Project I AM SAFE, Memberi Prioritas Penanganan Kelompok Rentan
WARTAJOGJA.ID : Uni Eropa (UE) dan Humanity & Inclusion (HI) menggelar proyek I AM SAFE: Inclusive Access to Multi-Sectoral Services and Assistances for Everyone, Kamis (21/4/2022).
Proyek yang kini sudah selesai ini mendukung respon Covid-19 yang inklusif disabilitas serta mengatasi dampak sosial-ekonomi yang tidak proporsional pada kelompok rentan di Yogyakarta dan Kupang.
Acara tersebut digelar secara virtual dan dihadiri oleh Wakil Walikota Yogyakarta, Bupati Kupang, dan perwakilan dari Kementerian Sosial, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), organisasi penyandang disabilitas di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan DIY, akademisi, media, dan organisasi masyarakat sipil. UE diwakili oleh Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia.
Proyek I AM SAFE telah membuahkan hasil yang signifikan. Antara lain pendstribusi perlengkapan kebersihan kepada 4.000 rumah tangga,termasuk rumah tangga dengan perempuan sebagai kepala keluarga dan rumah tangga penyandang disabilitas. Selain itu, kampanye promosi kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
"Kami juga melakukan pendistribusian bantuan 23.500 masker kain untuk kelompok rentan dan 9.950 masker transparan untuk tunarungu, serta 5.647 paket alat pelindung diri (APD) untuk tenaga kesehatan serta memberikan dukungan psikososial kepada 8.466 orang yang mengalami tekanan psikososial melalui layanan konseling online dan/atau kunjungan perawatan di rumah," papar Marie-Catherine Mabrut, Regional Program Director HI Filipina & Indonesia.
Penyelenggaraan lima layanan telemedicine berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat juga dilakukan. Salah satunya, memberikan konsultasi medis kepada 1.079 pasien serta penyediaan alat bantu mobilitas untuk 418 orang yang membutuhkan, termasuk lansia dan penyandang disabilitas.
Program ini juga menyalurkan 6.000 paket gizi untuk keluarga berpenghasilan rendah, penyandang disabilitas, ibu hamil dan menyusui, serta lansia yang mengalami kerawanan pangan dan gizi, penyaluran bantuan tunai multiguna kepada 2.520 rumah tangga miskin dan rentan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Sebanyak 2.000 usaha mikro dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) menerima pelatihan dan dana stimulus untuk membantu mereka agar dapat terus beroperasi. Selain itu, 750 rumah tangga menerima pelatihan tentang kesiapsiagaan bencana yang sangat penting untuk mengurangi risiko bencana dan membangun ketahanan.
Sebanyak 166 organisasi kemanusiaan secara aktif terlibat dalam mengkampanyekan tanggap bencana yang inklusif. Program ini juga melakukan pengembangan kapasitas 30 Forum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana untuk memiliki kemampuan beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan.
"Berkat kerja sama yang kuat dengan pemerintah daerah setempat serta mitra kami, CIS Timor dan SIGAB, dan dengan dukungan dari Uni Eropa, proyek ini mencapai tujuan awalnya. Proyek ini penting untuk membatasi dampak ekonomi, sosial, psikologis dari krisis Covid-19 di daerah pelaksanaan proyek bagi populasi yang paling berisiko," paparnya.
Sementara Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, menyampaikan apresiasinya atas pencapaian proyek di Kabupaten Gunungkidul. Proyek ini telah memberikan kontribusi besar terhadap pengurangan kemiskinan.
Di Gunungkidul, sekitar 17,02% penduduknya masih hidup dalam kemiskinan. Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya pandemi Covid-19. Pemerintah dan lembaga non-pemerintah perlu bekerja sama untuk memerangi kemiskinan dan pengucilan sosial.
"Semoga kerja sama yang telah terjalin dapat membawa manfaat positif bagi masyarakat, khususnya kelompok rentan di Kabupaten Gunungkidul," ujarnya.
Menandai berakhirnya proyek, Duta Besar Piket secara simbolis menyerahkan berbagai hasil proyek I AM SAFE berupa ringkasan kebijakan tanggap bencana inklusif, laporan survei psikososial dan poster layanan konsultasi psikososial, dan Direktori UKM di Yogyakarta dengan profil usaha untuk mempromosikan produk UKM secara efektif di tingkat lokal dan nasional.
Acara ditutup dengan berbagi praktik, baik replikasi layanan psikososial di Sleman, tanggap bencana inklusif, dan pemberdayaan ekonomi. Diharapkan pembelajaran dan praktik baik yang dihasilkan proyek I AM SAFE dapat memberikan inspirasi, terutama dalam pemenuhan akses dan layanan yang inklusif, memastikan tidak ada yang tertinggal. (Cak/Rls)
Post a Comment