News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Membangun Profesionalisme dengan Pondasi Spiritual: Pesan untuk Dokter Muda Muhammadiyah

Membangun Profesionalisme dengan Pondasi Spiritual: Pesan untuk Dokter Muda Muhammadiyah

WARTAJOGJA.ID : Dunia medis kini memasuki era baru, di mana teknologi, kecerdasan buatan (AI), dan robotika semakin menggantikan beberapa peran manusia. Di tengah arus globalisasi ini, dokter muda Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Periode 85 diingatkan untuk tidak terjebak dalam _euforia_ gelar, tetapi harus mempersiapkan diri menghadapi tantangan global dengan tetap memegang teguh nilai-nilai keislaman sebagai pondasi pengabdian.

Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. H. Sutrisno, M.Ag, anggota Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dalam acara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Dokter Periode LXXXV yang diadakan di _Convention Hall_ Lantai 4 Gedung Erwin Santosa RS PKU Muhammadiyah Gamping pada Selasa (5/7). Sutrisno menyoroti ketertinggalan teknologi yang terjadi di sejumlah institusi kesehatan Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Kini, banyak prosedur medis yang didukung oleh robot dan AI (Artificial Intelligence).

“Di negara lain, alat medis canggih sudah menjadi standar, bahkan sebagian operasi dilakukan oleh robot. Kita tidak boleh tertinggal. Para dokter muda Muhammadiyah harus menjadi generasi yang mampu menjawab tantangan ini,” tegas Sutrisno.

Namun, meski tantangan teknologi besar, Sutrisno mengingatkan bahwa tantangan terbesar bagi dokter muda justru adalah mempertahankan integritas pengabdian di tengah era kompetisi. Profesionalisme dokter tidak hanya terletak pada alat canggih atau gelar spesialis, tetapi pada keikhlasan dalam melayani umat.

“Jangan sampai lulusan kedokteran Muhammadiyah hanya sibuk mengejar gelar spesialis tanpa memahami bahwa esensi profesi ini adalah pengabdian lillahi ta’ala. Profesionalisme dokter Muhammadiyah harus dilandasi integritas moral,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pergeseran orientasi di kalangan dokter muda yang merasa "kurang bergengsi" jika hanya menjadi dokter umum, sehingga banyak yang berambisi melanjutkan studi spesialis. Menurutnya, tantangan ke depan justru membutuhkan dokter yang adaptif, baik di jalur akademik maupun praktis, termasuk membuka lapangan kerja baru di sektor kesehatan berbasis kewirausahaan.

"Saat ini, dokter spesialis sudah sangat banyak. Oleh karena itu, UMY melahirkan dokter yang tak hanya mencari rumah sakit bergengsi. Dokter muda harus mampu menciptakan klinik, pusat layanan kesehatan, bahkan industri medis sendiri, sesuai dengan milestone UMY. Inilah bentuk kemandirian yang harus dibangun," tambah Sutrisno.

Dalam konteks globalisasi, Sutrisno meyakini bahwa kolaborasi antara kemajuan intelektual dan spiritualitas sangatlah penting. Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan menjadi bekal utama bagi lulusan untuk tetap berpijak pada nilai-nilai etik di tengah perkembangan ilmu kedokteran modern.

“Koneksi spiritual melalui Al-Qur’an di tengah kesibukan profesi kedokteran menjadi hal yang harus ditekankan. Jika menghafal Al-Qur’an terasa berat, maka memahami isi dan maknanya pun merupakan bekal spiritual yang sangat penting untuk menjadi dokter yang kaffah. Sebab, penguasaan teknologi tanpa pondasi akhlak akan melahirkan profesionalisme yang hampa,” tutupnya. 

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment