News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Melihat Perayaan Merti Tembakau Di Sleman, Apa Maknanya?

Melihat Perayaan Merti Tembakau Di Sleman, Apa Maknanya?


Petani di Kabupaten Sleman Yogyakarta menggelar Merti Tembakau di tengah guyuran hujan lebat di kawasan destinasi Omah Seni Kali Opak, Sabtu (12/11)

WARTAJOGJA.ID : Ratusan petani di Kabupaten Sleman Yogyakarta menggelar Merti Tembakau di tengah guyuran hujan lebat di kawasan destinasi Omah Seni Kali Opak, Berbah, Sleman Sabtu petang 12 November 2022.

Acara yang dihadiri Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa itu digelar sebagai wujud syukur para petani itu atas hasil panen tembakau yang masih cukup memuaskan meski cuaca di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terutama Sleman, belakangan terus diguyur hujan.

Berbagai hidangan khas kembul atau makan bersama digelar di pinggiran Kali Opak. Seperti ingkung, gudangan, juga sego gurih yang dimakan bersama sama dengan menggunakan pincuk daun pisang. 

Yang membuat unik, diantara menu menu kembulan yang disantap itu, juga disertakan tembakau tembakau hasil panen para petani yang dikemas kecil kecil dalam plastik untuk dibawa pulang. 

"Meski belakangan Sleman hujan terus, namun hasil panen tembakau terakhir masih bisa terkejar 160 ton dari seluruh petani," kata Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Sleman, Yogyakarta Triyanto.

Triyanto mengungkapkan Merti Tembakau ini sekaligus dibarengi doa dan harapan terkait kejelasan nasib para petani tembakau ke depan. Terutama ketika berhadapan dengan gerakan gerakan yang menetang produk tembakau khususnya rokok.

"Apalagi lahan pertanian tembakau di Sleman saat ini sudah makin menyempit jika dibanding luasan beberapa tahun lalu," kata Triyanto.

Ia menjelaskan, luas lahan tembakau di Sleman pada tahun 2022 ini tersisa 50 – 60 hektare saja. Padahal pada 2009 disebutnya mencapai 1.600 hektare.  

"Kami juga khawatir, ketika lahan kian sempit, cukai hasil tembakau sebesar 10 persen tahun 2023-2024 tentu akan berimbas pada petani," kata dua.

Kenaikan cukai itu, kata Triyanto, dikhawatirkan bakal membuat harga jual tembakau ikut anjlok. "Pasti akan dipres (ditekan) harga jual tembakau kami oleh perusahaan perusahaan rokok itu," kata dia.

Dalam acara yang juga dihadiri buruh yang terhimpun dalam Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Yogyakarta itu, Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa menyebut Sleman memang bukan sentra tembakau saat ini yang membuatnya punya peluang menjadi agro wisata ke depan.

"Lahan lahan pertanian tembakau di Sleman tersebar di beberapa titik, bukan terkumpul di satu kawasan saja, jadi belum bisa menjadi sentra," kata Danang.

Hanya saja, Danang menuturkan, potensi tembakau di Sleman menurutnya bisa disandingkan dengan potensi kopi, yang kini digencarkan di tiga titik lereng Gunung Merapi. Seperti di Kecamatan Cangkringan, Pakem, dan Turi.

"Kami sedang petakan kawasan di lereng lereng Merapi yang sudah ada budidaya kopi itu, apa mungkin juga bisa jadi lahan budidaya tembakau," kata dia. Hanya saja yang tak bisa dipungkiri bahwa berhasil tidaknya hasil panen tembakau berhubungan erat dengan cuaca. 

Danang pun mencermati, masih ada satu hal yang perlu dilihat terkait keberadaan tembakau sebagai bahan baku rokok yang sampai kini masih diperdebatkan. Terutama jika dikaitkan dengan isu kesehatan.

"Makanya dari Merti Tembakau ini, kami harap bisa jadi jalan tengah  ruang bersama mendiskusikan  semua permasalahan terkait tembakau dan nasib petani," kata dia.

Merti Tembakau sebagai ungkapan terimakasih pada para petani tembakau dan Pemkab Sleman atas segala aktivitas ekonomi yang didapatkan sepanjang tahun 2022.

Waljid Budi Lestarianto, Ketua PD Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia DIY, mengatakan acara merti tembakau di Sleman ini merupakan ungkapan terimakasih dari pekerja pabrik rokok karena petani masih bersedia menanam tembakau. 

Momentum ini menjadi rasa terimakasih pekerja pada petani tembakau dan Pemkab Sleman karena dana bagi hasil cukai tembakau maksimal dimanfaatkan baik untuk petani maupun pekerja pabrik rokok.

“Bulan November ini BLT akan cair juga diberikan untuk pekerja dan petani, kami menyampaikan terimakasih. Tahun 2021 baru 50 persen dan tahun 2022 ini 90 persen buruh mendapat dana bagi hasil, lebih rata. Semoga tahun depan tetap cair agar teman-teman bisa memperbaiki kualitas hidup,” ungkap Waljid.

Meski begitu, para buruh membawa kekhawatiran karena adanya kenaikan cukai rokok antara 5-13 persen pada 2023 nanti. Hal ini dikhawatirkan akan membawa dampak buruk pada para buruh, termasuk kemungkinan pengurangan pekerja.

“Kami khawatir karena cukai rokok akan naik tahun depan hampir 10 persen. Ini khawatir membawa dampak pengurangan buruh. Ya harapannya tidak berdampak di Kabupaten Sleman, tidak ada yang dikurangi, karena ada 7 ribu buruh tembakau di Sleman,” tambahnya.
Sementara, Danang Maharsa mengatakan tembakau Sleman memiliki ciri khas tersendiri yang bahkan digunakan untuk daerah-daerah lainnya. Danang menyampaikan harapan agar kenaikan cukai rokok tidak berdampak negatif bagi para buruh karena kebiasaan masyarakat yang tetap akan mengkonsumsi rokok.

“Harapan kami kalau cukai naik maka dana bagi hasil cukai untuk buruh juga naik. Semoga rokok ilegal tidak masuk ke DIY dan masyarakat tetap mengkonsumsi rokok yang legal. Pemerintah akan terus mengawasi agar rokok ilegal tidak masuk. Petani harapannya tetap menanam tembakau, agar tetap berputar ekosistemnya. Kami akan pantau dana bagi hasil untuk kesejahteraan masyarakat,” tandas Danang. (Cak/Rls)

 

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment