News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Implementasi Program Merdeka Belajar, UAJY Gelar Seminar Nasional

Implementasi Program Merdeka Belajar, UAJY Gelar Seminar Nasional



Implementasi Program Merdeka Belajar, UAJY Gelar Seminar Nasional Rabu (29/12)

WARTAJOGJA.ID: Perguruan tinggi memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat dalam menghadapi berbagai dinamika perkembangan zaman. 

Ia tidak bergerak sendiri; justru diharapkan untuk selalu dapat merespon berbagai kebutuhan masyarakat dan berperan aktif dalam usaha perancangan solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menjadi salah satu pendorong utama untuk mendekatkan perguruan tinggi dengan masyarakat, yang diwujudkan melalui program-program penelitian dan pengabdian. Seperti yang dilakukan Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) dengan menggelar seninar nasional pada Rabu (29/12).
 
Seminar Nasional ini diisi dengan penyampaian refleksi implementasi program MBKM di lingkungan UAJY. 

Materi ini akan dilanjutkan dengan pemaparan pandangan mengenai penerapan MBKM di lingkup yang lebih luas, melalui observasi praktek di universitas lain serta pengamatan dari sudut pandang pelaku industri. Masing-masing perwakilan dari tim penelitian dan pengabdian juga akan diberikan kesempatan untuk mempresentasikan karya yang telah mereka kerjakan kepada publik.

Salah satu seminar mengangkat tema “Penemukenalian dan Pemanfaatan Sepuluh Objek Pemajuan Kebudayaan di 4 Desa Kawasan Borobudur : Desa Bigaran, Kenalan, Sambeng dan Borobudur"

Adapun pemaparan atas tema ini dilakukan Y. Kunharibowo, MA (Ketua Tim Pengabdian UAJY di 4 Desa Kawasan Borobudur, Ketua Program Studi Sosiologi) dan M.F. Nilo Wardhani (Ketua Yayasan Atma Nusvantara Jati, lembaga mitra selama pengabdian).

Mereka menyampaikan gagasan-gagasannya, baik temuan, tindak lanjut maupun apa yang sebaiknya dilakukan untuk keempat desa yang tiga di antaranya berada di lereng timur laut Perbukitan Menoreh itu. 

Hal itu berkaitan dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang mengamanatkan setiap warga negara untuk melakukan inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, dan penyelamatan terhadap 10 objek pemajuan kebudayaan (OPK), yang meliputi tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus. 

Dalam beberapa tahun terakhir, Balai Konservasi Borobudur (BKB) telah melakukan hal itu, namun karena kesibukan pekerjaan, waktu, personil dan akses sehingga baru melakukan penemukanalian ke desa yang ketiga. 

"Masih ada 17 dari 20 desa di Kecamatan Borobudur yang belum ditemukenali 10 OPK-nya," ujar Kunharibowo.

Undang-undang juga mengamanatkan tentang pemanfaataan cagar budaya dan OPK sehingga BKB harus menjalin kerjasama dengan warga masyarakat di desa-desa sekitar Candi Borobudur.

Konservasi candi dilakukan dengan mengembangkan desa-desa di kawasan agar wisatawan tidak hanya berwisata ke candi semata melainkan juga ke desa-desa di sekitar candi. 

"Dengan demikian, Borobudur bukan hanya bermakna sebagai candi tetapi juga desa-desa di kawasan dengan aneka kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan lingkungan hidupnya. Itu semua merupakan kawasan penyangga Candi Borobudur, yang oleh Pak Daoed Joesoef dibagi ke dalam 4 zona," kata dia.

Untuk membantu kerja BKB tersebut, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) berkerjasama dengan Yayasan Atma Nusvantara Jati (Atsanti) dan P.T. Manajemen CBT Nusantara meneruskan upaya itu di 4 desa, yaitu Borobudur, Sambeng, Kenalan dan Bigaran. 

Berdasarkan pertemuan dengan dirjen kebudayaan dan pimpinan staff BKB pada November 2021 disepakati bahwa UAJY bersama Yayasan Atsanti dan mitra lokal lain akan membantu BKB dalam menyelesaikan tugas penemukanalian tersebut. 

Keluaran dari kegiatan pengabdian Desember 2021 ini adalah laporan tekstual hasil penemukenalian 10 OPK di 4 desa,  5 artikel jurnal pengabdian, makalah seminar nasional, video yang diunggah ke youtube, Instagram: Sambhara Acitya, perbaikan peralatan kesenian Madyo Laras yang rusak,  pementasan Madyo Laras setelah vakum dalam beberapa tahun terakhir di Dusun Bumisegoro, Desa Borobudur, pada Rabu 29 Desember 2021 pukul 20.00-22.00 WIB, yang dikombinasikan dengan Tancep Kayon oleh dalang lokal asli Desa Borobudur: Ki Hari Dharmo Wijoyo.

"Untuk kegiatan lanjutan ada pendampingan perbaikan kemasan dan pemasaran “cokelat ndeso” di Desa Bigaran, dokumentasi “dolanan bocah” dan sinopsisnya di Desa Bigaran, penulisan ulang manuskrip tua seni tari di Desa Kenalan, penerbitan dan pendistribusiannya,  pelatihan dan pendampingan masakan olahan untuk Balkondes Kenalan," kata dia.

Selain itu juga dilakukan reboisasi tanaman khas Borobudur yang tertampil di relief di Hutan Kenalan, Lokakarya grand-design wisata alternatif (alternative tourism) di Desa Kenalan, Perbaikan kostum pemain kesenian tradisional “Setrek” di Desa Sambeng, Renovasi terbatas rumah Ki Hari Dharmo Wijoyo, dalang asli Desa Borobudur, dan Pembuatan cetakan khas untuk gula nila/aren untuk penderes terakhir di Desa Borobudur.

"Kami juga menggelar diskusi dengan Tim Pokdarwis Desa Borobudur soal rencana aksi pemajuan wisata Desa Borobudur," kata dia.
 
Keluaran itu dilakukan melalui proses FGD 4 desa dan per desa, penemukenalian di lapangan, diskusi usulan pengembangan ke depan per desa, editing hasil pengambilan gambar audiovisual dan penulisan aneka karya tulis. (Dho/Ian)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment