UAD Kukuhkan 4 Guru Besar, Dari Bidang Lingkungan Hingga Konseling Keluarga
WARTAJOGJA.ID : Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali mengukuhkan empat guru besar pada Sidang Terbuka Senat yang digelar pada Sabtu, 30 Agustus 2025 di Amphitarium Kampus IV UAD.
Mereka yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Surahma Asti Mulasari, S.Si., M.Kes. dalam bidang pengelolaan sampah dan manajemen lingkungan; Prof. Elli Nur Hayati, M.PH., Ph.D., Psikolog. dalam bidang psikologi komunitas kelompok rentan; Prof. Dr. apt. Nining Sugihartini, M.Si. dalam bidang teknologi formulasi sediaan obat dan kosmetika; Prof. Dr. Dody Hartanto, M.Pd. dalam bidang bimbingan dan konseling keluarga.
Hadir Prof Mahfud Shulihin, Ph.D, Ak., CA, CPA (Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah), Ketua Badan Pembina Harian UAD Prof Dr Irwan Akib, M.Pd dan Kepala LLDikti Wilayah V DIY Prof Setyabudi Indartono, MM, Ph.D
Empat dosen yang dikukuhkan sebagai guru besar adalah Prof Dr Surahma Asti Mulasari, S.Si, M.Kes (Guru Besar Bidang Pengolahan Sampah dan Manajemen Lingkungan), Prof Dr Elli Nur Hayati, MPH, Ph.D, Psikolog (Guru Besar Bidang Psikologi Komunitas Kelompok Rentan).
Prof Dr Apt Nining Sugihartini, M.Si (Guru Besar Bidang Teknologi Formulasi Sediaan Obat dan Kosmetika) dan Prof Dr Dody Hartanto, M.Pd (Guru Besar Bidang Bimbingan dan Konseling Keluarga).
Keempatnya yang merupakan guru besar dari rumpun ilmu yang berbeda sehingga bisa menambah khasanah keilmuan di lingkungan kampus menyampaikan pidato pengukuhannya secara bergantian dengan tema masing-masing.
Ketua Senat UAD, Prof Dr Ir Dwi Sulisworo, MT, berharap kepada empat guru besar UAD agar membawa manfaat nyata bagi masyarakat. “Pengukuhan ini bukanlah akhir, tetapi titik awal untuk kiprah yang lebih kontributif,” ujar Dwi Sulisworo.
Rektor UAD, Prof Dr Muchlas, MT, menekankan bahwa guru besar hendaknya senantiasa menjaga marwah keilmuan dan akademik. “Untuk itu saya mendorong para guru besar untuk menghasilkan karya-karya spektakuler dengan semangat hilirisasi,” katanya.
Seperti dikatakan Muchlas, UAD menargetkan dua tahun ke depan seluruh asisten ahli dan tenaga pengajar dapat mencapai jabatan lektor.
Rektor UAD, Prof Dr Muchlas, MT, menyampaikan, hingga saat ini UAD memiliki 57 guru besar, yang dihasilkan UAD ada 42 guru besar dan selebihnya guru besar yang diangkat dari institusi lain.
“Pihak universitas terus melakukan pendampingan dengan 51 dosen masih dalam proses pengajuan dan 10 di antaranya berpotensi lolos pada Oktober 2025 mendatang,” kata Muchlas yang menambahkan di UAD saat ini ada 139 Lektor Kepala.
UAD berkomitmen mendukung program LLDIKTI Wilayah V, yakni nolisasi asisten ahli. Selain itu UAD juga merancang unifikasi keilmuan yang sudah digulirkan dua tahun terakhir.
“Dengan integrasi keilmuan yang solid, UAD akan semakin mampu berperan sebagai universitas yang memberi solusi nyata bagi masyarakat,” kata Muchlas.
Surahma Asti Mulasari mengatakan bahwa sampah plastik memiliki sifat sulit terurai dan berpotensi menimbulkan pencemaran jangka panjang, baik di tanah, air maupun udara. ‘Tantangan utama adalah membatasi penggunaan plastik sekali pakai, sembari memperkuat sistem daur ulang dan pemanfaatan kembali,” katanya.
Kontributor berikutnya, lanjut Surahma, adalah kertas dan karton (8,6%), kain (10%) serta kaca, kayu, logam dan karet dengan persentase lebih kecil.
“Meski porsinya rendah, kategori ini memiliki nilai ekonomi cukup tinggi bila dikelola melalui sistem daur ulang dan bank sampah,” ungkap Surahma.
Menurutnya, komposisi tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan sampah harus bersifat diferensial.
“Organik sebaiknya diarahkan pada kompos dan maggot, plastik dikendalikan melalui regulasi serta inovasi daur ulang, sementara kertas, logam dan kaca dioptimalkan dalam ekonomi sirkular,” paparnya.
Elli Nur Hayati mengatakan bahwa dunia kesehatan semakin menyadari pentingnya pencegahan penyakit dari sisi pendidikan masyarakat untuk meningkatkan keterampilan gaya hidup manusianya. “Agar berkompeten menghindarkan dirinya dari penyakit,” katanya.
Itulah sebabnya, kata Elli, konsep promosi kesehatan dipopulerkan di masyarakat sejak tahun 1986 pasca Konferensi Ottawa (Ottawa Charter).
Dikatakannya, promosi kesehatan masih menjadi “golden standard” hingga kini untuk pencapaian kesejahteraan (well-being) masyarakat sehingga melibatkan partisipasi masyarakat untuk upaya promosi kesehatan harus selalu diusahakan.
Bagi Elli, mencegah lebih baik daripada mengobati dan memberdayakan masyarakat agar berkompeten untuk menjaga dirinya sendiri agar selalu sehat adalah jauh lebih baik.
Sedangkan Nining Sugihartini mengatakan bahwa minyak atsiri bunga cengkeh dari Indonesia telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. “Terutama dari Kepulauan Maluku sebagai salah satu bahan rempah yang kaya manfaat,” katanya.
Dikatakan Nining, minyak atsiri bunga cengkeh memiliki khasiat sebagai antimikroba, antioksidan, dan antiinflamasi. “Kandungan utama eugenol memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi,” tandasnya.
Kerja sama dengan dunia industri — khususnya bidang kosmetik — perlu lebih ditingkatkan dalam upaya untuk menghasilkan sediaan yang dapat diterima oleh masyarakat baik dari sisi aktivitas, keamanan serta memenuhi ketentuan pemerintah.
“Manfaat kerja sama dengan dunia industri, selain dalam upaya hilirisasi hasil riset juga akan bermanfaat dalam pembelajaran dengan mahasiswa,” paparnya.
Bagi Nining, mahasiswa yang terlibat dalam penelitian akan memahami dunia industri. “Selain itu, materi pembelajaran akan lebih dekat dengan dunia industri sehingga mahasiswa akan mendapatkan gambaran yang mendekati perkembangan dunia kerja,” katanya.
Sedangkan Dody Hartanto menjelaskan, sebagian besar masalah dalam kehidupan seringkali berakar dari dinamika keluarga. “Keluarga tidak hanya menjadi sumber kekuatan, tetapi juga dapat menjadi akar dari berbagai permasalahan sosial jika tidak dikelola dengan baik,” ungkap Dody.
Kata Dody, keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat saat ini menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi dalam sejarah peradaban manusia.
Post a Comment