiun. Di sana, paguyuban itu beranggotakan belasan perguruan pencak silat.
Di luar dugaan, dukungan datang dari pemerintah setempat yang meminta paguyuban agar datang ke Yogyakarta. Selain ikut berdoa, juga ingin menunjukkan kepedulian mereka bahwa pencak silat mampu menjadi event budaya yang bisa dinikmati masyarakat.
Kedatangan paguyuban dari Madiun itu sekaligus menepis anggapan negatif pencak silat di medsos yang selama ini terkesan nggegirisi. (*)
Post a Comment