News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Bukan Teknologinya yang Berbahaya, tapi Orang Di Baliknya

Bukan Teknologinya yang Berbahaya, tapi Orang Di Baliknya



Semarang: Pekerjaan rumah buat bangsa Indonesia masih cukup panjang. PR itu adalah meningkatkan kecakapan literasi digital warganya. Meski data We Are Social dan Hostuite 2020 menyebut dari populasi penduduk yang 274,6 juta sudah  202 juta yang terakses internet, tapi dalam hal penguasaan kecakapan literasi digital masih mengecewakan. 

”Bahkan, dari anggota negara G20, kita masuk rangking 114 atau nomor dua dari bawah dalam indeks pembangunan infrastruktur teknologi komunikasi dan informasinnya (ICT development index). Makanya, ini masih jadi PR besar pemerintah kita,” papar Gervando Jeorista Leleng, Co-Founder Localin, saat menjadi pembicara dalam Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (24/11/2021).

Mengusung topik ”Bijak Bermedia Digital”, diskusi virtual ini dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo dengan keynote speech-nya, dilanjut pesan dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo serta Bupati Semarang Ngesti Nugraha. Dipandu moderator presenter TV Bunga Chinka, selain Gervando ada tiga pembicara lainnya. Yakni, Murniandhani Ayusari, content writer dari Jaring PasarNusantara.id; Zusdi F. Aryanto, Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada; dan Sani Widowati, Princenton Bridge Year on Site Director Indonesia. Turut serta bergabung aktris Michele Wanda sebagai key opinion leader.

Mengapa penguasaan kecakapan literasi digital mendesak ditingkatkan buat sebanyak mungkin netizen kita? Menurut Gervando, karena dalam hal kecakapan literasi bukan semata soal kecakapan praktik: mampu menguasai perangkat digitalnya. Tapi juga cakap dalam memanfaatkan beragam media digital untuk bermediasi di ruang digital dengan menggunakan beragam media digital secara bijak dan positif untuk mengambil peluang dan menghindari ancaman beragam kejahatan digital. 

”Kecakapan untuk bisa menghindari kejahatan siber serta berinteraksi secara aman, baik buat diri sendiri maupun pengguna lain, juga menjadi kompetensi penting untuk dikuasai para netizen dengan penguasaan literasi digital yang makin mumpuni,” tambah Gervando.

Menyambung diskusi, pembicara berikutnya, Zusdi F. Arianto menuturkan, keamanan digital menjadi hal yang penting, khususnya kemampuan melindungi data pribadi. Kata Zusdi, banyak perilaku ceroboh di ruang digital yang berisiko tersebarnya data pribadi. Ada aplikasi baru berupa gim yang meminta kita, secara bercanda, menyebut nama kecil kita, lalu nama kecil ibu kita. 

”Itu kesannya bercanda, tapi bisa dimanfaatkan oleh orang lain untuk mengakses data dan mencuri data lain yang berbahaya kalau terbuka di ruang digital. Bahkan, saat kita diminta resmi mengirim foto KTP untuk syarat pinjaman online, saran saya, dikasih watermark, tanda air untuk tujuan apa foto KTP itu dibagi kepada siapa. Setidaknya ditempel kertas, buat menandai kalau kelak ada masalah, kita ingat dari mana bocornya. Dengan begitu kita mudah melacaknya,” saran Zusdi.

Gervando Leleng mengingatkan, semasa pandemi Covid-19 saja kita sudah diajarkan kasus bocornya data sandi dan detail akun pengguna aplikasi Zoom sampai 530.000 orang di awal April 2020. Juga, kasus Cambridge Analityca di tahun 2014 yang membuka bocornya data pribadi pengguna facebook sampai 87 juta akun. Dan terakhir, bocornya data 91 juta pengguna aplikasi lokapasar Tokopedia pada Juli 2020. ”Itu bukti kalau ancaman kebocoran data pribadi menjadi sangat penting ditapis hindari oleh para netizen secara serius,” pesan Gervando.

Bagaimana caranya? Zusdi Arianto menjawab: biasakan ganti password secara berkala, dan buat password yang unik. Juga, kombinasikan angka dan huruf yang rumit dan unik. Lalu, terapkan aplikasi two factor autentification agar lebih aman di semua akun pribadi digital kita. 

”Di dunia digital, bukan teknologinya yang berbahaya, tapi orang-orang di baliknya, yang mengoperasikan dengan beragam tujuan dan kepentingan. Makanya, kita mesti waspada agar aman dan nyaman berinteraksi secara positif dan produktif,” ujar Zusdi, mengakhiri diskusi. (*)

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment