Mengapa Proyek Sumur BOR Pemerintah banyak Gagal
WARTAJOGJA.ID: Kondisi kekeringan di Gunungkidul dan beberapa daerah Kulonprogo mulai memprihatinkan saat ini. Banyak dusun dusun terpaksa antri tanki air untuk menunggu dropping ke berbagai wilayah yang membutuhkan. Saya meninjau sendiri di berbagai wilayah seperti Gedangsari, Pathuk, beberapa tempat di Ngawen dan berbagai dusun lain.
Saat ini kondisi memprihatinkan, sumber air sangat terbatas, tanki air juga antri. Warga membeli air dalam tanki 5000 an liter dengan harga bervariasi antara 250 sd 350 ribu untuk beberapa KK. Belum tentu juga tanki mau mengirimkan ke lokasi lokasi yang tinggi sehingga warga kesulitan. Ngedrop tanki bisa sampai jam. 24 malam atau jam. 01 pagi.
Kondisi ini sangat memprihatinkan karena warga dapat air bersih antara 2 sd 3 hari sekali, rata rata dari swadaya warga dan bantuan berbagai lembaga.
Saya cukup heran mengapa sumur sumur bor yang dibuat dari pemerintah banyak yang tidak operasional, pada rusak, dan kurang optimal. Padahal biaya pengeboran rata rata 500 jutaan dan sebelumnya pakai penelitian dan design pakar. Sementara sumur sumur bir bantuan pihak ketiga dan swadaya cukup banyak yang berfungsi padahal biayanya dibawah 100 jutaan.
Saya minta masalah kekeringan ini menjadi perhatian serius karena kebanyakan wikayah kekeringan identik dengan wikayah miskin.
Pemerintah mesti memperbaiki metode pemberian bantuan nya karena terlalu mahal dan banyak yang tidak berfungsi.
Partisipasi warga harus diperhatikan, bisa dengan metode BKK ke desa atau metode lain yang lebih fleksibel penerapan nya.
Saya mengajak pemda untuk mengecek langsung berbagai sumur yang rusak maupun tidak opersional agar bisa memperbaiki metode serta menyelesaikan kekeringan dengan baik.
Semestinya wilayah kekeringan ini dipetakan dengan baik sekaligus roadmap solusinya, jangan dibiarkan bertahun tahun seperti ini tanpa target jelas kapan penyelesaiannya. (Rls)
Post a Comment