News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Moderasi Agama Wassathiyah yang Adil dan Bijak, Didukung Kecakapan Digital

Moderasi Agama Wassathiyah yang Adil dan Bijak, Didukung Kecakapan Digital



Blora: Zaman berubah, populasi warganya juga berbeda. Target pembelajaran yang ingin dibekalkan pada siswa di sekolah pun berbeda. Dipercepat dengan hadirnya pandemi Covid-19, disadari merupakan berkah. Yang menuntun proses pembelajaran sekolah dipaksa migrasi 10 tahun lebih cepat. 

Migrasi dari semula kelas konvensional, dengan guru menjadi ”kiai” bagi siswa sebagai sumber ilmu di kelas, menjadi kelas online yang memandirikan siswa untuk mencari sendiri ilmu dan informasi. Siswa kini makin merdeka dengan hadirnya perangkat digital yang bisa mengantar mereka belajar lebih komprehensif dengan panduan guru untuk menemukan beragam ilmu di jutaan link di jagat digital, termasuk ilmu agama tentu saja.

Muhamad Faojin SAg, MAg MPd, Ketua Pergunu (Persatuan Guru Nahdlatul Ulama) Jawa Tengah menyebut, data terbaru populasi penduduk kita generasi Z yang lahir antara 1997 s.d. 2012 mencapai 74 juta jiwa atau 27,9 persen populasi, ditambah kaum milenial yang lahir 1981 s.d. 1996 sekitar 69 juta jiwa, maka hampir 56 persen penduduk Indonesia adalah kaum muda yang sangat sadar teknologi informasi dan terampil serta cakap digital. 

Karena itu, lanjut Faojin, dalam belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan di sekolah, termasuk ilmu agama, sangat dipengaruhi interaksinya dengan kecakapan digital untuk menemukan dan menambah wawasan agamanya. Islam mengajarkan moderasi beragama secara wassathiyah, adil, mewujudkan keseimbangan beragam kehidupan duniawi dan ukhrawi. 

”Dengan begitu, kaum muda muslimin bisa menjaga keseimbangan ilmu dunia dan akhirat, juga tak ketinggalan dalam silaturahmi dan pergaulan global,” papar Muhamad Faojin saat menjadi pembicara Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 23 November 2021.

Mengusung topik ”Penguatan Moderasi Beragama Melalui Literasi Digital”, webinar kali ini dibuka dengan keynote speech Presiden Joko Widodo, dilanjutkan dengan pengantar dari Ketua Umum Pergunu Pusat, Prof. Dr. H. Asep Saefudin. Diikuti sekitar 700 peserta, webinar yang dipandu oleh moderator Nindy Githa ini juga menghadirkan tiga pembicara lain: Imam Wahyudi, mantan anggota Dewan Pers dan Direktur Conten Creator Indonesia; Yonathan Dri Hendartho, Mt, M.Eng, PhD, Kaprodi Magister Informatika Universitas Atma Jaya; dan Junaedi Mpd, Sekretaris PW Pergunu Jateng. Ikut bergabung Dr. Endy Agustian, M.Eng, Duta Pendidikan Indonesia sebagai key opinion leader.

Faojin lebih jauh menyampaikan pesan, moderasi beragama itu mengajarkan agar siswa memahami beragama secara tidak berlebihan. Karena, tidak hanya mengkonsumsi makanan, Islam juga tidak suka dan melarang kita bersikap ghouluw atau berlebihan dalam bersikap dan beragama. Itu juga tidak baik. 

”Karena itu, kecakapan digital untuk mencari dan mengembangkan ilmu secara seimbang menjadi solusi beragama secara tamasuth, mengambil keseimbangan, iktidal, tegak lurus, dan tasammuh, toleransi, syura, musyawarah, ishlah, inovatif, menjadikan Islam sejuk dan mudah dipahami dan diterima semua umat sebagai rahmatan lil alamin,” tutur Faojin.

Di sini peran guru sangat penting. Menurut M. Junaedi, pembicara lainnya, guru kini memang bukan lagi menyampaikan dan menjadi satu-satunya sumber ilmu dalam pembelajaran agama di era moderasi agama. Siswa lebih mandiri dalam menemukan dan menambah ilmu agamanya. ”Tapi, guru tetap mesti menuntun siswa dalam menemukan dalil, surat, ayat dan sunah secara akurat. Sehingga, yang diperlukan adalah tuntunan guru yang kompeten dan bijak dengan bantuan perangkat digital”, ujar Junaedi.

Ruang digital memang memberi banyak manfaat, juga mempermudah dan mempercepat siswa dalam meraih ilmu yang tak terbatas. Menurut Imam Wahyudi, di ruang digital ada nilai dan ilmu positif, namun juga risiko terperosok ke wawasan negatif. Tinggal guru dan siswa, juga peran orangtua yang mesti bijak dalam memilah dan memilih konten dan link yang tepat dan bermanfaat.

”Kejelian memilah dan memilih informasi di ruang digital, termasuk ilmu agama, menjadi penentu sukses siswa, sebagai siswa yang berjatidiri dan bertakwa, tapi juga berkompetensi digital secara adil dan seimbang untuk menyambut iklim pergaulan global,” kata Imam, memungkas diskusi. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment