Sleman Ganti Rugi Rumah Rusak Terdampak Disposal Bom era Kemerdekaan
WARTAJOGJA.ID : Warga di kawasan lereng Gunung Merapi Kabupaten Sleman Yogyakarta sempat diungsikan pada Senin-Selasa, 11-12 Agustus 2025 lalu untuk pengamanan dari upaya disposal atau pemusnahan temuan bom pesawat diduga sisa perang kemerdekaan.
Pemusnahan bom sepanjang hampir dua meter dengan bobot sekitar hampir 400 kilogram yang ditemukan warga saat menggali tanah di rumahnya pada Minggu (10/8) itu, dilakukan Tim Penjinak Bom (Jibom) Gegana Satuan Brigade Mobil (Satbrimob) Polda DIY.
Proses pemusnahan itu memerlukan beberapa kali upaya dengan metode peledakan terkendali dan sempat mengalami kesulitan karena ukuran amunisi tergolong besar.
"Ledakan saat pemusnahan itu menyebabkan kerusakan ringan pada sekitar 12 unit rumah warga di sekitar lokasi, semua ditanggung perbaikannya oleh Pemkab Sleman," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Haris Martapa, Rabu 13 Agustus 2025.
Pemusnahan itu dilakukan karena dari hasil pemeriksaan awal menunjukkan benda tersebut adalah Unexploded Ordnance (UXO) atau bahan peledak sisa militer yang masih aktif.
Ciri-cirinya disebutbsangat mirip dengan general-purpose bomb atau sejenisnya dari era Perang Dunia II, dengan bentuk silinder memanjang, ujung meruncing, dan sirip stabilizer di belakang dan sebagian rusak.
Sebelum dimusnahkan, bom itu dipindahkan tim Gegana secara manual dari lokasi penemuan di kawasan Kecamatan Ngemplak ke lokasi Kecamatan Cangkringan, lereng Gunung Merapi pada Senin dini hari, 11 Agustus 2025.
Lokasi pemusnahan di Padukuhan Besalen, Glagaharjo, Cangkringan, persisnya di airan anak Sungai Gendol yang berhulu Gununh Merapi.
Haris mengatakan lokasi ini dipilih bersama tim Gegana karena ideal dan memenuhi standar keamanan.
"Jaraknya aman karena relatif jauh dari pemukiman penduduk dan kedalaman lokasi pemusnahan itu berada di bawah 30 meter dari permukaan tanah," kata dia.
Pemilihan lokasi sungai bukan di tanah milik warga karena pertimbangan
kontur tanah pelindung. Kontur tanah terlindungi tebing dengan lapisan pasir dan bebatuan yang dapat meredam efek fragmentasi (serpihan), overpressure (tekanan berlebih), dan overheat (panas berlebih).
Proses pemusnahan pada hari pertama, Senin 11 Agustus 2025 masih gagal meski sudah dilakukan hingga empat kali disposal pada bom itu hingga akhirnya dihentikan dan akan dilanjutkan keesokan harinya
Selasa, 12 Agustus 2025.
Baru pada hari kedua, pada proses disposal kedua bom itu berhasil diledakkan.
Efek ledakan itu cukup terasa di sekitar lokasi.
"Suara dentuman bom menggema hingga radius 3–4 km dan getaran terasa di pemukiman warga, serpihan logam bom berhamburan hingga ratusan meter, terjauh ditemukan sejauh lebih dari 200 meter dari titik ledakan," kata Haris.
Tak hanya itu, efek gelombang kejut (shockwave) peledakan bom itu mencapai 30 hingga 40 meter, menyebabkan pohon di sekitar lokasi terfragmentasi atau terpotong.
Setelah didata kembali, kerusakan material akibat disposal itu ada sebanyak 12 rumah warga terdampak getaran ledakan. Terdiri dari 11 warga Padukuhan Besalen Glagaharjo Cangkringan dan 1 warga Padukuhan Banjarsari Glagaharjo Cangkringan.
Selain pohon tumbang, genteng, kaca jendela, galvalum di rumah-rumah warga juga pecah. Ada pula rumah warga mengalami retakan dindingnya.
Pasca pemusnahan, petugas pun melakukan sterilisasi area. Seluruh serpihan sisa disposal telah dibersihkan dan disita. Lokasi bekas disposal kini hanya menyisakan area tempat peledakan, dan semua material berbahaya telah diamankan. Aparat Kepolisian memastikan lokasi sudah steril dan aman untuk aktivitas masyarakat.
"Tidak ada korban manusia baik luka maupun jiwa," kata dia.
Post a Comment