News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Menengok Pameran 40+ and Alive, Inisiasi Para Seniman 'Berumur'  

Menengok Pameran 40+ and Alive, Inisiasi Para Seniman 'Berumur'  


Pameran seni rupa “40+ and Alive” 

WARTAJOGJA.ID: Pameran seni rupa “40+ and Alive” adalah sebuah gagasan kolektif yang disepakati bersama oleh beberapa teman- teman Parkiran dan kemudian diusung sebagai tema untuk berpartipasi dalam kegiatan “Bulan Menggambar Nasional 2022”.

Angka 40+ bisa dimaknai sebagai usia rata-rata senimannya (yang sesungguhnya “+” nya sangat banyak), atau bisa juga untuk menandai suatu kurun waktu dari sebuah perjalanan kreatifitas individual atau pun berkelompok. 

Tidak ada tujuan khusus yang ingin dicapai dalam pameran “40+ and Alive” ini selain ingin “bergembeera” bersama, para apresian tidak sekedar diajak untuk melihat karya para seniman, lebih dari itu, bagaimana kehidupan yang mereka jalani sekarang bisa disaksikan dalam acara pembukaan pameran yang akan berlangung pada hari Senin, 16 Mei 2022. 


Pameran seni rupa “40+ and Alive” 


Para peserta pameran kali ini Bapak Titoes Liber, Agapetus Kristiandana, Agung Bajag Sumanto, Ahmad Syalabi Hifni, Alexander Jedhing, Anon Anindito, Arya Sukma, Bambang Girindra, Bonita Margaret, Frederic Andreas Atjis, Joko ‘Gundul” Sulistiono, Kurnia ‘Suyar’Setiawan, Moch. Basori, Ndaru Ranuhandoko, Norman Hendrasyah, Nurul ‘Acil’ Hayat, Ponco Widianto, Septiawan Wawan ‘Cimenk’, Zulkarnaen ‘Nanang’ FM, Yosa Batu Prasada sekaligus curator. 

Kehadiran Whani Haridarmawan, aktor peraih piala Citra sekaligus pernah menjadi mahasiswa jebolan jurusan Teater ISI, dalam pameran kali ini membawa keistimewaan tersendiri bagi komunitas Parkiran. 

Ini sekaligus untuk menunjukkan bahwa sejatinya Parkiran adalah sebuah komunitas seniman yang terbuka dan bebas dari sekat-sekat latar belakang disipilin seni. 

Menggambar bagi Whani adalah bentuk kesenangan dirasa sejalan dengan cita-cita komunitas Parkiran.
Parkiran adalah sebuah komunitas seni yang berangkat dari ketidak jelasan, ada bukan karena menyengaja ada, kami tidak ada (dalam kelas) maka kami ada. 


Pameran seni rupa “40+ and Alive” 

Komunitas Parkiran terbentuk secara tidak sengaja, bermula saat masa transisi setelah 5 tahun dari Akademi Seni Rupa (ASRI) menjadi Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia atau ISI Yogyakarta (1985-1990), kelompok yang saat itu tercatat sebagai mahasiswa seni rupa ini mulai bergerombol membangun dunianya sendiri dengan kritik terhadap universalitas yang dijalankan akademisi dengan dukungan fundamentalis. 

Lokasi parkiran di pojokan kampus seni rupa dijadikan tempat tongkrongan sehari-hari dan dengan perilaku yang khas yang kemudian membuat komunitas ini dikenal dengan nama “Parkiran”.

Sejak awal, komunitas Parkiran mengusung kebebasan berkarya keluar dari sekat-sekat keilmuan modern (bahkan seniman besar pada waktu itu masih lekat dengan sekat seni murni atau disain, lukis patung grafis kriya). Gerombolan Parkiran tidak memperdulikan sekat jurusan, yang terpenting “apapun jurusanmu minumnya segera di putar!”.

Perilaku postmodern sudah menjadi kehidupan sehari-hari dan secara tidak sadar Parkiran saat itu sudah mengusung ideologi anarkon. Anehnya ketika postmodern di Indonesia baru ramai dibicarakan sekitar tahun 1994, komunitas Parkiran sudah menjalaninya jauh sebelum itu lewat berbagai ide dan karya-karya yang tergolong “tidak lazim” menurut pakem-pakem akademik, dan tidak dipungkiri ide-ide mengalir bebas lewat obrolan-obrolan dalam kondisi mabuk.

Pertanyaan kenapa mabuk pada waktu itu menjadi menarik dalam proses kreatif? 

Ternyata ide-ide yang keluar bebas dan terlepas dari norma, organik, tanpa batasan-batasan yang dibuat oleh ruang akademis, lebih mempunyai jiwa (jauh dari perilaku mendisain/merancang) dimana sebenarnya kampus pada waktu itu dirasakan oleh komunitas Parkiran hanya menciptakan template-template dalam proses kreatif. 

Dalam perjalanannya terhitung sudah 3 kali komunitas Parkiran menggelar pameran mandiri: “Manifesto” di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta dan “Power Wagon” tahun 2011 di ex-gedung FSR ISI Gampingan (sekarang Jogja Nasional Museum), Yogyakarta dan “TRA! Artificial Home” tahun 2018 di Museum Panji, Malang.
 
Penulis                   : Rani Djandam
Kurator                   : Kumbo Adiguno, Yosa Batu Prasada
Dibuka oleh : Whani Haridarmawan
Pertunjukan oleh: Uyau Moris (Musik Sape Dayak)
Pembukaan          : 16 Mei 2021 Jam 19.30 WIB
Alamat          :Perum. Parangtritis Grahayasa I blok A 4 Tarudan Bangunharjo Sewon Bantul Yogyakarta
https://bit.ly/parkiranmap
 

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment