FPRB Yogya Terbentuk, Aspek Penting Ciptakan Kota yang Tangguh
WARTAJOGJA.ID : Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto resmi mengukuhkan jajaran pengurus Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kota Yogyakarta periode tahun 2025 – 2029.
Pengukuhan dilakukan pada Jumat (14/2/2025) di Ruang Bima Balai Kota Yogyakarta.
Ketua FPRB Kota Yogyakarta periode 2025-2029 Arif Noor Hartanto mengatakan pihaknya akan berfokus bagaimana memperkuat sinergitas dan koordinasi dalam menyusun rencana aksi pengurangan risiko dan penanggulangan bencana bersama BPBD dan berbagai pemangku kepentingan di masyarakat.
“Bersama-sama kita berusaha untuk membangun masyarakat yang peka dan memiliki kesadaran akan pentingnya tangap dan tangguh bencana. Melalui sosialisasi, edukasi maupun pelatihan kesiapsiagaan bencana. Begitu juga memperkuat kolaborasi bersama 169 Kampung Tangguh Bencana (KTB) yang telah terbentuk di Kota Yogya,” katanya.
Sementara dalam pengukuhan itu, Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto menyampaikan, kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana menjadi aspek penting dalam menciptakan kota yang tangguh. Di tengah berbagai tantangan dan potensi bencana yang ada.
“Pembentukan FPRB menjadi langkah strategis membangun sinergi antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha, serta berbagai pihak terkait upaya mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi berbagai risiko bencana,” ujarnya.
Pihaknya berkomitmen terus mendukung berbagai inisiatif berkaitan dengan pengurangan risiko bencana. Dengan kolaborasi dan sinergi dalam mengembangkan inovasi langkah-langkah mitigasi dan upaya pengurangan risiko bencana.
“FPRB punya peran strategis kaitannya untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat tentang mitigasi bencana melalui edukasi dan pelatihan, juga memfasilitasi perihal koordinasi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana,” terangnya.
Adapun Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta, Nur Hidayat menjelaskan, pembentukan FPRB merupakan bagian untuk memenuhi indeks ketahanan daerah dengan sistem pentahelix.
“Kolaborasi pentahelix ini melibatkan berbagai unsur dalam masyarakat, yaitu pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media bersama-sama memperkuat mitigasi dan membangun ketahanan bencana yang efektif dan lebih tangguh, melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana,” jelasnya.
Post a Comment